AJI: Peringatan Hari Demoktrasi Internasional Tekankan Kebebasan Pers

IVOOX.id – Ketua Aliasi Jurnalis Indonesia (AJI) Nany Afrida mengatakan, Peringatan Hari Demokrasi Internasional (HDI) menekankan kebebasan pers sebagai napas demokrasi.
"Kebebasan pers merupakan napas demokrasi. Tanpa jurnalis yang bisa bekerja merdeka, publik hanya akan disuguhi kebohongan yang dipoles seolah kebenaran," kata Nany Afrida disela kehadirannya pada Festival Media di Makassar, Senin (15/9/2025), dikutip dari Antara.
Dia mengatakan, apabila jurnalis terus dibungkam, ada intimidasi, kriminalisasi, kamera dirampas, ponsel disita, bahkan dipukul saat bertugas itu mengindikasikan kemerdekaan demokrasi terancam.
Termasuk perlakuan sensor halus melalui tekanan iklan dan kepentingan politik, serta undang-undang yang menakut-nakuti media.
Selain kekerasan, Nany juga menyoroti gelombang, pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri media. Ia menyebut ada sekitar 1.300 jurnalis yang kehilangan pekerjaan, yang menurutnya bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga hilangnya mata dan telinga publik.
“Ketika satu jurnalis di-PHK, satu mata rakyat ditutup. Ketika satu media dimatikan, satu telinga rakyat ditulikan. Dan ketika pers mati, semua rakyat menjadi buta,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa jurnalis bekerja demi kepentingan publik, bukan demi keuntungan pribadi atau tekanan kekuasaan. Meski tak punya senjata atau kekuasaan, jurnalis mampu membongkar korupsi, mengungkap kerusakan lingkungan, dan menyuarakan masyarakat adat.
“Yang meliput kerusakan hutan, sungai yang tercemar limbah, atau perjuangan masyarakat adat bukan influencer, bukan buzzer, tapi jurnalis. Karena mereka meliput dengan jujur demi publik,” katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Nany menegaskan, perlunya solidaritas lintas sektor untuk menjaga kebebasan pers, mulai dari aktivis lingkungan, pegiat HAM, komunitas adat, hingga seniman.
Karena itu, lanjut dia, melindungi jurnalis berarti melindungi demokrasi.

0 comments