Peringatan HPN di Riau Bahas Tantangan Jurnalisme Hadapi Disrupsi Digital | IVoox Indonesia

May 7, 2025

Peringatan HPN di Riau Bahas Tantangan Jurnalisme Hadapi Disrupsi Digital

Menkomdigi Meutya Hafid
Menkomdigi Meutya Hafid melalui video menyampaikan pidato sambutan pada perayaan HPN 2025 di Pekanbaru, Riau. (ANTARA/HO-PWI)

IVOOX.id – Panitia Hari Pers Nasional (HPN) di Provinsi Riau menyelenggarakan Sarasehan Nasional Media Massa dengan tema "Preservasi Jurnalisme sebagai Pilar Demokrasi Digital" yang membahas tantangan dan peluang jurnalisme dalam menghadapi disrupsi digital yang semakin pesat.

Sebagai pembicara, antara lain Ketua Dewan Pengawas TVRI, Agus Sudibyo, Sekretaris Dewan Pakar PWI Pusat, Nurjaman, Ketua Dewan Pakar PWI Pusat Mochtar Dhimam Abror, dan Ketua PWI Jawa Barat Hilman Hidayat. Diskusi dipandu oleh Ketua Dewan Kehormatan PWI Jawa Timur Djoko Tetuko, di salah satu hotel di Pekanbaru, Sabtu (8/2/2025).

Dalam kesempatan pertama Agus Sudibyo menyoroti kebutuhan masyarakat terhadap informasi berkualitas dan bertanggung jawab yang semakin besar. Meskipun media sosial terus berkembang dan semakin mendominasi, Agus menegaskan bahwa itu tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi media tradisional dalam menyediakan informasi yang akurat dan terverifikasi.

"Tentu, kita tidak perlu terlalu khawatir karena di tengah disrupsi ini, tetap ada kebutuhan yang kuat akan informasi berkualitas dan jurnalisme yang bertanggung jawab. Media sosial tidak bisa sepenuhnya menggantikan kebutuhan masyarakat akan informasi yang mendalam dan berbasis fakta. Secara global, ada kekhawatiran yang sama, yakni media sosial justru semakin memperburuk perpecahan di antara masyarakat, baik dalam hal agama maupun politik," kata Agus, dikutip dari Antara, Sabtu (9/2/2025).

Agus menyinggung pentingnya model distribusi konten yang adaptif. Menurutnya, saat ini sangat tidak masuk akal jika ada media yang tidak menggunakan media sosial sebagai saluran distribusi konten.

Sementara itu, Nurjaman mengungkapkan 80 persen sumber berita konvensional kini berasal dari media sosial. Kemudian, semakin banyak instansi yang membuat konten berita sendiri melalui portal dan media sosial mereka.

Ke depan perusahaan atau instansi sumber berita akan membuat konten masing-masing serta menyimpannya di portal dan sosial media masing-masing. Sebab dengan Artificial Inteligence, membuat narasi atau video berita bukan hal yang sulit lagi.

"Peran media mainstream ke depannya jangan-jangan hanya berfokus pada verifikasi konten dan pertanggungjawaban terhadap Dewan Pers," ucap Nurjaman, dikutip dari Antara.

Ketua Dewan Pakar PWI Pusat, Dhimam Abror menekankan pentingnya preservasi jurnalisme sebagai sarana untuk memperkuat demokrasi.

Menurut Dhimam ruang digital saat ini telah menjadi tempat yang sangat strategis untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi, terutama dalam memberikan informasi yang mendorong masyarakat untuk berpikir kritis.

"Ruang digital kini memungkinkan masyarakat untuk berpikir lebih kritis terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, terutama dalam ranah politik. Tetapi, kita harus memastikan kualitas informasi yang beredar tetap terjaga," ungkap Dhimam, dikutip dari Antara.

Ketua PWI Jawa Barat sekaligus Presiden Direktur Ayo Media Group Hilman Hidayat menyampaikan kekhawatirannya terkait masa depan jurnalisme di era digital. Terlebih lagi, saat ini banyak media daring yang menghadapi serangan siber dari berbagai pihak yang tidak terpikirkan sebelumnya.

"Tugas kita merawat muruah dari jurnalisme apakah jurnalisme di era digital masih cerah atau makin suram? Tapi, jika melihat data yang saya kumpulkan kok makin suram," kata Hilman, dikutip dari Antara.

Selain pembicara, hadir tokoh pers nasional, seperti Tribuana Said, Ilham Bintang, Atal S. Depari, Asro Kamal Rokan, Dar Edi Yoga, Musrifah dan lainnya.

Diskusi antara para narasumber dan peserta menghasilkan berbagai ide dan solusi untuk menjaga agar jurnalisme tetap menjadi pilar demokrasi yang tangguh di tengah era disrupsi digital.

Salah satu narasumber ketika memberikan pemaparan dalam sarasehan media massa nasional dalam momen HPN di Pekanbaru. (ANTARA/HO-PWI)

Salah satu narasumber ketika memberikan pemaparan dalam sarasehan media massa nasional dalam momen HPN di Pekanbaru. (ANTARA/HO-PWI)


Menkomdigi Minta Pers Jaga Demokrasi

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid meminta pers untuk tetap menjadi penjaga demokrasi dalam pidatonya melalui video kepada peserta perayaan Hari Pers Nasional di Kota Pekanbaru , Provinsi Riau, Minggu (9/2/2025).

Meutya menyampaikan bahwa Hari Pers Nasional adalah momen untuk merayakan keberanian, integritas, dan semangat juang insan pers Indonesia. Pers bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga penggerak perubahan.

"Di tengah gejolak zaman, pers harus tetap menjadi penjaga demokrasi. Selamat Hari Pers Nasional 2025 kepada seluruh insan pers di Indonesia," katanya.

Puncak HPN 2025 di Riau berlangsung dengan kehadiran berbagai tokoh penting dari dunia pers, pemerintahan, dan masyarakat. Acara ini dihadiri oleh Kapolri yang diwakili oleh Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Sandi Nugroho, Kepala Kepolisian Daerah Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal, tamu luar negeri, tokoh pers nasional, dan konstituen dewan pers.

Hadir pula para tokoh pers nasional serta pengurus PWI Pusat dan daerah seperti Ketua Dewan Kehormatan Sasongko Tedjo, Ketua Dewan Penasehat PWI Ilham Bintang,Tribuana Said,Timbo Siahaan, Ketua PWI Riau Raja Isyam Aswar serta para Ketua PWI Daerah.

Ketua Umum PWI Pusat Zulmansyah Sekedang menyampaikan bahwa kondisi pers di Indonesia saat ini tidak sedang baik-baik saja, begitu juga dengan PWI yang tengah menghadapi tantangan besar.

"Tahun ini, perayaan HPN dirayakan dengan rasa prihatin. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini perayaan HPN tidak hanya digelar di Riau, tetapi juga di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan Solo, Jawa Tengah. Realitas ini pahit akibat terjadinya perbedaan prinsip dalam penegakan integritas, yang membuat PWI tidak sedang baik-baik saja," ujar Zulmansyah, dikutip dari Antara.

Zulmansyah juga memohon maaf kepada seluruh insan pers yang terganggu oleh perpecahan dalam tubuh PWI. "Sejak PWI lahir pada 9 Februari 1946 dengan peristiwa heroik, ironisnya kali ini dirayakan dalam suasana yang berbeda prinsip," katanya.

0 comments

    Leave a Reply