Penguatan Rupiah ke Depan Bisa Terbatas, Waspadai Hot Money

IVOOX.id, Jakarta -- Rupiah terus menguat menembus 14.000 dan berada pada level 13.940 per dolar AS di Minggu (3/2). Pengamat Ekonomi Eric Sugandi mengatakan ruang penguatan rupiah mungkin akan terbatas. Terapresiasinya rupiah sejak awal tahun memang disebabkan oleh ada inflows atau aliran modal asing yang masuk. Kondisi ini didukung oleh situasi eksternal ketika dolar AS tertekan.
"AS dan The Fed memberikan indikasi bahwa kenaikan suku bunga acuan AS yaitu Fed Fund Rate mungkin akan berakhir. Jadi banyak mata uang emerging market yang menguat karena indikasi ini," ujar Eric saat dihubungi, Minggu (3/2).
Shutdown yang terjadi di AS dalam waktu jangka pendek malah memperkuat mata uang emerging market karena indeks dolarnya melemah. Bila nanti pada 15 februari mendatang akan berlanjut shutdown, penguatan rupiah lebih lanjut bisa terjadi namun tidak sustainable lantaran Indonesia masih punya masalah dengan defisit transaksi berjalan (CAD).
"Portfolio inflows mengandung hot money yang bisa membuat rupiah tertekan jika terjadi outflows. Terutama hot money dari bursa saham. Sedangkan untuk obligasi, masih relatif aman karena yield SBN masih atraktif untuk investor asing. Yang relatif lebih volatile itu saham," jelas Eric.
Hot money ini tipe yang bisa kabur sewaktu-waktu dari Indonesia. Walau mungkin hanya sedikit yang kabur, tapi tetap bisa menganggu rupiah.Apresiasi rupiah akibat shutdown AS hanya akan terjadi dalam jangka pendek. Shutdown yang berlarut-larut tanpa penyelesaian akan mengganggu ekonomi AS, padahal banyak negara yang ekspornya ke AS.
"Jadi dampak penguatan mata uang emerging markets karena shutdown lebih karena pergerakan di financial markets (termasuk karena persepsi para pelaku pasar), dan hanya sementara sifatnya," tukas Eric. (Adhi Teguh)

0 comments