Danai PLTU Rp19,24 T, Komitmen Bank Mandiri Dukung Transisi Energi Indonesia Diragukan | IVoox Indonesia

May 16, 2025

Danai PLTU Rp19,24 T, Komitmen Bank Mandiri Dukung Transisi Energi Indonesia Diragukan

PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri)
PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) hingga Agustus 2024, mencatat telah menyalurkan 3.534 unit rumah Kredit Perumahan Rakyat (KPR) melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Jakarta, Jumat (27/9/2024) (ANTARA/HO-Bank Mandiri)

IVOOX.id – Keputusan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk memberikan refinancing utang sebesar US$1,27 miliar atau sekitar Rp19,24 triliun untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang (MT) Sumsel-8 dinilai bertentangan dengan tren global menuju energi bersih.

Kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai langkah BMTI memunculkan keraguan atas komitmen bank terhadap target nol emisi Indonesia. Pasalnya, untuk mencapai nol emisi dan memenuhi komitmen Perjanjian Paris, Indonesia seharusnya menyetop pemanfaatan batu bara.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan, Indonesia perlu menyetop pembangunan PLTU baru setelah 2025 dan menghentikan operasi PLTU yang sudah ada secara bertahap hingga 2045, agar mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai Perjanjian Paris. Pembiayaan Bank Mandiri ke PLTU miliki PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) justru dinilai berisiko bagi Indonesia.

“Kajian kami menunjukkan bahwa setelah 2030, biaya pembangkitan listrik oleh PLTU di sistem PLN sebenarnya lebih mahal dari PLTS dan penyimpanan energi baterai (battery energy storage). Dengan demikian mempertahankan operasi PLTU akan berdampak pada peningkatan biaya pembangkitan listrik dan PLN kehilangan kesempatan untuk melakukan transisi energi terbarukan yang memberikan keuntungan finansial,” kata Fabby Tumiwa dalam siaran pers pada Rabu (2/10/2024).

Selain itu kata dia, keputusan pembiayaan tersebut juga berisiko bagi Bank Mandiri. Menurut Fabby, langkah tersebut tidak berdasarkan penilaian risiko jangka panjang dan menyebabkan risiko transisi (transition risk) yang semula ditanggung oleh China Exim Bank berpindah menjadi risiko Bank Mandiri.

Studi yang dikeluarkan oleh Climate Policy Initiative menunjukkan bahwa perbankan perlu memainkan peran lebih besar dalam membiayai transisi energi.

“Di Indonesia investasi untuk energi batu bara dan gas mencapai dua kali lipat investasi untuk energi terbarukan, dan hampir seluruhnya berasal dari lembaga keuangan swasta,” ujar Tiza Mafira, Direktur Climate Policy Initiative.

“Sedangkan tren global justru kebalikannya, investasi energi bersih mencapai dua kali lipatnya investasi fossil fuels. Ada kekhawatiran Indonesia justru dilihat sebagai pasar yang tidak kondusif untuk investasi hijau," ujarnya.

Laporan Urgewald bertajuk “Still Banking on Coal” menunjukkan, pada 2020-2023, Bank Mandiri menjadi salah satu bank yang memberikan pembiayaan yang besar pada sektor batu bara, mencapai US$1,3 miliar.

Sementara kajian Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Trend Asia mengungkapkan, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan sektor batu bara hingga Rp66 triliun pada kurun waktu yang sama. Tak hanya itu, analisa koalisi #BersihkanBankmu mencatat, pembiayaan Bank Mandiri untuk sembilan perusahaan batu bara di Indonesia pada 2016-2023 mencapai US$ 3,485 miliar dan Rp 2,493 triliun.

Sebelumnya, PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) telah mendapatkan fasilitas kredit senilai 1,27 miliar dolar AS atau Rp19,2 triliun atau dari PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) guna penyelesaian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8.

Penyaluran kredit tersebut disetujui dengan penandatanganan Agreement Refinancing Existing Loan HBAP yang dialihkan dari The Export-Import Bank of China (CEXIM) kepada Bank Mandiri.

"Jumlahnya (kredit) dapat kami laporkan sebesar 1,27 miliar dolar AS. Kerja sama yang kita jalin hari ini merupakan langkah strategis untuk sinergi bisnis antara Bank Mandiri dengan HBAP, dan tentunya dukungan dari China Huadian Group dan PT Bukit Asam Tbk," kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10/2024), dikutip dari Antara.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail menjelaskan, kredit investasi senilai 1,27 miliar dolar AS itu merupakan jumlah pinjaman yang diambil alih oleh Bank Mandiri dari The Export-Import Bank of China (CEXIM) dari total nilai 1,68 miliar dolar AS atau Rp25,4 triliun.

"Kita pinjamnya dari CEXIM bank itu 1,68 miliar dolar dengan 2x660 megawatt atau kurang lebih 1.320 megawatt. Yang ditakeover, karena ini kan loan-nya kan 75 persen 25 persen (porsi kredit). Nah itu sekitar 1,27 miliar dolar equivalent kalau dengan kurs sekarang kurang lebih Rp20 triliun," jelasnya.

Selain kerja sama penyaluran kredit, HBAP dan Bank Mandiri juga menandatangani kerja sama untuk penggunaan berbagai ekosistem digital Bank Mandiri termasuk untuk payroll.

Nantinya, HBAP bakal mengadopsi berbagai produk digital dari Bank Mandiri seperti Livin' by Mandiri, KOPRA by Mandiri, Layanan Rekening Escrow hingga Payroll Package Solution.

"Mandiri sekarang tidak hanya memberikan lending atau bank loan atau kredit, tapi juga satu paket. Jadi semua solusi transaksi keuangan juga kita siapkan," ucap Darmawan.

Sementara, Menteri BUMN Erick Thohir mendukung adanya kontribusi Bank Mandiri sebagai bagian Himpunan Bank Negara (Himbara) guna pemenuhan kebutuhan listrik nasional.

"Karena kita tahu proyek ini kan didanai sebelumnya dari pendanaan luar negeri, ya ininya (bunga) juga lebih tinggi sedikit. Nah kita competitiveness, ternyata kita bisa memberikan pendanaan yang lebih baik," terang Erick.

Adapun PLTU MT Sumsel-8 yang berlokasi di Tanjung Lalang, Sumatera Selatan, memiliki kapasitas 2x660 megawatt (MW).

PLTU ini menyuplai listrik ke PLN untuk kepentingan umum dalam sistem kelistrikan di Sumatera.

0 comments

    Leave a Reply