World Food Programme Dukung Program Penekanan “Stunting” di Indonesia | IVoox Indonesia

July 24, 2025

World Food Programme Dukung Program Penekanan “Stunting” di Indonesia

1578312230040

IVOOX.id, Jakarta - Kasus mengenai stunting atau kerdil pada anak, masih menjadi perhatian khusus pemerintah. Data terakhir menunjukkan bahwa persentase anak kerdil mencapai 27.5 persen.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, turut menjadikan penekanan kasus kerdil pada anak, sebagai salah satu program prioritas dalam lima tahun kedepan.

Upaya pemerintah Indonesia dalam menekan kasus kerdil pada anak itu, juga mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak yang bergerak dibidang kesehatan maupun gizi. Seperti Program Pangan Dunia (WFP).

Representasi WFP di Indonesia, Christa Rader, mengatakan, persentase kasus kerdil pada anak yang berhasil ditekan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2019, patut diberi apresiasi dan didukung sepenuhnya.

“Indonesia tentunya sudah sangat berhasil dalam menekan angka stunting dan Anda sudah membaca 30 persen dan terakhir persentasenya mencapai 27.5 persen. Tapi, semakin rendah persentase yang Anda capai, maka semakin banyak tantangan didepannya. Saya rasa jika seluruh pesan dapat diterima oleh seluruh masyarakat, tentunya itu akan menjadi hal baik dari mendukung penekanan stunting. Tapi, tentunya itu membutuhkan adanya dorongan tambahan,” ungkap Rader ketika ditemui usai menggelar pertemuan bersama Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, Senin (6/1/2020), di Istana Wapres.

Rader menyebut, WFP mendukung sepenuhnya berbagai upaya pemerintah Indonesia dalam menekan persentase kerdil pada anak, terutama mendorong masyarakat memanfaatkan program proteksi sosial.

“Ada tiga area yang saya tekankan, diantaranya mendukung persiapan dari pemerintah, kedua adalah mendukung menekan angka stunting (kerdil) khususnya dalam memanfaatkan program proteksi sosial untuk memiliki dampak penekanan angka kerdil, ketiga adalah anlitik WFP penelitian terhadap keamanan pangan dan gizi,” jelasnya.

Menurut Rader, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tataran bawah akan pentingnya mencegah kerdil pada anak sejak dini, perlu adanya perubahan perilaku atau mengubah komunikasi mengenai manfaat gizi.

“Serta, membawa pesan yang kami sebut sebagai perilaku atau mengubah komunikasi mengenai gizi kepada para penerima sebagai bagian dari program proteksi sosial. Banyak dari mereka memiliki anak kecil dan anak-anak balita ini kehidupan 1000 hari pertama mereka dimana kita bisa membuat perbedaan mengenai stunting itu sendiri,” terang Rader.

Sementara, berdasarkan data Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah melakukan riset terhadap 84.000 balita dalam bentuk Hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI).

Hasilnya, prevalensi balita underweight atau gizi kurang tahun 2019 berada pada angka 16,29 persen. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 1,5 persen dari tahun lalu. Kemudian prevalensi balita stunting pada 2019 sebanyak 27,67 persen, turun sebanyak 3,1 persen dari tahun 2018. Sementara itu untuk prevalensi balita wasting (kurus), berada pada angka 7,44 persen. Angka tersebut turun 2,8 persen dari 2018. 

0 comments

    Leave a Reply