Anggaran Riset Minim Jadi Penyebab TFP RI Tertinggal

IVOOX.id - Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Bappenas, Eka Chandra Buana menyoroti masalah produktivitas ekonomi domestik sebagai salah satu risiko ekonomi Indonesia dalam lima tahun kedepan. Masalah tersebut kata dia tercermin dari total factor productivity (TFP) Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah minimnya anggaran riset yang ditetapkan.
Menurutnya TFP Indonesia tertinggal jauh dari negara Asia lainnya, dan trennya terus menurun sejak 1998 ke arah 0,30.
"Padahal, negara Asia lain seperti China, India, baru merosot ke level 1,30 pada 2018, bersamaan dengan Jepang, dan Thailand. Sedangkan Vietnam, Turki, dan Korea Selatan masih konsisten naik TFP hingga 2020 ke arah 1,30," kata Chandra dalam agenda Konsultasi Publik 2023 dalam Rangka Penyusunan RPJMN 2025-2029 dan RKP 2025, Kamis (28/12/2023).
Menurut Bappenas salah satu penyebab terus turunnya TFP Indonesia lantaran anggaran riset dan pengembangan atau R&D Indonesia sangat kecil, yakni hanya 0,24% per PDB. Sementara negara-negara maju bisa menyentuh angka 4%.
"Indonesia pun masih di peringkat 61 dalam Global Innovation Index 2023 di bawah Thailand peringkat 43, Vietnam 46, dan Malaysia 36, serta jumlah paten yang hanya 84.540 pada 2022 jauh di bawah China 4,21 juta," katanya.
Lebih lanjut Chandra berharap penyusunan RPJMN ini dapat menjadi bagian penting dalam membangun pondasi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia lima tahun kedepan yang ditargetkan sekitar 5,6%-6,1%.
"Kami susun growthnya 5,6-6,1%, ini kita sudah perhitungkan bagaimana meningkatkan produktivitas kita. Dalam growth model kita targetkan 5 tahun ke depan 50% peningkatan produktivitas di dalamnya ada capital dan labor di situ," ucap Chandra.
Chandra menjelaskan untuk mencapai target tersebut Bappenas telah mendesain sejumlah upaya, salah satunya yakni investasi langsung atau foreign direct investment yang masuk ke Indonesia harus berorientasi ekspor, skema insentif yang tepat, belanja R&D yang meningkat, belanja SDM meningkat, serta iklim usaha yang kondusif dengan transformasi tata kelola, kelembagaan, dan regulasi.
Ada berbagai faktor yang menjelaskan TFP. Salah satunya adalah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi membuat pekerja lebih produktif. Misalnya, mereka dapat belajar dari internet untuk mempelajari keterampilan baru atau menemukan cara untuk melakukan pekerjaan mereka lebih cepat.
Kemajuan teknologi juga bertanggung jawab atas peningkatan output bisnis secara signifikan. Dengan mesin yang lebih canggih, produsen dapat menghasilkan output yang sama tapi lebih cepat daripada sebelumnya. Atau, mereka juga dapat menghasilkan output yang lebih banyak menggunakan kuantitas input yang sama karena mesin lebih efisien.

0 comments