BI Masih Yakin Defisit Neraca Transaksi Berjalan Masih Mampu Ditekan Di Level Target | IVoox Indonesia

September 18, 2025

BI Masih Yakin Defisit Neraca Transaksi Berjalan Masih Mampu Ditekan Di Level Target

Perry-Warjiyo

IVOOX.id, Jakarta - Meski defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) melebar hingga menembus 3,04 persen PDB atau secara nominal sebesar 8,4 miliar dolar AS, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo masih optimistis defisit transaksi berjalan sepanjang 2019 akan menurun ke 2,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau menunjukkan perbaikan dibanding 2018 yang sebesar 2,98 persen PDB.

"Perkiraan masih sama di 2,5 persen hingga 3 persen PDB untuk 2019. Kami masih cukup optimistis di sekitar 2,8 persen PDB untuk keseluruhan tahun," ujar Perry di Jakarta, Jumat (9/8).

Menurut Perry, surplus transaksi modal dan finansial masih akan bisa membiayai defisit transaksi berjalan. Cadangan devisa Juli 2019 naik jadi 125 miliar dolar AS. Cadangan devisa naik maka surplus lebih tinggi daripada defisit transaksi berjalan.

Namun Perry mengingatkan agar pemerintah menangkap peluang peningkatan volume dan nilai ekspor dari adanya perang dagang yang sedang terjadi antara AS dan China. Buruknya nilai ekspor memang menjadi salah satu sumber tekanan melebarnya defisit transaksi berjalan di kuartal II 2019.

"Misi-misi dagang dari pemerintah, dunia usaha, bisa secara bilateral meningkatkan hubungan dagang ke AS. Kita juga perlu menangkap peluang relokasi investasi dari China ke Indonesia," ujar Perry, dikutip Antara.

Sebagai gambaran, dalam komponen neraca transaksi berjalan, terdapat empat komponen pembentuk yakni neraca transaksi perdagangan barang, neraca jasa, neraca pendapatan primer dan juga neraca pendapatan sekunder.

Jika membedah statistik NPI kuartal II 2019 lebih dalam, dari keempat komponen tersebut pos pendapatan primer adalah komponen yang paling menekan transaksi berjalan pada kuartal II 2019, dan juga diikuti dengan pos perdagangan barang migas.

Defisit neraca pendapatan primer di paruh kedua tahun ini mencapai 8,7 miliar dolar AS atau meningkat dibanding kuartal II 2018 yang sebesar 8,02 miliar dolar AS. Hal ini karena faktor musiman peningkatan kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.

Di pos perdagangan barang, setelah tekanan pada ekspor migas, kinerja ekspor nonmigas juga terkontraksi sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor nonmigas tercatat 37,2 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 38,2 miliar dolar AS.

Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi 3,2 miliar dolar AS dari 2,2 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idul Fitri dan libur sekolah.

0 comments

    Leave a Reply