Fadli Zon Klaim Penulisan Buku Sejarah Hadirkan Narasi Berimbang karena Libatkan Ahli | IVoox Indonesia

August 13, 2025

Fadli Zon Klaim Penulisan Buku Sejarah Hadirkan Narasi Berimbang karena Libatkan Ahli

arsip foto Presiden pertama RI Soekarno dalam pameran Arsip Gagasan yang Tercetak
Pengunjung memotret arsip foto Presiden pertama RI Soekarno dalam pameran Arsip Gagasan yang Tercetak : Bung Karno Dalam Visual di Rumah Pohan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (18/6/2025). Pameran yang menampilkan ratusan koleksi sejarah prangko Indonesia yang dicetak antara tahun 1949-1953 cetakan Wina dan Philadelphia, repro lukisan karya Soekarno dan seniman, buku perjuangan Soekarno, serta arsip fotografi perjalanan Bung Karno selama menjadi presiden pertama RI itu bertujuan untuk menggugah kembali kesadaran sejarah kepada masyarakat terutama generasi muda. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.

IVOOX.id – Menteri Kebudayaan Fadli zon menegaskan bahwa akademisi hingga sejarawan yang terlibat dalam penulisan buku sejarah Indonesia merupakan sosok penulis yang ahli pada bidang masing-masing sesuai dengan tema periode sejarah.

“Para penulis tersebut punya kepakaran di bidang masing-masing sesuai tema dan periodisasi sejarah yang diangkat,” ujar Menbud dalam sambutan webinar diskusi draf penulisan buku sejarah Indonesia yang dipantau dari Jakarta, Senin (4/8/2025), dikutip dari Antara.

Fadli mengatakan bahwa mereka telah memperluas cakrawala historiografi nasional dengan berbagai temuan baru, baik berupa fakta, reinterpretasi, kritis maupun konstruksi teoritik yang memperkaya pemahaman terhadap masa lalu bangsa Indonesia

Ia meyakini bahwa setiap penulis berupaya membangun narasi yang proporsional dan berimbang serta memberi ruang yang setara pada setiap tokoh yang terlibat dalam proses sejarah di Indonesia.

“Dan tidak menempatkan tempat istimewa bagi tokoh tertentu dalam peristiwa tertentu pula,” kata dia lagi.

Buku sejarah Indonesia yang ditulis tahun ini juga menjadi buku untuk merayakan 80 tahun Indonesia merdeka, dan menjadi instrumen reflektif untuk membangkitkan kembali kesadaran kolektif tentang sejarah bangsa dan memperkuat solidaritas kebangsaan lintas generasi.

Selain itu menegaskan kembali arah dan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia sebagaimana telah dirintis para pendiri bangsa.

Penulisan sejarah, menurutnya menjadi upaya menjelaskan dan tidak dimaksudkan untuk menyembunyikan sisi kelam, apalagi memanipulasi fakta agar tampak baik, namun memiliki tujuan untuk menyoroti dimensi dalam membangun nilai edukasi dari suatu peristiwa sejarah.

Berkaca pada pidato Presiden pertama RI yakni Soekarno pada 1 Juni 1945, Menbud mengingatkan bahwa kesadaran akan sejarah menjadi bagian dari pembangunan ideologi negara yang seharusnya tidak dilupakan.

“Bung Karno menyatakan bahwa untuk menjadi bangsa yang besar, Indonesia harus membangun pondasi nilai yang digali dari pengalaman sejarahnya sendiri,” tegas Menbud.

Hingga saat ini, proses penulisan Buku Sejarah Indonesia telah mencapai 5.536 halaman dari 10 jilid utama yang tengah dalam tahap penyuntingan oleh tim editor.

Penyusunan buku ini melibatkan 112 penulis dari berbagai latar belakang keilmuan seperti arkeologi, sejarah, epigrafi, filologi, geografi, dan ilmu sosial humaniora.

Mereka berasal dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia serta delapan lembaga non-perguruan tinggi, dengan mempertimbangkan keterwakilan wilayah dan gender.

0 comments

    Leave a Reply