Survei HSBC: Optimisme Finansial Masyarakat Indonesia Tertinggi di Dunia

IVOOX.id – Masyarakat Indonesia tercatat memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan negara lain dalam mencapai tujuan finansial, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang. Hal itu terungkap dalam laporan terbaru HSBC “Affluent Investor Snapshot 2025: A Quality of Life Special Report”.
Data menunjukkan optimisme masyarakat Indonesia untuk meraih tujuan finansial jangka pendek (0–3 tahun) mencapai 87 persen, melampaui rata-rata global sebesar 81 persen. Untuk jangka menengah (3–5 tahun), tingkat optimisme Indonesia berada di 80 persen, lebih tinggi dibanding global 72 persen. Sementara untuk jangka panjang (di atas 5 tahun), masyarakat Indonesia mencatatkan optimisme 85 persen, juga melampaui rata-rata global 76 persen.
Tidak hanya itu, tingkat kepuasan hidup masyarakat Indonesia juga berada di level 84 persen, lebih tinggi dari persentase global 76 persen.
Dari sisi tujuan finansial, tiga prioritas utama masyarakat Indonesia adalah menabung atau berinvestasi untuk liburan dan kegiatan leisure lainnya (43 persen), persiapan pensiun (41 persen), serta mengumpulkan kekayaan demi keamanan finansial (41 persen).
Dua faktor utama yang paling memengaruhi perilaku investasi adalah biaya hidup (84 persen) dan ketidakpastian ekonomi (79 persen).
Dalam hal instrumen investasi, emas fisik masih menjadi pilihan utama dengan dominasi 44 persen, disusul deposito berjangka 33 persen, dan investasi terkelola 31 persen. Pertumbuhan investasi pada emas fisik menjadi yang paling tinggi, naik 12 poin persentase dibandingkan tahun lalu.
Selain emas, cryptocurrency juga mencatatkan kenaikan, meski masih di angka kecil, yakni naik 2 poin menjadi 8 persen. Sementara investasi ekuitas atau pasar modal justru mengalami penurunan hingga 5 poin menjadi hanya 5 persen.
International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia, Lanny Hendra, menilai peningkatan minat terhadap aset kripto tidak terlepas dari peran generasi muda.
“Saya melihat kalau ada barang baru, orang pasti punya interest. Memang banyak Gen Z dan generasi yang lebih muda yang lebih berani taking risk,” ujarnya dalam media briefing laporan tersebut di Jakarta, Senin (15/9/2025).
Meski begitu, ia menegaskan perkembangan aset kripto di Indonesia masih tahap awal. “Saya pikir itu tidak menjadi sesuatu yang besar, karena masih tahap awal untuk perkembangan kripto,” tegasnya.
Selain kripto, komoditas mencatatkan kenaikan tipis 1 poin ke 6 persen, begitu juga ekuitas swasta atau private credit yang naik 1 poin ke 4 persen. Sebaliknya, kepemilikan uang tunai merosot 6 poin menjadi 19 persen, obligasi turun 3 poin ke 10 persen, dan properti berkurang 1 poin ke 10 persen.
Laporan ini juga mengungkap adanya minat yang cukup tinggi dalam 12 bulan ke depan terhadap produk asuransi investasi unit link (47 persen) serta solusi keuangan terkelola (43 persen). Sementara minat pada produk-produk baru seperti emas digital, multi-asset solutions, dan private market funds lebih banyak datang dari kalangan Gen Z dan Milenial yang dikenal memiliki selera risiko lebih tinggi serta cepat beradaptasi dengan inovasi.
Sebagai catatan, survei Affluent Investor Snapshot 2025 dilakukan terhadap 10.797 responden di 12 negara, termasuk 547 sampel dari Indonesia.

0 comments