Perombakan Direksi Pertamina Bernuansa Politik, Ini Alasannya !

IVOOX.id, Jakarta - Kita dikejutakan dengan perombakan direksi pertamina pada Jumat (20/4). Energy Watch Indonesia menilai perombakan direksi PT Pertamina (Persero) bernuansa politik, ini alasanya.
Direktur Eksekutif Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Energy Watch Indonesia Mamit Setiawan menilai, masalah premium dan kebocoran pipa hanyalah mencari-cari alasan dalam pencopotan Elia Massa Manik dari posisi direktur utama.
"BBM Premium sendiri, kan, sudah tidak disubsidi. Tapi memang dibutuhkan masyarakat. Jadi agak sensitif kalau BBM ini hilang," ujar Mamit di Jakarta (21/4).
Perombakan direksi Pertamina lebih kental unsur politis dari pemerintah. Khususnya menjelang hajat besar politik 2019.
"Jelang Pilpres 2019, pemerintah harus menyiapkan BBM Premium sebagai alat pencitraan mereka," kata Mamit.
Elia Massa sendiri dinilai masih layak memimpin perusahaan migas nasional itu. Elia Massa adalah sosok yang sangat vokal jika terjadi masalah-masalah di sektor migas, terutama BBM Premium dan tumpahan minyak di Balikpapan.
Senada dengan Mamit, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengomentari perombakan direksi PT Pertamina, termasuk di dalamnya pencopotan Elia Massa Manik dari jabatan Direktur Utama, sebagai langkah yang sarat nuansa politik.
"Masalahnya adalah kebijakan populis ingin terus dilaksanakan, direksi menghambat, makanya disingkirkan," jelas Marwan saat bincang dalam diskusi di Jakarta (21/4).
Menurut Marwan, pemerintah ingin kebijakan populis berupa penugasan bahan bakar minyak (BBM) tetap dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Di sisi lain, Pertamina merasa penugasan tersebut menimbulkan kerugian sehingga perusahaan melakukan sejumlah manuver.
Pendapat berbeda diungkapkam Pengamat Energi Fahmy Radhi, yang juga mantan anggota Tim Anti Mafia Migas. Pendapatnya wajar saja jika Massa dilengserkan dan terjadi perombakan direksi.
Manuver untuk menjaga keuntungan korporasi tersebut mestinya jangan sampai memicu terjadinya kelangkaan Premium. Apalagi naiknya harga Premium memiliki efek domino.

0 comments