Pengamat Politik Unair, Soroti Intervensi Politik Jelang Pilkada 2024 | IVoox Indonesia

April 30, 2025

Pengamat Politik Unair, Soroti Intervensi Politik Jelang Pilkada 2024

Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Aribowo,
Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Aribowo, dalam sebuah diskusi bertajuk "Pilkada 2024, Kartel Politik dan Masa Depan Politik Indonesia" Minggu (1/9/2024). IVOOX.ID/tangkapan layar youtube Forum Insan Cita

IVOOX.id – Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Aribowo, menyoroti dinamika politik yang memanas menjelang Pilkada 2024. Dalam sebuah diskusi bertajuk "Pilkada 2024, Kartel Politik dan Masa Depan Politik Indonesia" yang disiarkan melalui kanal YouTube Forum Insan Cita, Aribowo mengkritisi bagaimana intervensi mempengaruhi jalannya Pemilu.

"Salah satu elemen dalam demokrasi elektoral yang sering diukur adalah seberapa baik demokrasi itu berjalan, namun ini sering kali salah kaprah. Dalam konteks demokrasi elektoral, jika indikator utama yang dilihat adalah elektoral itu sendiri, maka akan ada banyak masalah, termasuk yang terjadi di Indonesia," katanya.

Aribowo juga menyoroti peran aparat militer dan polisi dalam Pemilu 2024, khususnya dalam proses mobilisasi suara untuk pasangan Prabowo-Gibran, yang berhasil meraih sekitar 58% suara. Ia memberikan gambaran bahwa tanpa adanya intervensi, seharusnya persaingan antara tiga kandidat calon presiden tidak akan selesai dalam satu putaran.

"Jika Prabowo-Gibran memang menang, seharusnya Gerindra menjadi partai pemenang pemilu. Namun, yang terjadi adalah PDIP, yang seharusnya berada di posisi yang lebih rendah, justru tetap menjadi pemenang, diikuti oleh Golkar di posisi kedua," ujar Aribowo.

Ia menegaskan bahwa pelaksanaan Pemilu tidak berjalan dengan sepenuhnya mulus dan mengindikasikan adanya campur tangan dari Presiden Jokowi dalam proses tersebut. Menurutnya, hal ini sangat berbeda dengan tradisi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, di mana presiden yang akan mengakhiri masa jabatannya, biasanya disebut sebagai "lame duck" dan tidak memiliki pengaruh besar lagi.

"Namun, situasinya berbeda dengan Jokowi, yang meskipun masa jabatannya hampir berakhir, ia masih memegang kendali penuh. Bahkan, beberapa menteri yang seharusnya memboikot malah ditempatkan dalam reshuffle terakhir oleh Jokowi, sehingga pemerintahan baru di bawah Prabowo tidak akan banyak melakukan reshuffle kabinet," kata Aribowo.

0 comments

    Leave a Reply