Ekonom: Tidak Bisa Abaikan Rupiah terhadap Dolar

iVooxid, Jakarta - Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman menilai kendati nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini dianggap tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia, namun tetap tidak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut Helmi, sebagian besar utang luar negeri Indonesia masih dalam kurs dolar, dan akan memengaruhi nominal utang itu sendiri.
"Kalau nilai tukar rupiah terhadap dolar terdepresiasi terlalu tajam dapat mengakibatkan liability atau kewajiban utang kita dalam rupiah meningkat," ujar Helmi di Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat menjadi pembicara kunci dalam acara yang digelar oleh Institute of Development Economics and Finance (INDEF), Selasa (6/12), mengatakan bahwa kondisi rupiah yang melemah terhadap dolar AS saat ini tidak mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia.
Menurut Jokowi, efek terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45 membuat dolar AS menguat tidak hanya terhadap rupiah, namun juga terhadap hampir seluruh mata uang di dunia.
Kendati demikian, Jokowi menegaskan bahwa tidak tepat apabila mengukur kondisi ekonomi Indonesia hanya melalui nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Kurs rupiah terhadap dolar bukan lagi tolok ukur yang tepat, tapi kurs rupiah terhadap mitra dagang kita," ujar Jokowi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Domestik Darmin Nasution juga membantu menjelaskan maksud pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyatakan kurs rupiah terhadap dolar AS saat ini tidak mencerminkan kondisi ekonomi domestik.
"Apa yang dikatakan Presiden itu maksudnya, esensinya sebenarnya kurs suatu negara dengan negara lainnya itu ditentukan betul oleh perdagangannya," ujarnyam.
Darmin mencontohkan nilai kurs rupiah terhadap kurs Tiongkok, yakni Yuan Renminbi, semestinya memang harus diukur berdasarkan transaksi ekonomi Indonesia dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut Helmi, untuk perdagangan, yang diukur memang nilai tukar rupiah tertimbang terhadap mata uang mitra dagang Indonesia seperti China, Jepang, Eropa, dan AS.
"Kalau di pasar modal memang selalu dipantau secara rata-rata tertimbang (nilai tukarnya)," ujar Helmi.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah dalam dua pekan terakhir memang menunjukkan tren pelemahan, namun dalam tiga hari terakhir kembali menunjukkan penguatan.
Nilai tukar rupiah pada Kamis mencapai Rp13.304 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.336 per dolar AS. (ant)

0 comments