October 6, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Meski Turun 1% di Sesi Terakhir, Minyak Nikmati Kenaikan Tahunan Tertinggi 3 Tahun

IVOOX.id, New York - Menutup 2019, harga minyak merosot 1% pada sesi perdagangan terakhir, tetapi mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam tiga tahun, didukung oleh mencairnya perang dagang AS-China dan pengurangan pasokan berkelanjutan dari produsen utama dunia.

Harga minyak mentah Brent, patokan internasional, turun 67 sen, atau 1%, ditutup menjadi USD66,00 per barel, demikian laporan Reuters , di New York, Selasa atau Rabu (1/1) pagi WIB.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), menyusut 62 sen, atau 1%, menjadi USD61,06 per barel.

Pada sesi Selasa, volume perdagangan relatif rendah dengan banyak pelaku pasar yang pergi untuk liburan akhir tahun.

Brent melonjak sekitar 23% pada 2019 dan WTI melejit 34%, kenaikan tahunan terbesar dalam tiga tahun, didukung oleh terobosan baru-baru ini dalam perundingan perdagangan dan pengurangan output yang dijanjikan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya.

Para analis tidak memperkirakan harga minyak bergerak tajam di kedua arah tahun depan. Minyak mentah Brent diperkirakan melayang sekitar USD63 per barel, menurut jajak pendapat Reuters , Selasa, turun sedikit dari level saat ini, karena pengurangan produksi OPEC bisa mengimbangi permintaan yang lebih lemah.

Sepanjang tahun lalu, lonjakan produksi minyak AS mengimbangi pengurangan pasokan yang dilakukan OPEC , dipimpin Arab Saudi, dan sanksi yang dijatuhkan Amerika terhadap Venezuela dan Iran. Permintaan yang relatif rendah, termasuk di negara maju, tetap menjadi perhatian utama menuju 2020.

"Harga minyak, meski sebagian besar diperkirakan diperdagangkan positif, akan menghadapi tantangan dari momentum pertumbuhan global yang lemah dan tingkat produksi shale-oil AS yang kuat pada kuartal pertama (2020)," kata Benjamin Lu, analis Phillip Futures.

Produksi minyak mentah AS pada Oktober naik ke rekor 12,66 juta barel per hari (bph) dari revisi 12,48 juta bph pada September, kata pemerintah dalam laporan bulanan. Laju pertumbuhan diperkirakan melambat pada 2020.

Presiden Donald Trump mengatakan kesepakatan perdagangan Fase 1 dengan China akan ditandatangani pada 15 Januari di Gedung Putih. Tanda-tanda kemajuan dalam kesepakatan itu mendorong produksi pabrik China dan aktivitas manufaktur di negara tersebut tumbuh untuk bulan kedua berturut-turut.

Indeks Pembelian Manajer (PMI) China, yang melacak tren ekonomi di sektor manufaktur dan jasa, tidak berubah pada posisi 50,2 pada Desember dari November, tepat di atas tanda 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

Investor ketar-ketir tentang Timur Tengah, tempat ribuan demonstran dan pejuang milisi berkumpul di luar kedutaan Amerika di Baghdad untuk mengutuk serangan udara AS terhadap milisi Irak.

Petugas keamanan di dalam kedutaan Amerika menembakkan granat kejut pada pengunjuk rasa. Duta Besar AS dan staf kedutaan dievakuasi karena masalah keamanan.

"Mengingat Irak adalah produsen OPEC terbesar kedua dengan produksi sekitar 4,6 juta barel per hari, pelaku pasar dapat menambahkan premi risiko jika ketegangan tersebut berlangsung lebih lama," kata analis minyak UBS, Giovanni Staunovo.

"Karena itu, kita perlu melihat apakah protes terbaru juga menyebar di selatan negara itu, tempat sebagian besar minyak mentah diekspor."

Selasa, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan stok minyak mentah AS turun 7,8 juta barel dalam pekan hingga 27 Desember, dibandingkan ekspektasi analis untuk penarikan 3,2 juta barel.






0 comments

    Leave a Reply