WIKA Gedung Tawarkan Saham Rp290-Rp456 per Unit

iVOOXid, Jakarta - PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WIKA Gedung) akan melepas sebagian sahamnya ke publik melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan harga di kisaran Rp290-Rp456 per saham.
Direktur Utama WIKA Gedung, Nariman Prasetyo di Jakarta, Kamis (26/10/2017), mengatakan bahwa melalui IPO, perseroan optimistis mampu mempercepat akselerasi bisnis, baik konstruksi high rise building maupun investasi pengembangan yang direncanakan.
"Penguatan modal merupakan kebutuhan utama WIKA Gedung untuk memperkuat daya saing dan mengoptimalkan peluang pertumbuhan bisnis yang dikelola," katanya.
Ia mengemukakan bahwa perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 4,467 miliar saham atau setara 40 persen setelah IPO, dengan harga ditawarkan Rp290-Rp456 per saham. Rencananya, 70 persen dana dari hasil IPO akan digunakan untuk investasi dan konsesi, sementara sisanya sebesar 30 persen untuk modal kerja.
Dalam aksi korporasi itu, WIKA Gedung menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, PT Buana Capital Sekuritas, dan PT CIMB Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Managing Director Mandiri Sekuritas, Laksono W Widodo mengatakan bahwa pelaksanaan IPO WIKA Gedung dilakukan pada momentum yang tepat. Pasalnya, anak perusahaan BUMN ini sedang dalam pertumbuhan bisnis yang kuat di tengah industri konstruksi dan infrastruktur yang menjadi perhatian utama pemerintah.
"Dengan dukungan fundamental dan prospek bisnis yang kuat, saham WIKA Gedung diharapkam dapat menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor pasar modal. Posisinya sebagai anak usaha BUMN juga akan memberikan nilai tambah bagi emiten," katanya Direktur Pengembangan Investasi dan Human Capital WIKA Gedung, Nur Al Fata mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan pemanfaatan peluang, perseroan memiliki tiga strategi bisnis, yaitu Bisnis Inti, Backward Integration dan Forward Integration.
Ia mengemukakan bahwa bisnis inti WIKA Gedung adalah penyedia jasa konstruksi high rise building. Sementara backward integration berkaitan dengan industri pracetak, modular dan geoteknik. Strategi itu merupakan upaya perseroan untuk memperkuat rantai pasokan atas bisnis inti perseroan.
Sedangkan Forward Integration, lanjut dia, merupakan langkah lanjutan. dimana perusahaan melakukan investasi dan konsesi untuk memperoleh seluruh pekerjaan konstruksi dari investasi dan konsesi itu, serta untuk memperoleh pendapatan berulang.
"Strategi bisnis itu diharap saling memperkuat dan akan menjadi prioritas pengembangan perusahaan. Itu sebabnya alokasi dana IPO untuk investasi dan konsesi porsinya paling besar," katanya. (ant)

0 comments