IBC: Indonesia Siap Jadi Pemain Utama Pasar Karbon Dunia Global
![[IBC Roadshow Amerika Serikat] Tim delegasi IBC dalam agenda “Indonesia Carbon M](https://nos.jkt-1.neo.id/ivoox/media_public/1759481868696_upload_1a1332da5da249da7a414dfd68e29987.webp)
IVOOX.id – Indonesian Business Council (IBC) menuntaskan kunjungan strategis ke Amerika Serikat yang bertepatan dengan perhelatan New York Climate Week 2025. Dalam rangkaian dialog dan pertemuan yang digelar, Indonesia menempatkan diri di sorotan global terkait potensi besar di pasar karbon dan transisi energi. Langkah ini sekaligus mempertegas ambisi Indonesia untuk tampil sebagai pemain kunci dalam mitigasi perubahan iklim dunia.
Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, menyebut kehadiran delegasi Indonesia di forum internasional ini merupakan momentum penting untuk mengukuhkan posisi di pasar karbon global. Menurutnya, Indonesia tidak boleh lagi hanya menjadi penonton atau pemasok, melainkan harus menjadi pengambil peran utama.
“Saatnya Indonesia naik kelas di pasar karbon. Kita tidak hanya hadir sebagai pemasok carbon credit berkualitas, tetapi juga sebagai pembuat aturan yang mendorong standar pembiayaan dan kemitraan yang lebih adil,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id Jumat (3/10/2025).
Salah satu agenda utama kunjungan delegasi IBC adalah “Indonesia Carbon Market Executive Roundtable”. Forum ini merupakan kolaborasi IBC dengan Pemerintah Indonesia, Kadin Indonesia, Indonesia Climate and Growth Dialogue (ICGD), Intercontinental Exchange (ICE), ASEAN Alliance on Carbon Market (AACM), dan Sustainable Energy for All (SEforALL). Acara ini turut dihadiri oleh Hashim Djojohadikusumo selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi. Diskusi mempertemukan pejabat tinggi, pemimpin industri, investor, dan organisasi internasional untuk menyamakan langkah terkait kesiapan proyek, integritas pasokan, serta konektivitas kebijakan dan infrastruktur pasar karbon.
“Investor global mencari kepastian kebijakan, kualitas carbon credit yang terverifikasi, dan kecepatan eksekusi, tiga hal yang perlu kita pastikan berjalan serentak agar Indonesia menjadi price-maker di kawasan,” tegas Arsjad. Sejalan dengan meningkatnya kepercayaan pasar, IDXCarbon hingga Agustus 2025 telah mencatat perdagangan lebih dari 1,59 juta ton CO₂e dengan nilai hampir Rp78 miliar.
Selain itu, IBC juga memfasilitasi diskusi “Science, People and Innovation in Nature-based Solutions as an Emerging Industry and Economic Transformation” yang menyoroti potensi keekonomian energi hijau, peluang ekonomi biru berbasis ekosistem lokal, hingga kebutuhan traceability komoditas pertanian. Diskusi turut membahas fokus Amerika Serikat pada infrastruktur transportasi, penerbangan, serta pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dalam pengelolaan limbah dan material baru.
Dalam kesempatan lain, IBC bersama Global Alliance for a Sustainable Planet (GASP) menggelar panel bertajuk “Strategies for a Circular Economy Transition: Investing in Nature, Innovation, and Inclusion”. Forum ini menekankan pentingnya peran mineral kritis, transisi energi, dan penerapan ekonomi sirkular. COO IBC, William Sabandar, menekankan bahwa Indonesia memiliki modal kuat untuk memainkan peran penting dalam transformasi energi global.
“Dengan cadangan mineral kritis dan potensi ekonomi sirkular, Indonesia berpeluang menarik investasi berkelanjutan sekaligus menghadirkan solusi nyata untuk target iklim. Keberhasilan ditentukan oleh mobilisasi modal, dukungan kebijakan, serta inovasi yang inklusif bagi seluruh pemangku kepentingan,” katanya.

0 comments