Daur Ulang APK yang "Menyulap" Limbah Pajangan Marwah

IVOOX.id - Di sudut yang tersembunyi di Jagakarsa, Jakarta Selatan, ada sebuah kegiatan tak biasa tentang kreativitas dan perjuangan satu komunitas peduli lingkungan. Mereka mengubah APK (Alat Peraga Kampanye) menjadi produk lain.
Di antara jalan-jalan yang dipenuhi dengan kehidupan politik yang berliku-liku, ada dua komunitas, GUDRND dan Stuffo, yang menemukan sinar harapan di tengah-tengah Semrawutnya limbah Alat Peraga Kampanye.
Kisah dimulai dari keresahan yang tumbuh di dalam diri mereka saat menyaksikan spanduk atau banner politik yang terpasang dengan sembrono.
Aldino, seorang anggota GUDRND, menggambarkan kegelisahan mereka, dengan bercerita awal mula berdirinya komunitas yang peduli terhadap lingkungan tersebut.
"Pada awalnya, pada tahun 2020, GUDRND mulai mengolah limbah face shield. Kami meriset bagaimana cara untuk menghindari pembuangan limbah ke tempat sampah. Akhirnya, kami berhasil mengolahnya menjadi berbagai produk seperti asbak, kursi, meja, stand laptop, pigura, dan lainnya," ucapnya sambil bersantai di sore hari saat ditemui IVOOX pada umat (1/3/2024).
Mereka tidak hanya merasa prihatin dengan pemandangan yang merusak, tetapi juga dengan bahaya yang mungkin terjadi akibat pemasangan yang sembarangan.
Karena keresahan itu, tumbuhlah gagasan untuk mengubah limbah banner menjadi karya yang bernilai tinggi.
“Setelah itu, dari pertengahan tahun lalu berawal dari keresahan tadi kita mulai riset tentang Banner, karena Stufo kan tadi bikin tas itu dia lebih ke banner yang lebih tebal, padahal baner-baner APK lebih tipis, sehingga sangat kecil terserapnya karena gampang robek," ungkap Aldino.
Mereka riset setiap hari untuk menemukan produk yang cocok untuk pengolahan banner jadilah multiflek yang bisa dimanfaatkan menjadi alas meja atau alas kursi.
Menurut Aldino, limbah banner itu beda dengan limbah plastik yang mudah untuk dilelehkan menjadi bentuk produk sebelumnya.
"Dengan dipress menjadi lembaran multipleks kita sudah coba ketahanannya selama tiga bulan kena panas dan hujan ternyata lebih kuat dan pastinya tahan rayap sehingga lahirlah produk baru dari limbah APK ini,” tambah Aldino.

Pajangan salah satu hasil dari GUDRND Jagakarsa Jakarta Selatan, Jumat (1/3/2024). GUDRND memanfaatkan limbah APK (Alat Peraga Kampanye) untuk dirubah menjadi Multipleks sebagai alas meja dan kursi juga hasil kerajinan seperti tas. IVOOX/Fahrurrazi Assyar
Perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka melalui berbagai rintangan dan tantangan, mulai dari mengumpulkan limbah yang tersebar di berbagai penjuru kota hingga menghadapi kendala operasional yang tak terduga.
"Awalnya kita yang jemput bola, saat masa tenang 11 Februari lalu kita yang turun, bersama RT RW dan warga untuk mengumpulkan Banner Banner yang ada di sekitar Jakarta Selatan kita bisa mengumpulkan hingga 500 kilo," cerita Aldino kepada IVOOX.
Namun, dengan tekad yang kuat dan semangat yang tak pernah padam, mereka berhasil mengumpulkan limbah-limbah tersebut dan mengubahnya menjadi produk-produk yang bernilai.
Mereka memotong, menyortir, dan mempress limbah banner menjadi karya seni lingkungan yang menakjubkan, seperti alas kursi, bingkai lampu, dan bahkan bata asbak.
“Setelah limbah terkumpul selanjutnya kita mulai olah, di mulai dari penyortiran limbah, kecil besarnya kita pisahin, abis itu langsung kita potong dengan ukuran 30 kali 30 Cm karena alat kita baru bisa memproduksi multipleks dengan ukuran segitu, mesin kita masih kecil," papar Aldino.
Setelah itu mereka mem-press banner-banner yang telah dipotong tadi menjadi lembaran-lembaran yang keras seperti multipleks.
"Output-nya kita bisa jadikan alas kursi, alas meja, bingkai lampu, dan cacahannya kita campur dengan adhesive sebagai perekat, kita jadiin roaster, bata asbak dan beberapa prodak bangunan yang lain, karena alat kita masih alat sederhana, sehari bis akita olah banner sampai 100 kilo, untuk bahan jadinya untuk multifleks dan lantai sehari bisa sampai 80 lembar,” papar Aldino.
Meskipun telah mencapai banyak hal, perjalanan mereka masih jauh dari selesai. Komunitas ini masih berharap untuk menjalin kerjasama yang lebih erat dengan pihak-pihak terkait, baik pemerintah maupun organisasi non-pemerintah.

Dua orang tim komunitas di salah satu ruangan kerja GUDRND di Jagakarsa Jakarta Selatan, Jumat (1/3/2024). Gud RnD memanfaatkan limbah APK (Alat Peraga Kampanye) untuk dirubah menjadi Multipleks sebagai alas meja dan kursi juga hasil kerajinan seperti tas. IVOOX/Fahrurrazi Assyar
Mereka berharap dapat mengoptimalkan pengelolaan limbah dan memperluas dampak positif dari karyanya.
“Kendala yang sampai saat ini kita hadapi mungkin terkait mesin dan peralatan yang masih skala kecil, sehingga limbah yang terserap belum optimal, harapannya ke depannya dapat menjalin Kerjasama baik dari pemerintah atau dari NGO untuk bisa lebih mengembangkan potensi sehingga penyerapan limbah tersebut bisa lebih optimal,” tutur pria yang akrab disapa Dino tersebut.
Dengan dedikasi dan semangat yang mereka tanamkan dalam setiap langkah, GudRnD dan Stuffo telah mengubah limbah menjadi karya seni yang menginspirasi.
Mereka tidak hanya menciptakan barang-barang bernilai dari limbah, tetapi juga memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan kreativitas dalam mengatasi permasalahan sosial.
Jagakarsa, sebuah tempat di mana kisah-kisah keajaiban tersembunyi di balik lapisan-lapisan sampah politik.
Di antara kebisingan dan kekacauan, ada suara-suara yang berbicara tentang perubahan dan harapan. GUDRND dan Stuffo telah membuka jalan bagi inspirasi dan kebangkitan, menunjukkan bahwa di balik limbah, ada keindahan yang menunggu untuk ditemukan

0 comments