Benarkah Kelelahan Bekerja Bisa Sebabkan Kematian?

IVOOX.id, Jakarta - Merasa letih setelah beraktivitas panjang atau melakukan kegiatan saat tubuh Anda sedang kurang sehat adalah hal yang biasa. Kelelahan juga dapat terjadi karena terlalu memaksakan keadaan fisik dan mental kita untuk bekerja secara terus menerus tanpa istirahat yang cukup.
Fenomena meninggal akibat kelelahan menjadi sorotan tajam dalam gelaran pemilu 2019. Komisi Pemilihan Umum menyatakan jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sejauh ini mencapai 119 orang.
“Benar (119 orang meninggal). Kebanyakan karena kelelahan dan mungkin punya penyakit jantung sebelumnya atau penyakit lain,” ujar komisioner KPU Ilham Saputra, seperti yang dilansir oleh BBC News Indonesia, Selasa (23/04) malam.
Saat ditanya apakah KPU memiliki catatan medis mengenai penyebab kematian, Ilham mengatakan, “Kalau itu, dokter yang punya.” ia mengatakan para korban diduga kelelahan.
Komisioner KPU lain, Viryan Aziz, mengatakan jumlah petugas yang sakit mencapai 548 orang dan tersebar di 25 provinsi, dan mereka jatuh sakit diduga karena “kelelahan”.
Penyebab Kelelahan
Pada dasarnya kelelahan dapat timbul akibat stress yang berlebihan. Kondisi ini diperburuk saat seseorang yang kurang istirahat, namun tetap membiasakan gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, minum suplemen dan minuman berenergi yang mengandung ginseng serta kafein. Namun, jika Anda sering merasa lelah padahal sudah cukup istirahat, berhati-hatilah karena bisa saja Anda terkena penyakit yang serius sampai ancaman kematian. Perlu diingat bahwa jangan remehkan rasa lelah yang mendera. Kelelahan yang dibiarkan, akan menyebabkan masalah kesehatan, termasuk sindrom overachievers. Penyakit ini terjadi saat orang mengalami kelelahan emosional, kognitif, dan fisik dalam satu waktu.
Mungkinkah seseorang meninggal akibat kelelahan bekerja?
Dokter penyakit dalam Prof.Dr.dr. Parlindungan Siregar, Sp.PD, KGH (K) memberikan pernyataan singkatnya.
“Kalau di kedokteran itu selalu begitu, selalu dijadikan ‘ini mungkin’, ‘ini mungkin’, jadi perlu dipertegas dengan melakukan sejumlah pemeriksaan,” tutur dr. Parlindungan seperti yang dilansir dari kumparan.com
“Satu-satunya jalan ya otopsi, karena kan tidak bisa periksa laboratorium lagi (sudah meninggal). Jadi semua yang bisa dilakukan hanya menduga-duga, karena di buku sebenarnya enggak ada tulisan demikian (meninggal akibat kelelahan),” sambungnya lagi.
Meski tak ada teori pasti terkait hal ini, penyakit jantung disebut-sebut sebagai ‘biang kerok’ terjadinya kondisi fatal yang menyebabkan kematian. Kerja jantung yang berat akibat akumulasi pola hidup yang tak sehat jadi pemicu utamanya. Misalnya mengonsumsi terlalu banyak kafein, junkfood, merokok, kurang olahraga, hingga kekurangan tidur. Semuanya bisa menyebabkan darah membeku dan menyumbat pembuluh darah.
Aliran darah yang tersumbat akhirnya bisa menyebabkan otot jantung jadi cedera, yang berujung pada serangan jantung, atau dikenal sebagai infark miokard dalam dunia medis. Kondisi inilah yang membuat banyak orang menganggap kelelahan sebagai penyebab kematian.
Soal jam kerja maksimal yang bisa diakomodir oleh tubuh manusia, Parlindungan mengatakan, bahwa sesungguhnya sama sekali tak ada teori tertulis yang menegaskan hal ini.
“Berdasarkan yang sudah diteliti, yang penting tidur minimal enam jam. Itu saja, tidur enam jam itu sehat,” tutupnya.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kelelahan tidak secara langsung menyebabkan kematian akibat penyakit jantung. Namun, kondisi stres berkepanjangan dan iskemia-lah yang menyebabkan risiko kematian akibat penyakit jantung meningkat. Ada kalanya, Anda harus bertahan dengan pekerjaan di hadapan Anda karena deadline yang mengikat. Kalau sudah begitu, mau tidak mau, Anda harus bekerja lembur untuk menyelesaikannya. Kelelahan memang tidak menyebabkan kematian secara langsung.
Namun, apabila Anda tetap merasa lelah padahal telah menerapkan pola hidup sehat, ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter. Apa yang Anda alami bisa saja merupakan sinyal kondisi tertentu yang membutuhkan penanganan lebih serius. Maka dari itu, aturlah waktu produktif dengan menerapkan pola hidup sehat seperti tidur cukup, minimal enam hingga delapan jam sehari, makan makanan bergizi, tidak merokok, minum alkohol, serta memperbanyak aktifitas fisik seperti berolahraga.


0 comments