Lebih Hati-hati, BNI Patok Pertumbuhan Kredit Lebih Rendah di 2017 | IVoox Indonesia

June 15, 2025

Lebih Hati-hati, BNI Patok Pertumbuhan Kredit Lebih Rendah di 2017

1-44

iVooxid, Jakarta - Kendati pertumbuhan kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) di 2016 terhitung cukup tinggi yakni 20,6 persen, tapi di 2017 perseroan lebih hati-hati dalam menyalurkan kreditnya dengan mematok pertumbuhan kredit lebih rendah.

Assistant Vice President Investor Relation BNI, Dedi Arianto mengungkapkan, penyaluran kredit di tahun ini diperkirakan bakal tumbuh pada kisaran 15-17% atau masih di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan yang berada di kisaran 13-15%.

"BNI punya loan growth di tahun ini masih bisa diatas industri yang sebesar 13-15% tapi kita yakin bisa di 15-17%. Kita berharap penyaluran kredit lebih prudent lagi," kata Dedi di Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Dia mengatakan, di tahun ini perseroan akan fokus pada pembiayaan di sektor korporasi khususnya BUMN dan infrastruktur. Langkah tersebut diambil sejalan untuk mengantisipasi peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di tahun ini. "Kita lebih milih ke yang aman. Kita masih fokus di pinjaman di BUMN dan infrastruktur, karena kita memilih sektor-sektor yang risikonya rendah. Kalau kita kasih pinjam ke bumn itu, jarangkan BUMN yang bangkrut," terang dia.

Sedangkan di 2017 ini, perseroan menargetkan rasio kredit bermasalah dapat dibawah 3 persen, atau lebih rendah dari realisasi di 2016 lalu yang tercatat 3 persen. Pada 2017, BNI patok rasio kredit bermasalahnya berada pada kisaran 2,8-2,9 persen.

"NPL tahun ini kita perkirakan membaik di bawah 3 persen. Sehingga bank bisa tumbuh cukup tinggi. NPL di 2016 meningkat karena beberapa indikator," paparnya.

Adapun sepanjang 2016 BNI mencatat pertumbuhan kredit BNI naik 20,6 persen menjadi Rp393,28 triliun dibandingkan dengan penyaluran kredit di tahun sebelumnya yang tercatat Rp326,11 triliun. Pertumbuhan kredit ini di atas rata-rata kredit industri perbankan yang secara umum yang mencapai 8,5 persen.

Jika dirincikan, sebesar Rp286,1 triliun atau 72,7 persen dari total kredit, disalurkan ke segmen bisnis banking, sedangkan sebesar Rp65,1 triliun atau 16,5 persen ke segmen konsumer banking. Kemudian sisanya 11,8 persen disalurkan melalui kantor-kantor cabang luar negeri dan perusahaan-perusahaan anak.[ava]

0 comments

    Leave a Reply