September 30, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Meretas Sudut Pandang Pakar dalam Menyelami Transformasi Angkutan Umum di Jabodetabek

IVOOX.id – Di tengah hiruk-pikuk ibu kota, masalah polusi terus diupayakan menjadi angin perubahan yang bertiup kencang untuk mengubah citra angkutan umum di Jabodetabek. Sejalan dengan visi mengalihkan arus penggunaan kendaraan pribadi, pakar transportasi bersuara, mengupas potensi dan tantangan dalam pengembangan layanan yang lebih baik.

Dibuka sejak tahun 2017, JR Connexion (JRC) buka layanan di 23 permukiman di wilayah Bodetabek. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mendorong rencana menyematkan bus JRC di 117 titik permukiman. Rencananya, tahun ini, 40 titik kawasan akan merasakan sentuhan layanan ini

Penggunaan angkutan umum bukan lagi simbol kelas sosial, melainkan pilihan utama seluruh lapisan masyarakat. Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, menyebutkan urgensi mengubah paradigma agar angkutan umum menjadi jawaban bagi semua.

“Mengubah citra pengguna angkutan umum, dari yang dianggap untuk kaum menengah ke bawah menjadi pilihan utama masyarakat semua kalangan. Mengubah pandangan dinilai penting untuk menambah jumlah keterisian penumpang. Selain itu, subsidi terhadap penumpang juga diperlukan,” menurut pendapatnya saat dihubungi IVOOX, Minggu (28/1/2024).

Sejalan dengan pernyataan Djoko Setijowarno, Puji Lestari, Ketua Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungandari ITB menggugah kesadaran akan dampak emisi sektor transportasi.

Berdasarkan inventarisasi 2023, kendaraan berat, khususnya berbahan bakar diesel, menjadi "penjahat" utama dengan kontribusi mencapai 28,6 persen untuk PM2.5 dan 38,9 persen untuk Black Carbon.

“Berdasarkan hasil inventarisasi emisi sektor transportasi pada 2023, penyumbang terbesar emisi PM2.5 dan Black Carbon ialah Heavy-Duty Vehicle atau kendaraan berat, seperti truk dan kendaraan penumpang berbahan bakar diesel, dengan kontribusi masing-masing 28,6 persen untuk PM2.5 dan 38,9 persen untuk Black Carbon. Sementara itu, penyumbang tertinggi untuk gas rumah kaca (GRK), karbon monoksida (CO), dan volatile organic compounds (VOC) adalah kendaraan berbahan bakar bensin, sepeda motor, dan mobil penumpang,” katanya.

Dalam mencapai target Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ), BPTJ menyusun delapan poin krusial. Mulai dari penggunaan angkutan umum mencapai 60 persen, waktu tempuh maksimal 1 jam 30 menit, hingga keberadaan jaringan transportasi pengumpan yang terintegrasi.

Kesenjangan dan Potensi: Antara Target dan Kenyataan

Data BPTJ 2023 mencatat potensi layanan angkutan umum mencapai 25,18 persen penduduk Jabodetabek jika halte/bus stop berada dalam radius 500 meter dari lokasi berangkat. Jakarta Pusat memimpin, dengan 88,5 persen potensi penduduk terlayani, sementara Kabupaten Bekasi masih tertinggal di 0,84 persen.

Namun, ada kesenjangan signifikan antara potensi dan realitas. Dari lebih 75 juta pergerakan antar kecamatan setiap harinya, baru sekitar 54,30 persen yang terlayani. Melalui sembilan jenis layanan angkutan umum massal, termasuk BRT Transjakarta dan KRL Commuter Line, masyarakat baru menggantungkan diri sebesar 19,43 persen pada transportasi publik.

Melihat tantangan di lapangan, BPTJ menggulirkan rencana pengembangan rute baru hingga 2026 dengan melibatkan bus besar dan medium. Upaya ini sejalan dengan krisis angkutan umum di Indonesia, terutama di kawasan perumahan Bodetabek yang masih minim akses layanan.

Kementerian Perindustrian berinisiatif memberikan insentif kendaraan listrik senilai Rp 12,3 triliun. Anggaran itu, jika dikelola dengan baik, diharapkan dapat mengakselerasi penyediaan layanan angkutan umum di kawasan perumahan kelas menengah dan bawah.

Sementara para pakar dan pembuat kebijakan bersatu memandang masa depan, masyarakat Jabodetabek diharapkan dapat merangkul transformasi ini. Dengan berkurangnya kendaraan pribadi di jalanan, bukan hanya kemacetan yang akan tereduksi, tetapi juga langkah menuju kota yang lebih berkelanjutan terbuka lebar

0 comments

    Leave a Reply