Saham-saham Tambang dan Berorientasi Ekspor Bisa Jadi Pilihan

IVOOX.id, Jakarta – Analis melihat dua sentimen, yakni positif dan negatif yang bakal memengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa (6/2/2018). Saham-saham di sektor tambang dan berorientasi ekspor bisa dilirik pemodal untuk dipertimbangkan.
David Sutyanto, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas mengatakan, sentimen yang akan berpengaruh ke IHSG terbagi menjadi dua yang saling bertentangan, yakni sentimen negatif dan positif. “Sentimen negatif berasal dari penurunan bursa dunia, pelemahan rupiah, penurunan harga minyak dan data ekonomi yang kurang memuaskan,” katanya di Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Akan tetapi, kata dia, sentimen positif datang dari peningkatan harga komoditas seperti harga nikel dan timah di LME yang berhasil menguat masing-masing 1,2% dan 1%. “IHSG masih akan terkoreksi pada rentang 6.512 hingga 6.630. Sektor tambang dan saham yang berorientasi expor dapat menjadi pilihan," ujarnya.
Kemarin, koreksi mewarnai pergerakan IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak mampu keluar dari zona merah hingga ditutup turun 39,14 poin atau setara 0,59% ke level 6.589,67.
Semua sektor mengalami penurunan yang dipimpin oleh sektor aneka industri dan indsutri dasar yaitu 1,86% dan 1,84%. Terdapat transaksi 12,40 miliar saham, dengan nilai perdagangan Rp7,03 triliun. Investor asing masih melancarkan aksi jual, dengan nilai penjualan bersih di pasar reguler mencapai Rp554,29 miliar.
Sentimen yang terjadi kemarin adalah kekhawatiran setelah Dow Jones terkoreksi lebih dari 500 poin pada akhir pekan lalu. Selain itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2017 sebesar 5,19% secara year on year (yoy). Namun, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 tercatat 5,07%.
Secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah ke 1,70%. Hal ini menjadi anomali dikarenakan beberapa negara lain mengalami penguatan seperti Tiongkok di kuartal IV-2017 menguat 6,8% sama dengan kuartal sebelumnya. Ekonomi Inggris menguat dari 2,3% ke 2,5% di kuartal IV-2015. Jepang menguat dari 1,5% ke 2,0%.
Sementara itu, bursa saham AS kembali jatuh pada perdagangan hari Senin (5/1/2018). DJIA anjlok hingga 1175 poin (4,6%), terburuk dalam enam tahun terakhir, tutup di 24.345,75. Indeks S&P anjlok 113 poin (4%) di 2.648,94 dan indeks Nasdaq drop 3,8% di 6.967,77.
“Aksi panic selling terjadi menjelang penutupan yang disebabkan kekhawatiran akan kenaikan tingkat suku bunga akibat perekonomian AS yang semakin membaik,” pungkas David. (jaw)

0 comments