Perang Dagang Makin Jauh Dari Usai, Ekspor Indonesia Berpotensi Makin Melorot

IVOOX.id, Jakarta - Perang dagang AS-China makin jauh dari usai, bahkan kini melebar ke isu manipulasi mata uang yuan. Tak bisa dihindari, Indonesia akan terdampak dari sisi ekspor karena daya saing komoditas Indonesia di pasar global berpotensi semakin menurun.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, di Jakarta, Selasa (6/8), mengatakan langkah pembalasan China yang diduga dilakukan dengan memanipulasi mata uangnya untuk mendongkrak kinerja ekspor negara Tirai Bambu itu, akan memancing balasan kembali dari Presiden AS Donald Trump.
Dengan semakin melemahnya yuan pula, maka harga ekspor dari China akan semakin murah di pasar global dan itu akan memukul ekspor Indonesia.
Padahal, Indonesia sedang berupaya keras untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor dengan menjajaki pasar ekspor baru. Di sisi lain, harga ekspor barang dari China yang semakin murah, akan membuat impor Indonesia semakin meningkat.
Barang-barang dari China yang murah berpotensi menyerbu pasar domestik jika tidak diantisipasi oleh Indonesia.
"Masa depan perang dagang semakin tidak pasti. Indonesia terdampak dari sisi ekspor dan impor sekaligus. Ekspor (Indonesia) ke AS dan China melambat, sementara produk China yang murah karena devaluasi yuan akan menyerbu Indonesia dan membuat defisit perdagangan melebar," ujar dia.
Sebagai gambaran, pada 2018 impor Indonesia dari China naik 27,4 persen dibanding 2017 atau mencapai 45,2 miliar dolar AS.
Perang dagang juga semakin tidak pasti, karena Trump yang mengadukan China ke Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) atas dugaan manipulasi kurs.
Devaluasi kurs seperti yang diduga dilakukan China tidak bisa dilakukan semua negara.

0 comments