Inilah Enam Strategi Investasi Obligasi Ritel | IVoox Indonesia

December 14, 2025

Inilah Enam Strategi Investasi Obligasi Ritel

Obligasi-Ritel

iVOOXid, Jakarta - Pengamat dan perencana keuangan Agustina Fitria Aryani menyarankan enam strategi sebelum berinvestasi obligasi ritel menyusul segera diterbitkannya Obligasi Ritel bernomor seri 014 (ORI 014) dalam waktu dekat.

Agustina Fitria Aryani yang juga Financial Planner Head dari OneShildt Financial Planning di Jakarta, Selasa (26/9/2017), mengatakan obligasi ritel memang bisa menjadi alternatif investasi yang baik, tapi dengan mempertimbangkan sejumlah strategi.

"ORI diterbitkan oleh Pemerintah, maka risiko gagal bayar atas imbal hasil sangat kecil, sehingga ORI cocok sebagai instrumen investasi bagi orang yang memiliki profil risiko konservatif, yaitu orang yang tidak siap mengambil risiko atas dana yang diinvestasikan. Misalnya, investor pemula yang selama ini baru menyimpan uangnya di produk tabungan atau deposito," tutur Agustina.

Selain itu, ORI juga memberikan kupon atau bunga secara berkala (biasanya setiap bulan, seperti pada deposito) sehingga ORI cocok untuk orang yang sudah pensiun yang memerlukan tambahan dana untuk memenuhi kebutuhan setiap bulan.

Menurut dia, dalam tren suku bunga yang terus menurun seperti saat ini, maka ORI lebih menguntungkan karena kuponnya sudah dipatok tetap selama 3 tahun.

"Tapi ingat bahwa ada pajak sebesar 15 persen yang akan dikenakan pada kupon obligasi ritel. Dengan adanya pajak ini, tentu nominal kupon yang diterima akan berkurang. Sebagai contoh, ORI 013 yang diterbitkan Oktober 2016 memiliki tingkat kupon 6,60 persen pertahun, maka setelah pajak tingkat kupon akan menjadi 5,61 persen pertahun. Namun, pajak ini masih lebih rendah dibandingkan dengan pajak sebesar 20 persen yang dikenakan pada bunga deposito," ucapnya.

Ia pun ingin agar masyarakat yang akan berinvestasi ORI terlebih dahulu memastikan sifat investasi yang idealnya digunakan untuk memenuhi tujuan keuangan jangka pendek antara 3 - 5 tahun.

Agustina menyebut jangka waktu jatuh tempo obligasi ritel yang hanya 3 tahun kurang tepat jika digunakan untuk memenuhi tujuan keuangan jangka waktu kurang dari 3 tahun atau lebih dari 5 tahun.

"Bagi mereka yang tidak membutuhkan tambahan dana dari kupon ORI, namun cocok dengan jangka waktu investasi 3-5 tahun, maka bisa menginvestasikan kembali dana bulanan dari ORI ke instrumen lain seperti reksadana atau saham, sesuai dengan profil risiko yang dimiliki. Hal ini perlu dilakukan mengingat kupon ORI setiap bulan dimasukkan ke rekening tabungan kita, lain halnya dengan deposito yang bunganya bisa ditambahkan ke nominal deposito," paparnya.

Selain itu, ada juga strategi saat seseorang membutuhkan dana lebih cepat dari jatuh tempo ORI yakni dengan cara menjualnya kembali pada agen penjual tempat membeli pertama kali.

Biasanya dana hasil penjualan akan dicairkan ke rekening tabungan dalam waktu "H+3" sampai dengan "H+7".

"Jika suku bunga di pasar lebih rendah daripada kupon ORI yang akan dijual, maka kita akan menikmati keuntungan karena harga jualnya lebih tinggi daripada harga beli." "Dan akan terjadi sebaliknya saat suku bunga lebih tinggi. Sebagai contoh yang sudah membeli ORI013 Oktober 2016 dengan kupon 6,6 persen, saat ini harga jualnya sekitar 101, atau 1 persen lebih tinggi dari harga beli karena saat ini suku bunga di pasar lebih rendah," ujarnya.

Pada kuartal ketiga 2017, Pemerintah kembali menerbitkan obligasi ritel dalam waktu dekat untuk menghimpun dana dari masyarakat demi memenuhi target pembiayaan APBN. (ant)

0 comments

    Leave a Reply