Fenomena Jastiper di Jakarta Fair, Dorong Perputaran Ekonomi dari Balik Layar | IVoox Indonesia

July 8, 2025

Fenomena Jastiper di Jakarta Fair, Dorong Perputaran Ekonomi dari Balik Layar

Arin (35 tahun) salah seorang Jastiper di acara Pekan Raya Jakarta.
Arin (35 tahun) salah seorang Jastiper di acara Pekan Raya Jakarta. IVOOX.ID/Fahrurrazi Assyar

IVOOX.id – Selain menjadi ajang promosi produk, panggung budaya, dan hiburan rakyat, gelaran Jakarta Fair juga membuka ruang bagi tumbuhnya ekonomi mikro, termasuk melalui peran para pelaku jasa titip (jastip) yang kini makin populer.

Jastip muncul sebagai solusi praktis bagi masyarakat yang ingin memiliki produk tertentu namun terkendala jarak atau waktu untuk hadir langsung ke lokasi acara. Arin (35 tahun), warga Bintaro yang telah menjadi jastiper selama tiga tahun di Jakarta Fair, mengaku perannya banyak membantu pelanggan dari luar kota.

“Jadi kalau jastip itu kan membantu untuk yang dari luar kota. Jadi barang-barang ini enggak cuma untuk wilayah Jabodetabek, aku kirim juga ke seluruh Indonesia. Jadi mereka terbantu karena adanya jastip,” ujarnya.

Bagi Arin, keikutsertaannya dalam JFK menjadi berkah tersendiri. Kepercayaan pelanggan terhadap jasanya terus tumbuh, bahkan untuk pembelian barang-barang sederhana. “Alhamdulillah sih terasa berkah juga buat aku. Jadi banyak orang yang percaya untuk jastipan ke aku walaupun chiki-chiki gitu dikirim sampai jauh,” katanya.

Secara ekonomi, jastip juga menjadi tambahan penghasilan yang cukup berarti baginya. “Kalau omzet total sih ya Alhamdulillah bisa buat nambahin belanja modal,” ujarnya. Ia mematok biaya jasa yang berbeda-beda tergantung tingkat kesulitan. Untuk barang yang mudah didapat, Arin membebankan biaya Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per produk. Namun, untuk produk yang membutuhkan usaha lebih seperti antre panjang atau datang lebih awal, fee bisa mencapai Rp 50.000.

Cerita serupa juga datang dari Linda (31 tahun), seorang jastiper asal Bogor yang telah empat tahun menggeluti jasa serupa di JFK. Menurutnya, keberadaan pameran ini tidak hanya menguntungkan dirinya secara finansial, tapi juga memudahkan para pelanggan yang tetap bisa mendapatkan barang incaran mereka tanpa harus hadir langsung. “Alhamdulillah sih sama-sama memberikan dampak yang baik. Karena sangat memudahkan untuk pelanggan, jadi rezeki buat mereka, rezeki juga buat saya,” ujar Linda.

Linda menambahkan bahwa kedekatannya dengan beberapa brand di JFK menjadi nilai lebih tersendiri. “Kelebihannya bagi aku kalau sudah kenal sama brand-nya bisa diprioritaskan,” ujarnya.

Dari kacamata penyelenggara, keberadaan para jastiper dan pelaku ekonomi informal lainnya adalah bagian penting dari ekosistem JFK. Director Marketing JIEXPO, Ralph Scheneumann, menyebut Jakarta Fair memiliki dampak luas bagi ekonomi lokal. “Ya kita bisa lihat multiply effect-nya dari Jakarta Fair 2025 sangat berdampak terhadap pendapatan, khususnya bagi warga DKI hingga Jabodetabek. Pelaksanaannya juga melibatkan peran tenaga kerja yang sangat besar, termasuk juga bagi para supplier pembeli barang. Kami dukung itu,” ujarnya.

Dengan harga tiket yang tidak berubah dari tahun sebelumnya, JFK 2025 tetap menjadi daya tarik bagi masyarakat berbagai kalangan. Di balik keramaian stan dan panggung hiburan, geliat ekonomi turut bergerak melalui tangan-tangan para jastiper yang membawa euforia JFK hingga ke berbagai pelosok Indonesia.

Gelaran Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2025 yang berlangsung dari 19 Juni hingga 13 Juli di Jakarta International Expo (JIEXPO) kembali mencuri perhatian sebagai pameran multiproduk terbesar dan terpanjang di Asia Tenggara. 

0 comments

    Leave a Reply