Gejala dan Cara Menangani Penderita Mental Illness

IVOOX.id, Jakarta - Mental illness atau gangguan mental ada banyak jenis dan penyebabnya terjadi berbeda-beda pada setiap orang. Penanganannya pun beragam. Menyesuaikan gejalanya, mulai dari gejala yang ringan hingga berat.
"Sebagai contoh, depresi bisa berupa kesedihan berkepanjangan yang kadang mengganggu aktivitas sehari-hari, hingga adanya percobaan bunuh diri yang berulang," tutur dr. Leonardi A. Goenawan, Sp. KJ kepada Medcom.id.
Sedangkan untuk mental illness jenis skizofrenia, ada banyak kasus yang penderitanya masih mampu bekerja. Sekalipun, pengidapnya telah mengalami halusinasi pendengaran dan selalu merasa dibicarakan oleh kawan-kawan di sekitar lingkungan hidupnya.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa yang praktik di Rumah Sakit Pondok Indah dan Puri Indah itu memaparkan, penderita skizofrenia lainnya bisa benar-benar hidup dalam delusinya. Bahkan, mengisolasi diri secara total tanpa peduli lagi dengan self-hygiene.
"Penderita kecemasan umumnya masih mampu bekerja dan tetap berperan sesuai profesinya di tengah-tengah masyarakat. Namun, mereka senantiasa diteror oleh rasa cemas dan panik, yang menjadikan hari-hari berlalu dengan berat dan produktivitas jauh dari maksimal," imbuhnya.
Penanganannya pun diatur berdasarkan jenis mental illness, tingkat keparahannya, juga kondisi fisik pengidapnya. Beragam cara, mulai dari penanganan standar hingga penanganan ekstra.
"Penatalaksanaan juga perlu mempertimbangkan latar belakang keluarga, budaya, hingga kemampuan finansial. Karena, kesembuhan akan sulit dicapai tanpa keterlibatan keluarga sebagai faktor pendukung utama," papar dr. Leonardi.
Anda bisa melakukan penanganan dengan terapi yang memiliki bukti ilmiah dan berdasarkan pedoman untuk terapi penderita gangguan mental. Setidaknya ada tiga macam terapi. Berikut di antaranya:
1. Medikasi
Medikasi disebut juga sebagai farmakoterapi atau terapi biologis yang bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan neurotransmitter yang terganggu. Sehingga, saraf-saraf otak dapat kembali menjalankan fungsinya untuk mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku. Contohnya, anti-psikotik, anti-depresi, anti-anxietas, dan stabilisator mood.
2. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan penggunaan berbagai metode psikologi. Khususnya yang berbasis interaksi personal untuk membantu seseorang mengubah cara berpikir, perilaku, mengelola emosi, dan mengatasi masalah dengan cara yang lebih efektif. Psikoterapi umumnya membutuhkan waktu yang cukup panjang dengan pertemuan berkala.
Psikoterapi bisa berupa sesi individual, grup maupun terapi keluarga. Contohnya, terapi kognitif perilaku, psikoanalisis, analisis transaksional, dan lain-lain.
3. Terapi stimulasi otak
Terapi ini menggunakan perangsangan atau stimulasi pada area tertentu di otak dengan menggunakan impuls listrik ataupun gelombang magnet. Terapi ini dapat digunakan secara efektif pada kasus depresi dan beberapa gangguan mental lainnya.
Contohnya, electroconvulsive therapy, transcranial magnetic stimulation, deep brain stimulation, dan vagus nerve stimulation.
Sementara itu, gangguan mental pada umumnya dapat diobati dan sangat mungkin terjadi perbaikan terhadap penderita. Banyak penderita gangguan mental kembali berfungsi sepenuhnya seperti sediakala. Sebagian gangguan mental bahkan dapat dicegah.
Namun, semua itu sangat bergantung pada dukungan keluarga, masyarakat, pemangku adat, budaya, dan agama hingga pemerintah. Terutama dalam memerangi stigma yang menghalangi seseorang untuk mendapat pengobatan yang adekuat dan secepatnya.
Gangguan mental harus dilihat sebagaimana mestinya, yaitu sebagai suatu kondisi medis yang tidak berbeda dengan penyakit-penyakit lainnya seperti diabetes atau hipertensi. Semakin cepat terdeteksi dan mendapat pengobatan, seseorang akan kembali produktif dan menjalankan perannya dalam keluarga dan kembali menjadi bagian dari masyarakat yang akan memperkuat produktivitas suatu negara.

0 comments