MenHAM Natalius Pigai Sebut Program Makan Bergizi Gratis Investasi Jangka Panjang, Klaim 99 Persen Berhasil | IVoox Indonesia

October 7, 2025

MenHAM Natalius Pigai Sebut Program Makan Bergizi Gratis Investasi Jangka Panjang, Klaim 99 Persen Berhasil

Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai
Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai dalam konferensi pers di kementerian HAM Rabu (1/10/2025). IVOOX.ID/Fahrurrazi Assyar

IVOOX.id – Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai menegaskan bahwa program makan bergizi gratis (MBG) bukan sekadar kebijakan sesaat, melainkan investasi jangka panjang untuk kesehatan dan kualitas generasi bangsa. Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers menanggapi polemik kasus keracunan yang sempat mencuat di sejumlah daerah.

“Teman-teman, tema hak asasi manusia, khususnya tentang makan bergizi gratis, kita fokuskan di sini. Program ini saya tekankan adalah program Indonesia Nyaman, program Indonesia Sehat, dan program Indonesia Tidak Lapar. Ini untuk bangsa Indonesia yang sehat, kenyang, dan pintar,” kata Pigai dalam konferensi pers di Kementerian HAM Rabu (1/10/2025).

Ia mencontohkan bahwa program serupa telah lama berjalan di negara-negara besar dunia. “Di Amerika, itu tahun 1940-an sudah melaksanakan. Di Brasil tahun 1952-an, Jerman juga melaksanakan. Bahkan Jepang yang sangat higienis pun tetap menjalankan. Jadi, ini bukan program baru,” ujarnya.

Pigai mengungkapkan hasil pantauan kantor wilayah Kemenkumham di lebih dari 20 provinsi. Hingga kini, sebanyak 9.615 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi dengan total penerima manfaat mencapai 31 juta orang, termasuk siswa sekolah dan ibu hamil.

Menurutnya, dari jumlah besar itu, kendala hanya muncul di titik tertentu. “Ada dua problem, yaitu pelaksanaan produksi dan distribusi, serta kurangnya pengawasan. Tapi itu hanya di titik-titik tertentu. Dari 31 juta penerima, deviasinya hanya 0,0017 persen. Artinya 99,99 persen berhasil,” katanya.

Pigai juga menegaskan bahwa MBG membawa dampak positif di sekolah. Anak-anak menjadi lebih rajin hadir, bersemangat belajar, dan terbiasa dengan budaya disiplin melalui antre dan berbagi. “Ada nilai sosialnya, kekerabatannya, persahabatannya, kebersamaannya. Itu semua kami temukan di lapangan,” ujarya.

Lebih lanjut, Pigai meminta agar program ini tidak dipolitisasi. “Kalau ada kritik silakan, tapi jangan menyangkut kepentingan orang kecil. Ini untuk rakyat Indonesia supaya sehat, kenyang, pintar, dan unggul menuju 2045,” katanya.

0 comments

    Leave a Reply