Pasokan Gas Murah Dibatasi, Sejumlah Industri Terpaksa Hentikan Produksi | IVoox Indonesia

August 26, 2025

Pasokan Gas Murah Dibatasi, Sejumlah Industri Terpaksa Hentikan Produksi

antarafoto-penyaluran-gas-industri-di-jawa-tengah-meningkat-1753789755-1
Dua petugas memeriksa jaringan distribusi pipa gas di PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) di kawasan Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/7/2025). Menurut data KJG yang juga salah satu anak perusahaan PGN ketersediaan gas saat ini melimpah sehingga mengoptimalkan penjualan untuk menjaga dan mendukung persaingan perusahaan di Indonesia dengan volume gas yang disalurkan saat ini mencapai 35 BBTUD atau naik dari tiga tahun sebelumnya 0,2 BBTUD untuk 26 pelanggan diantaranya PLN dan sejumlah perusahaan industri. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

IVOOX.id – Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, beberapa sektor industri pengguna Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sudah mulai menyampaikan laporan kepada direktorat terkait di Kemenperin sebagai pembina sektornya imbas adanya pembatasan pasokan dari produsen gas.

Kondisi yang dilaporkan di antaranya adanya pembatasan pasokan gas serta tekanan gas yang tidak stabil. Situasi ini memaksa sejumlah perusahaan untuk melakukan rekayasa operasional agar produksi tetap berjalan.

“Di lapangan, ada yang harus mematikan salah satu unit lini produksinya. Ada pula yang mengganti bahan bakar dari gas menjadi solar. Langkah itu memang bisa menjaga produksi tetap berjalan, tetapi konsekuensinya biaya produksi meningkat cukup signifikan. Bahkan, sudah ada industri yang menghentikan produksinya dan berpotensi merumahkan pekerjanya,” ujar Febri dalam siaran pers, Selasa (19/8/2025).

Febri menyebut, kasus-kasus tersebut banyak ditemukan pada sektor industri keramik, gelas kaca, baja, dan oleokimia yang sangat bergantung pada pasokan gas dengan harga kompetitif.

Menurut Febri, gas merupakan komponen vital dalam proses produksi industri, baik sebagai energi maupun bahan baku. Karena itu, gangguan pasokan dan lonjakan harga gas akan berdampak langsung pada daya saing manufaktur nasional, produktivitas, bahkan kelangsungan usaha.

“Kalau gas dibatasi, tekanannya turun, atau harganya melonjak, industri pasti terpukul. Ini bukan hanya soal biaya produksi yang meningkat, tapi juga bisa memicu pengurangan kapasitas, ancaman PHK, dan penurunan daya saing produk Indonesia,” katanya.

Febri menambahkan, pihaknya telah membentuk “Pusat Krisis Industri Pengguna HGBT” untuk merespons permasalahan tersebut. Pusat Krisis Industri Pengguna HGBT akan bekerja sama dengan asosiasi industri untuk melakukan pendataan lapangan, menghimpun data real-time terkait pasokan, serta melakukan advokasi kebijakan ke kementerian dan lembaga terkait.

“Data yang masuk ke Crisis Center akan menjadi bahan kami untuk menyampaikan fakta di lapangan kepada pemangku kepentingan lainnya. Kemenperin menegaskan bahwa kebijakan HGBT harus dijalankan konsisten sesuai amanat Perpres,” ujarnya.

Febri juga berharap pelaku industri tetap tenang dan percaya bahwa pemerintah berkomitmen menjaga keberlangsungan sektor manufaktur. Ia memastikan, setiap aduan yang masuk akan ditindaklanjuti dengan cepat.

“Kami tidak ingin industri merasa sendirian menghadapi persoalan ini. Crisis Center adalah wujud nyata keberpihakan pemerintah kepada pelaku usaha. Kami akan terus berjuang agar harga gas yang kompetitif benar-benar dirasakan oleh industri, sehingga mereka bisa berproduksi dengan optimal dan menyerap tenaga kerja lebih banyak,” kata Febri.

0 comments

    Leave a Reply