Mendag Sebut Ada Negara Takut Buat Perjanjian Dagang dengan Indonesia karena Surplus Indonesia Terlalu Besar

IVOOX.id – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan bahwa ada negara yang enggan membuat perjanjian dagang dengan Indonesia karena khawatir akan mengalami defisit perdagangan yang makin besar. Pernyataan ini disampaikan Budi dalam seminar yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) di Jakarta.
“Ada negara lain, saya tidak perlu sebutkan, dia itu ketika mau bikin perjanjian dagang dengan kita takut. Takutnya kenapa? Nanti kalau dengan Indonesia, semakin defisit,” ujar Budi Santoso Rabu (2/7/2025).
Menurutnya, ketakutan tersebut muncul karena Indonesia sudah memiliki surplus dalam perdagangan dengan negara tersebut, dan perjanjian dagang berpotensi memperlebar jurang ketimpangan tersebut. Meski demikian, Budi menegaskan bahwa Indonesia tetap mengedepankan prinsip saling menguntungkan dalam menjalin kerja sama dagang.
Indonesia, katanya, tak semata ingin menambah ekspor, melainkan juga terbuka untuk mengimpor komoditas yang dibutuhkan, terutama bahan baku atau barang modal untuk industri dalam negeri.
“Kalau kita memang membutuhkan barang itu dan kita tidak ada, apa salahnya kita impor dari dia,” kata Budi.
Sebaliknya, negara mitra juga diharapkan terbuka mengimpor produk dari Indonesia, terutama barang-barang yang tidak mereka produksi. Budi juga menyarankan agar negara mitra bisa mengalihkan impor dari negara yang belum memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia, demi mengoptimalkan manfaat kerja sama.
Hingga pertengahan 2025, Indonesia telah mengimplementasikan 19 perjanjian dagang, 10 sedang dalam tahap ratifikasi, dan 16 lainnya dalam proses perundingan. Lima perundingan ditargetkan rampung tahun ini, yaitu: Indonesia-EU CEPA; Indonesia-Canada CEPA; Indonesia-Peru CEPA; Indonesia-EAEU FTA (Eurasian Economic Union); serta Indonesia-Tunisia PTA.
Budi juga menyinggung kinerja ekspor-impor Indonesia. Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia pada Januari–Mei 2025 menunjukkan surplus signifikan dengan Amerika Serikat (7,08 miliar dolar AS), India ( 5,30 miliar dolar AS), dan Filipina (3,69 miliar dolar AS). Sebaliknya, Indonesia mengalami defisit terbesar dengan Tiongkok (-8,15 miliar dolar AS), Singapura (-2,79 miliar dolar AS), dan Australia (-2,11 miliar dolar AS).
Untuk kelompok nonmigas, surplus terbesar berasal dari AS (8,28 miliar dolar AS), India (5,32 miliar dolar AS), dan Filipina (3,69 miliar dolar AS), sementara defisit terdalam terjadi dengan Tiongkok (-8,87 miliar dolar AS), Australia (-1,93 miliar dolar AS), dan Brasil (-0,68 miliar dolar AS).

0 comments