PGN Sukses Setelah IPO Sejak 2003, Rencana IPO Anak Usaha Pertamina Jalan Terus

IVOOX.id, Jakarta - Salah satu anak usaha PT Pertamina — PT Perusahaan Gas Negara (Persero) (PGN) terbukti sukses setelah melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sejak 2003. Untuk itu, PT Pertamina Persero menyebutkan rencana IPO pada anak perusahaan tetap menjadi salah satu alternatif cara Pertamina Group mendapatkan pendanaan untuk pengembangan usaha ke depan. Selain IPO, Pertamina juga merencanakan mekanisme lain seperti partnership maupun pendanaan obligasi dan perbankan.
PT Pertamina (Persero) menegaskan rencana IPO hanya akan dilakukan di level anak perusahaan yang bersifat operasional bukan di level holding Pertamina. Selain IPO, Pertamina juga merencanakan mekanisme lain seperti partnership maupun pendanaan obligasi dan perbankan.
Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan IPO yang rencananya dilakukan pada subholding ataupun anak perusahaan merupakan salah satu alternatif cara Pertamina Group mendapatkan pendanaan untuk pengembangan usaha ke depan. “IPO adalah salah satu alternatif cara mendapatkan pendanaan untuk pengembangan usaha dan tidak akan mempengaruhi kinerja penugasan pemerintah kepada Pertamina,” kata Fajriyah.
Fajriyah memastikan IPO tidak akan merubah tugas dan fungsi Pertamina dalam memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas hingga seluruh pelosok negeri. Pasca restrukturisasi yang dilaksanakan sejak Juni 2020, Pertamina berkomitmen penuh untuk melayani masyarakat dan memberikan manfaat lebih besar kepada seluruh pihak yang berkepentingan. “Penugasan ini termasuk penyediaan dan penyaluran BBM PSO maupun implementasi BBM satu harga,” kata Fajriyah.
Saat ini manajemen sedang melakukan berbagai persiapan anak perusahaan yang akan ditawarkan ke publik. Dua subholding atau anak perusahaan yang paling disiapkan untuk IPO adalah subholding hulu atau Pertamina Hulu Energi serta PT Pertamina International Shipping.
Sebelumnya, salah satu anak usaha PT Pertamina — yakni PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) — sudah melaksanakan IPO sejak 2003 dan mampu menunjukkan banyak keberhasilan karena seluruh penugasan dari pemerintah terhadap PGN tetap berjalan sesuai target.
Menurut Fajriyah, sedikitnya ada empat catatan penting yang dicapai oleh PGN setelah melaksanakan IPO, yaitu:
1. Sejak PGN melakukan IPO, pembangunan infrastruktur transmisi dan distribusi gas bumi semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan distribusi yang meluas ke beberapa wilayah baru, diikuti dengan pengembangan jaringan gas rumah tangga di sekitar pusat ekonomi yang ditumbuhkan oleh adanya pipa distribusi.
2. Pengembangan jaringan gas bumi atau jargas PGN ke sambungan rumah naik signifikan. Dari sekitar 64.800 Sambungan Rumah (SR) menjadi sekitar 399,6 ribu SR pada tahun 2019. Pembangunan jargas juga telah melayani daerah pelosok seperti Aceh, Kalimatan Utara (Tarakan), Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sorong. Dari tahun 2000 – 2019, kata Fajriyah, sebaran penugasan jargas mandiri maupun jargas APBN yang dibangun PGN Group sebanyak 399.600 SR di 17 propinsi dan 60 kabupaten/ kota di Indonesia. “Dengan total infrastruktur pipa sekitar 3.800 km,” tutur Fajriyah seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 30 Juli 2020.
3. Meski sempat terkendala oleh pandemi Covid-19, PGN terus melanjutkan pembangunan jargas rumah tangga, dengan target 127.800 SR di 23 Kabupaten/ kota. Selain untuk ketahanan energi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat, program jargas juga memberikan benefit pada penggunaan tingkat kandungan lokal hingga 70 persen, dan dapat menyerap tenaga kerja lokal sekitar 39 ribu pekerja.
4. PGN menempatkan jargas rumah tangga sebagai prioritas utama. Hal ini sesuai dengan target RJPMN pemerintah untuk mewujudkan 4 juta SR, penghematan subsidi Elpiji sebesar Rp 3,3 triliun, pengurangan impor elpiji sebesar Rp 17,25 triliun di tahun 2024.
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan perseroan perlu dana belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar US$ 133 miliar untuk mendanai rencana restrukturisasi bisnis dan portofolio.
Menurut dia, ada banyak cara untuk mendapatkan dana, salah satunya melalui penawaran umum perdana saham atau IPO. “Kenapa tidak bond aja, iya bond, tapi kan akan ke hit di debt to equity rasionya, ada batasannya dan ini harus dikembalikan karena namanya pinjaman,” kata Nicke diskusi virtual, Ahad, 26 Juli 2020.
Dia menuturkan jika dilakukan IPO di anak-anak perusahaan Pertamina, pendanaan akan lebih fleksibel, karena tidak akan terdampak kepada debt to equity rasio perseroan.

0 comments