Paradigma Baru BLI KLHK Hadapi Dinamika Global | IVoox Indonesia

May 4, 2025

Paradigma Baru BLI KLHK Hadapi Dinamika Global

resin kemenyan

IVOOX.id - Dinamika global yang begitu tinggi, menuntut Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK untuk melakukan sejumlah terobosan.

Sebagai lembaga pembangun pengetahuan kehutanan dan lingkungan, BLI KLHK kini memasuki platform kerja melalui empat paradigma baru. BLI juga terus berupaya membumikan peran penting institusi riset, sebagai pilar dasar kerja para pihak lingkungan hidup dan kehutanan.

Kepala BLI KLHK Agus Justianto menyampaikan, empat paradigma baru tersebut yaitu produksi dan reproduksi pengetahuan; kontestasi pengetahuan, promosi, kampanye dan advokasi; pembangunan jaringan, dan memperluas jangkauan; masuk dalam virtual era dan society era, dengan merintis komersialiasi, bisnis dan marketing.

“Saya berharap research and development tidak berhenti pada publikasi dan buku, namun sudah saatnya bergerak untuk membangun bisnis dan entrepreneur,” ujar Agus, saat memberikan sambutan pada peluncuran “5th International Conference of Indonesia Forestry Researchers (INAFOR) EXPO 2019 di Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Hampir dua tahun sejak strategi-strategi perubahan digulirkan, rintisan prestasi- prestasi BLI telah menghasilkan 24 dari 77 prestasi di Lingkup KLHK. Prestasi yang telah mendunia seperti AIKO, Koleksi Xylarium, dan International Tropical Peatlands Center-ITPC, menjadi perintis paradigma baru BLI. Pengembangan di tingkat tapak seperti mikrohidro, dan prestasi-prestasi manajemen dan SDM juga sudah terlihat.

Instrumen lain yang dibangun BLI KLHK yaitu INAFOR atau Konferensi Internasional para Peneliti Kehutanan Indonesia. Event yang memasuki tahun kelima dalam penyelenggaraannya ini, akan digelar pada 27-30 Agustus 2019 mendatang dengan mengambil tema “Enforcing Forest Restoration and Waste Management for Better Environment and Socio-Economic Benefits”.

Rencananya, kegiatan tersebut akan melibatkan lebih dari 2.500 peneliti, 50 organisasi internasional, dan 20 negara partner. Selama penyelenggaraannya, para peserta akan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman digital litbang.

Konferensi ini juga akan membangun urgensi tentang restorasi hutan, serta sampah dan limbah.

“Diharapkan dari konferensi ini tumbuh jaringan baru, dan narasi-narasi yang kuat dalam mengambil keputusan tentang restorasi, dan agenda pengelolaan sampah dan limbah. Hasil-hasil Konferensi ini juga akan kami bawa dalam pertemuan Internasional Perubahan Iklim (COP- UNFCCC) 25 pada 3-12 Desember 2019 di Santiago, Chile,” tutur Agus.

Agus menitipkan pesan bahwa agenda kerja LHK tidak dapat diselesaikan secara sendirian. KLHK juga memerlukan partner kerja, dan saling berkontribusi sumberdaya.

“Saya ingin mengulang pesan saya: jika ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendirian, jika ingin berjalan jauh, maka berjalanlah bersama-sama atau tim,” tuturnya.

Badan Litbang dan Inovasi (BLI) telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sangat baik, sehingga pada tahun 2018, BLI menyumbang 24 penghargaan dari 77 penghargaan yang diperoleh KLHK, diantaranya: ditetapkan sebagai Lembaga Pusat Unggulan Iptek (PUI) dari Kemenristek Dikti (4 satker pada kategori penetapan yaitu Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta, Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH), Pusat Litbang Hutan (P3H), Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim (P3SEKPI); dan 8 satker pada kategori pembinaan yaitu Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL), Balai Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BP2TPTH) Bogor, Balai Litbang Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BP2THHBK) Mataram, dan Balai Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP2TPDAS) Solo, Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, BP2LHK Palembang, BP2LHK Makassar, dan BP2LHK Manado. Selain PUI, P3H juga memperoleh akreditasi Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP).

Prestasi yang sangat membanggakan dari BLI yaitu salah satu Pusat Litbangnya, P3HH berhasil menyandang predikat sebagai pengelola Xylarium terbesar di dunia dengan koleksi kayu mencapai 193.858 spesimen, dan juga telah berhasil menciptakan inovasi teknologi yaitu Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO).

BLI juga ikut berperan dalam kancah internasional seperti Asean Senior Officer on Environment (ASOEN) Chair, Asean Senior Officer on Forestry (ASOF) Leader, Board of Trustees The Center for International Forestry Research (BoT CIFOR), Inisiator International Tropical Peatlands Center (ITPC). Hal tersebut semakin menambah eksis dan diakuinya BLI sebagai lembaga riset yang kompeten baik di dalam dan di luar negeri.

