Din Syamsuddin Minta Rilis 200 Mubaligh Ditarik

IVOOX.id, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menilai rilis 200 mubaligh atau penceramah saat Ramadan menimbulkan banyak masalah. Pasalnya mubaligh yang dirilis tidak dapat memenuhi rasio umat Islam di Indonesia, sehingga ada anggapan bahwa Kemenag tak dapat memproduksi mubaligh.
"Itu juga menunjukan kegagalan Kemenag itu sendiri, kok hanya bisa memproduksi dai 200 orang. Apa gunanya ada sekolah-sekolah agama, apa gunanya ada puluhan universitas-universitas agama Islam kok tidak bisa memproduksi dai, kan bumerang bagi Kementerian Agama," kata Din Syamsuddin di Kantor CDCC Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (22/5).
Din tak heran bila muncul kegaduhan atas permasalahan rilis mubaligh ini. Seharusnya kemenag dapat merilis 30 persen nama mubaligh dari jumlah populasi umat Islam di Indonesia.
"Bayangkan saja jumlah Ormas Islam di Indonesia itu jumlahnya seratus kemudian pengurus tingkat pusat saja itu minimal 30 atau 50 berapa itu dimasukan, belum lagi pimpinan di wilayah daerah ke bawah. Jadi jumlah umat islam 220 juta itu saya pikir yang tampil sebagai mubaligh itu mungkin 30 persen," lanjutnya.
Tak hanya itu, dengan dikeluarkan rilis rekomendasi mubaligh, kata Din, akan menimbulkan sifat diskriminatif dikalangan masyarakat. Sebab, dengan adanya rilis ini seolah-olah menjadi pembeda mubaligh yang satu dengan lainnya.
"Kalau direkomendasi 200 melayani 220 juta maka satu dai rasionya nggak mungkin," ucapnya.
Din menyarankan Kemenag menarik rilis tersebut tanpa meminta maaf kepada masyarakat. "Saya kira perlu ditarik saja, enggak perlu minta maaf, umat pasti sudah memaafkan," pungkasnya.

0 comments