Bank Dunia Sebut Ekonomi Indonesia Stabil, tapi Perlu Reformasi untuk Pertumbuhan lebih Cepat | IVoox Indonesia

May 12, 2025

Bank Dunia Sebut Ekonomi Indonesia Stabil, tapi Perlu Reformasi untuk Pertumbuhan lebih Cepat

World Bank Country Director untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk
World Bank Country Director untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk dalam laporan Business Ready (B-Ready) World Bank di Jakarta, Senin (10/2/2025). IVOOX.ID/Fahrurrazi Assyar

IVOOX.id – Bank Dunia menilai perekonomian Indonesia cukup stabil di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi banyak negara berkembang. Meski demikian, Indonesia tetap memiliki tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya jika ingin mencapai status negara berpenghasilan tinggi pada 2045.  

World Bank Country Director untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk, mengatakan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sekitar 5% dan sebagian besar didorong oleh permintaan domestik yang kuat. Faktor ini membantu Indonesia bertahan dari guncangan permintaan eksternal yang tidak menentu. 

"Indonesia memiliki populasi yang besar dan tingkat konsumsi yang cukup tinggi. Hal ini menjadi faktor utama dalam menjaga stabilitas ekonomi," ujar Carolyn dalam laporan Business Ready (B-Ready) World Bank di Jakarta, Senin (10/2/2025). 

Meski begitu, ia menekankan bahwa untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi pada 2045, Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan ekonominya hingga minimal 6% per tahun. 

Selain itu, Bank Dunia juga menyoroti pentingnya reformasi regulasi untuk meningkatkan daya saing sektor swasta. Laporan B-Ready 2024 menilai negara-negara berdasarkan tiga pilar utama: kerangka regulasi, pelayanan publik, dan efisiensi operasional. Dari 50 negara yang dievaluasi, rata-rata memperoleh skor 65,5 dari 100 dalam aspek regulasi bisnis. Namun, pelayanan publik yang mendukung kepatuhan bisnis masih menjadi tantangan dengan skor rata-rata global sekitar 50%. 

Dalam laporan tersebut, Indonesia memperoleh skor 64 untuk kerangka kebijakan, 63 untuk layanan publik, dan 61 untuk efisiensi operasional. Indonesia mencatatkan skor tertinggi dalam sektor Tenaga Kerja, Layanan Utilitas, dan Lokasi Bisnis, yang mencerminkan adanya pusat pelatihan tenaga kerja, regulasi yang baik untuk layanan internet dan air, serta transparansi dalam izin bangunan dan zonasi. 

Namun, Indonesia mendapat skor rendah dalam Persaingan Pasar, Layanan Keuangan, dan Kepailitan Bisnis. Bank Dunia mencatat bahwa masih ada kekurangan dalam fasilitas Transfer Teknologi, taman sains dan teknologi, serta sistem pendaftaran agunan yang lebih transparan. Selain itu, belum adanya regulasi khusus mengenai proses kepailitan bagi usaha mikro dan kecil juga menjadi salah satu tantangan dalam sektor bisnis di Indonesia. 

Carolyn menekankan bahwa di tengah tantangan global seperti meningkatnya utang negara berkembang, perlambatan investasi, dan dampak perubahan iklim, sektor swasta memainkan peran krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja. 

Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat fundamental ekonominya melalui kebijakan yang mendorong investasi dan inovasi bisnis. Reformasi regulasi yang tepat diharapkan dapat menciptakan lingkungan usaha yang lebih kompetitif serta meningkatkan produktivitas di sektor manufaktur dan jasa.

0 comments

    Leave a Reply