Indonesia kini menjadi negara dengan jumlah koleksi spesimen kayu terbanyak di dunia. Pencanangan Indonesia sebagai Xylarium Bogoriense nomor satu dunia tersebut dideklarasikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada acara Festival Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tingkat Nasional dan Pameran Usaha Kehutanan (PUSAKA) di Hutan Pinus Mangunan, Bantul, D.I. Yogyakarta, Jumat (28/09).

Pada saat yang bersamaan, KLHK juga meluncurkan secara teknis Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) berbasis computer vision, bersinergi dengan LIPI melalui dukungan program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS) dan Kemenristekdikti. Alat ini dikembangkan dengan dukungan data jenis kayu dari Xylarium Bogoriense.

Xylarium adalah “perpustakaan kayu” sebagai dokumentasi koleksi keragaman jenis kayu Indonesia, yang bermanfaat sebagai penunjang penelitian dan sumber informasi ilmiah jenis kayu (nama lokal, nama ilmiah, keragaman jenis, dan persebaran jenis kayu) dan bahan rujukan utama dalam identifikasi kayu.

Xylarium Bogoriense telah tercatat dalam Index Xylariorum, Institutional Wood Collection sejak 1975 yang dikelola oleh International Assosiation of Wood Anatomists (IAWA).

Konservasi

Kelahiran bayi anoa (Bubalus depressicornis) yang lahir alami di Anoa Breeding Centre (ABC), Balai Penelitian dan Pengembangan LHK (BP2LHK) Manado menjadi kabar yang menggembirakan.

Kelahiran anoa ini merupakan wujud nyata keberhasilan KLHK dalam mendukung konservasi keanekaragaman hayati. Sebagaimana diketahui, upaya pengembangbiakan secara alami ini telah dilakukan sejak tahun 2013.

Kelahiran ini juga menunjukkan adanya kemajuan hasil penelitian yang signifikan dalam proses penangkaran anoa yang dilakukan oleh KLHK dengan dukungan para mitra.

ABC merupakan sebuah fasilitas pelestarian Anoa yang dikelola oleh BP2LHK Manado, hasil kerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, dan mitra.

Fasilitas ini diresmikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada tanggal 5 Februari 2015, yang didukung tim perawat dan tim medis, dan dilengkapi sarana CCTV.

Anoa merupakan mamalia terbesar dan endemik di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton, yang terancam keberadaannya akibat kegiatan perburuan. Sifat alaminya yang soliter, dan membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak, menjadikan populasi satwa ini sangat terbatas di alam.

Sebagai salah satu satwa endemik Sulawesi yamg terancam punah, keberadaan Anoa (Buballus sp.) bernilai penting, sehingga satwa ini digolongkan ke dalam satwa dilindungi, sesuai Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta masuk ke dalam Appendix I CITES.

Terkait hal ini, ABC BP2LHK Manado saat ini menjalin kerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, dan beberapa pihak swasta, untuk mendukung pelestarian satwa endemik Sulawesi ini.

Peran penelitian dan pengembangan (litbang) saat ini tidak lagi cukup dengan memproduksi IPTEK dengan muara publikasi dan jurnal. Mereka juga dituntut untuk dapat mempromosikan hasil-hasil penelitian, pengembangan, dan inovasi dalam konsep edutainment.

Konsep ini mengedepankan unsur edukasi yang dibalut dalam sajian yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Salah satu bentuknya yaitu melalui konsep publikasi ilmiah yang dipadukan dengan atraksi wisata.

Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, tengah mengembangkan Hutan Wisata Ilmiah Aek Nauli Toba, yang berada dalam Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Areal seluas 1.900 ha ini, merupakan wilayah yang dilalui menuju destinasi Danau Toba, sehingga menjadikannya termasuk dalam rangkaian pembangunan wisata Danau Toba.

KHDTK Aek Nauli berada di cincin destinasi prioritas wisata, dan gerbang masuk geopark Toba yang menawarkan atraksi biodiversitas, geoatraksi, dan atraksi kultur Batak. Saya berharap, ini akan menjadi model wisata ilmiah kawasan hutan, terutama untuk 33 KHDTK lain.

Peran penelitian dan pengembangan (litbang) saat ini tidak lagi cukup dengan memproduksi IPTEK dengan muara publikasi dan jurnal.

Pembangunan wisata ilmiah ini bertujuan untuk membangun kepedulian, kecintaan alam, dan tanah air terutama pada generasi muda. Sebagai pusat penelitian, kawasan ini menjadi media transfer IPTEK, dalam membentuk cara pikir pro- lingkungan/ekologi.

Kedepan, melalui wisata ilmiah akan membangun platform kerja bisnis, kemandirian kelola, serta menjadi rujukan para pihak termasuk berkontribusi membangun kapasitas masyarakat lokal serta meningkatkan kapasitas SDM BLI.

*Ditulis oleh Subbagian Data dan Informasi Sekretariat Badan penelitian , Pengembangan, dan Inovasi

*Dilansir dari Majalah Hijau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Edisi 1 Tahun 2019

 

0 comments

    Leave a Reply