KKP Klaim Indonesia Jadi Produsen Tuna Terbesar Dunia | IVoox Indonesia

June 8, 2025

KKP Klaim Indonesia Jadi Produsen Tuna Terbesar Dunia

Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya, Trian Yunanda
Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya, Trian Yunanda dalam acara Bincang Bahari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Rabu (30/4/2025). IVOOX.ID/Farhrurrazi Assyar

IVOOX.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa Indonesia kini menjadi produsen tuna terbesar di dunia, mengalahkan negara-negara seperti Taiwan dan Jepang. Pernyataan ini disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya, Trian Yunanda, merujuk pada data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2022.

Berdasarkan data FAO, Indonesia tercatat menghasilkan tangkapan tuna sebanyak 752.118 ton. Angka ini mencakup lima jenis tuna utama yaitu cakalang, tuna sirip kuning, tuna mata besar, albakor, serta southern bluefin tuna. Dengan capaian tersebut, Indonesia menyumbang sekitar 15 persen dari total tangkapan tuna global yang mencapai 5,2 juta ton.

"Indonesia di raja tuna dunia, nomor satu. Setelah itu disusul Taiwan dan Jepang," ujar Trian di Kantor Kementerian KKP di Jakarta pada Rabu (30/4/2025).

Ia menambahkan bahwa angka ini jauh melampaui Taiwan sebagai produsen tuna terbesar kedua di dunia dengan 324.193 ton, serta Jepang yang menempati posisi ketiga dengan produksi sebesar 277.062 ton. Menurutnya, perbandingan ini memperlihatkan betapa dominannya Indonesia dalam industri perikanan tuna global.

"Saya kira ini sangat luar biasa, berbeda bila dibandingkan dengan negara Taiwan yang merupakan negara produsen kedua di dunia yang tangkapannya bahkan 50% di bawah tangkapan kita," ujar Trian.

Selama tahun 2024, total nilai ekspor produk perikanan Indonesia mencapai 5,9 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 98,14 triliun. Dari jumlah itu, komoditas seperti tuna, tongkol, dan cakalang memberikan kontribusi terbesar dari hasil tangkapan laut dengan volume ekspor mencapai 278 ribu ton dan nilai sekitar 1,03 miliar dolar AS.

Faktor geografis disebut menjadi salah satu alasan utama keunggulan Indonesia. Letak strategis Indonesia yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik membuat wilayah perairan Tanah Air menjadi habitat ideal bagi berbagai jenis tuna.

Hampir seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Indonesia saat ini menjadi habitat berbagai spesies tuna. Bahkan kawasan seperti Laut Natuna, yang sebelumnya tak dikenal sebagai wilayah tangkapan tuna, mulai menunjukkan potensi tinggi. Hal ini diyakini berkaitan dengan perubahan iklim dan pola musim yang turut menggeser distribusi populasi tuna di laut.

"Wajar kalau kita merupakan produsen terbesar, karena kita berada tepat di dua samudera, yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kita lihat hampir lima komoditas tuna ada di situ," katanya.

Dengan total produksi tuna global mencapai 5,2 juta ton, Indonesia menyumbang sekitar 15 persen dari total tersebut menjadikannya sebagai pemain utama dalam industri perikanan laut dunia. Keunggulan geografis Indonesia turut berperan besar dalam capaian tersebut.

Dalam Sidang Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) yang digelar di La Réunion, Prancis, pada April 2025 lalu, Indonesia berhasil mendapatkan peningkatan kuota penangkapan untuk tiga jenis tuna utama.

Kuota untuk big eye tuna atau tuna mata besar naik sebanyak 2.791 ton menjadi total 21.396 ton untuk periode 2026 hingga 2028. Sementara kuota cakalang (skipjack tuna) ditetapkan sebesar 138 ribu ton, dan kuota untuk tuna sirip kuning (yellowfin tuna) dinaikkan menjadi 45.426 ton untuk tahun 2025.

0 comments

    Leave a Reply