BGN: Senyawa Nitrit Pemicu Keracunan 1.315 Siswa di Bandung Barat Setelah Menyantap Makan Bergizi Gratis

IVOOX.id – Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) menyimpulkan bahwa senyawa nitrit menjadi pemicu utama gejala keracunan yang dialami 1.315 siswa di Bandung Barat setelah menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG). Hidangan itu disiapkan oleh tiga Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbeda.
“Kami berkesimpulan, senyawa nitrit menjadi penyebabnya,” kata Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Dra Karimah Muhammad, Apt., dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id Minggu (5/10/2025).
Karimah menjelaskan, timnya melakukan investigasi menyeluruh dengan menemui para korban, mewawancarai dokter di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin, serta menelusuri hasil uji mikrobiologi dan toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat. “Ditemukan kadar nitrit yang sangat tinggi di buah melon dan lotek dari sampel sisa sekolah,” ujarnya.
Dari hasil uji laboratorium, masing-masing jenis sampel mengandung 3,91 dan 3,54 mg/L nitrit. Padahal, menurut Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, kadar maksimum nitrit yang boleh dikonsumsi dalam minuman hanya 1 mg/L, sedangkan otoritas kesehatan Kanada menetapkan 3 mg/L. “Jadi kalau merujuk standar EPA, maka kadar nitrit dalam sampel sisa makanan di sekolah hampir empat kali lipat dari batas maksimum,” kata Karimah.
Secara alamiah, lanjutnya, buah dan sayur memang bisa mengandung nitrit, yang kadarnya meningkat karena aktivitas bakteri. “Pola gejala yang ditunjukkan para korban sejalan dengan gejala keracunan nitrit, di mana yang mendominasi adalah efek di saluran pencernaan bagian atas, misal mual, muntah atau nyeri lambung, sebanyak 36%. Bukan di saluran pencernaan bagian bawah, misal diare,” katanya.
Ia menambahkan, hanya 3 persen korban yang mengalami diare, padahal biasanya diare merupakan gejala dominan dalam keracunan makanan. Hal ini sempat membuat beberapa dokter heran, namun menurut Karimah, Keracunan nitrit memang tidak memicu diare, karena sebagai zat toksik, nitrit perlu didetoksifikasi di hati terlebih dahulu.
Selain gangguan pencernaan, banyak korban juga mengeluhkan pusing dan kepala terasa ringan. “Gejala pusing muncul karena terjadi pelebaran pembuluh darah, yang juga merupakan ciri keracunan nitrat,” jelas Karimah. Ia menambahkan bahwa gejala lemas dan sesak napas yang dikeluhkan sebagian korban juga sejalan dengan paparan nitrit. “Sebab, nitrit bisa menyebabkan methemoglobinemia, di mana kemampuan hemoglobin di dalam darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang.” Ujarnya.
Dalam penyelidikannya, tim BGN tidak menemukan bakteri penyebab keracunan makanan seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, atau Bacillus cereus. “Selain itu, tim juga tidak menemukan racun sianida, arsen, logam berat, atau pestisida, kecuali nitrit dalam uji toksikologi,” katanya.
Karimah juga menjelaskan bahwa kandungan zat dalam buah atau sayuran tidak selalu tersebar merata. “Buktinya, saat makan satu buah jeruk, sebagian bisa manis, tapi ada yang asam atau kecut. Dampaknya pun bisa berbeda pada setiap individu, tergantung kondisi kesehatan masing-masing anak,” katanya. “Mereka yang memiliki sistem pertahanan tubuh kuat bisa lebih cepat mengeluarkan nitrit dari dalam tubuh.”
Terkait jumlah korban yang mencapai 1.315 siswa, Karimah menjelaskan bahwa data itu mencakup seluruh siswa yang datang ke Puskesmas. “Ada himbauan lewat voice note yang mengajak siswa penyantap MBG untuk datang ke fasilitas kesehatan agar mendapat pemeriksaan gratis. Para orang tua memanfaatkan kesempatan ini dan meminta anak-anaknya datang ke Puskesmas,” ujarnya.
Fakta di lapangan menunjukkan hanya sekitar 7 persen pasien yang menjalani rawat inap. Sisanya, 93 persen langsung diizinkan pulang setelah diperiksa dan diberi obat ringan seperti parasetamol, ondansetron, atau omeprazole. “Sementara yang dirawat inap sebagian mendapat infus pengganti cairan tubuh atau suntikan ondansetron dan omeprazol,” ujar Karimah.
Ia menegaskan pula bahwa tidak ada satu pun korban yang mengalami kejang. “Menurut para dokter di puskesmas dan RSUD, yang dilihat orang awam sebagai kejang itu sebenarnya kram di jari-jari tangan akibat nyeri lambung hebat. Hal itu dibuktikan dengan tidak ada satu pun obat antikejang yang dikeluarkan,” kata Karimah.

0 comments