Bersiap, 60% Wilayah RI Sudah Kemarau | IVoox Indonesia

May 9, 2025

Bersiap, 60% Wilayah RI Sudah Kemarau

Musim-kemarau

IVOOX.id, Jakarta - Wilayah Indonesia kini memasuki musim kemarau. Saat ini, 60% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, sedangkan 40% sisanya pada masa transisi antara musim hujan ke musim kemarau. Warga diingatkan akan suhu yang makin panas, hingga rata-rata di atas 37 derajat Celcius, hingga di puncak kemarau, September mendatang.

Deputi bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal di Jakarta mengatakan, suhu udara pada puncak musim kemarau pada September 2018 diperkirakan bisa mencapai 37 derajat Celcius, badan ini mengimbau agar semua pihak siaga menghadapi musim kemarau karena biasanya terjadi kebakaran hutan dan lahan serta dampak lainnya seperti kekurangan air bersih dan juga dehidrasi.

"Jadi kita sampaikan lebih awal agar pihak-pihak terkait dan masyarakat lebih siap," katanya, di Jakarta, Kamis (21/6).

Diuraikan, naiknya temperatur cuaca, jelas terasa sejak puasa Ramadan hingga lebaran Idul Fitri 1439 Hijriah, suhu udara di sejumlah daerah cukup tinggi yaitu di atas 30 derajat celcius. Di Ibu kota Jakarta, pada dua hari terakhir tercatat suhu mencapai 34 derajat Celcius. Namun meski musim kemarau, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Fenomena ini bisa terjadi dalam seminggu ke depan karena adanya anomali cuaca akibat sistem pola tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah Timur Filipina.

Juga adanya aliran udara basah dari Samudera Hindia, sistem sirkulasi siklonik di wilayah Samudera Hindia Barat Bengkulu, Selat Karimata dan Selat Makassar yang mengakibatkan terjadinya pola pertemuan aliran udara di bagian selatan Kalimantan, perairan Selatan Bangka-Belitung, Sumatera Selatan-Lampung, Bengkulu hingga Samudera Hindia dan belokan angin di wilayah Aceh dan Sumatera Utara.

‘Supermarket’ Bencana

Terkait prakiraan cuaca dan iklim, kini Indonesia masuk dalam kemitraan bersama Inggris, Malaysia dan Filipina. Bentuk kerja sama dalam kemitraan tersebut antara lain dalam bidang pemodelan iklim dan cuaca.

Indonesia yang dinilai internasional sebagai "supermarket" bencana salah satunya bencana hirometeorologi seperti banjir dan longsor, diharapkan bisa melakukan tindakan antisipatif dengan kemitraan itu.  Para peneliti dalam kemitraan tersebut nantinya akan berbagi data terutama terkait dengan kondisi cuaca dan iklim lokal di Indonesia serta dampaknya, termasuk juga mempelajari faktor lokal cuaca di Indonesia. Kemitraan antara Inggris, Malaysia dan Filipina tersebut dimulai pada 2017.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Urip Haryoko, diberitakan Antara,mengatakan, kemitraan tersebut bertujuan bagaimana model global bisa mendeteksi cuaca ekstrem secara lebih cepat. Karena, di Indonesia sering terjadi cuaca ekstrem yang berakibat dan berdampak luas, seperti banjir, longsor dan lainnya.

"Kita mencoba mendeteksi sedini mungkin dengan model iklim global yang diterapkan ke iklim lokal sehingga bisa mengetahui datangnya bencana khususnya bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, banjir dan tanah longsor," kata Urip.

Terhadap keikutsertaan Indonesia, Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Rob Fenn mengungkapkan apresiasinya. "Kami senang Indonesia bergabung dalam kerja sama ini karena diharapkan bisa menghasilkan penelitian yang lebih baik tentang iklim dan cuaca, dan kami ingin Indonesia mempunyai manajemen bencana global yang terbaik," ujar Fenn.

Bersiap

Di wilayah yang biasa terkena kekeringan, antisipasi sudah dilakukan. Di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya. Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos) P3A Kabupaten Kulon Progo, menyediakan 100 tangki air bersih untuk mengatasai masalah kekeringan di wilayah itu.

Kepala Dinsos-P3A Kulon Progo, Eko Pranyata di Kulon Progo, Kamis, mengatakan bantuan 100 tangki air bersih merupakan bantuan dana dekonsentrasi dari Kementerian Sosial (Kemensos).

"Kami memberikan bantuan air bersih sesuai proposal pengajuan dari masyarakat. Sampai saat ini, baru ada 10 proposal permohonan bantuan air bersih dari masyarakat," tambahnya.

Berdasarkan proposal yang masuk, ada 3 wilayah yang meminta bantuan karena kekeringan, yakni Kecamatan Sentolo, Girimulyo, Samigaluh dan Kalibawang. Diyakini, ketersediaan 100 tangki air bersih mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat dalam beberapa waktu ke depan.

Ia mengatakan saat ini, Dinsos-P3A mengatasi situasi yang dianggap darurat saja. Menunggu status darurat terlalu lama. Untuk itu, Dinsos-P3A merespon dulu masyarakat yang sangat membutuhkan air bersih."Kami tidak dapat memastikan ketersediaan 100 tangki air bersih mampu memenuhi air air bersih. Kita akan menunggu perkembangan kondisi kekeringan dalam satu bulan ini, kalau kekeringan semakin meluas, kami akan koordinasi dengan Dinsos DIY," jelasnya.

Salah satu warga Salamrejo Martiyem mengatakan dirinya menggunakan sumber mata air milik perseorangan, namun sejak Lebaran kemarin air tidak mengalir. Di sisi lain, dirinya berharap pemkab menyediakan jaringan air bersih.

"Kami selalu menjadi langganan kekeringan  saat musim kemarau,"tambahnya.

0 comments

    Leave a Reply