Wali Kota Mataram Sebut Banjir di Musim Kemaru Akibat Anomali Cuaca, Pemprov NTB Tetapkan Status Darurat Bencana

IVOOX.id – Wali Kota Mataram Mohan Roliskana mengatakan fenomena gelombang pasang yang terjadi akibat fase bulan besar memperparah dampak banjir yang melanda enam kecamatan di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Bencana banjir yang terjadi saat musim kemarau adalah anomali cuaca menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah.
"Ketika terjadi air cukup besar dari arah hulu tidak bisa dibuang ke laut karena terjadi pasang," ujarnya dalam pernyataan di Mataram, Selasa (8/7/2025), dikutip dari Antara
Mohan menuturkan, bencana banjir yang terjadi saat musim kemarau adalah anomali cuaca.
Fenomena alam itu lantas menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah untuk mengantisipasi berbagai hal yang berpotensi terjadi di masa depan.
Dia berkomitmen melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kondisi lingkungan dan berbagai regulasi yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, termasuk aspek sosial masyarakat yang sering membuang sampah ke sungai.
"Banjir yang terjadi di musim kemarau, anomali seperti ini pernah terjadi tetapi tidak seperti ini -dampaknya-. Ini bersamaan dengan air laut pasang, sehingga memang selalu begitu fenomenanya," kata Mohan.
Pemerintah Kota Mataram menyebutkan data sementara jumlah warga yang terdampak banjir sebanyak 6.700 kepala keluarga atau sekitar 30.000 jiwa, dan satu orang meninggal dunia akibat tersengat listrik.
Selama dua hari ke depan, pemerintah kota masih berfokus mengevakuasi masyarakat yang terdampak banjir dan memperbaiki kondisi jalan umum agar aktivitas kota dapat kembali normal.
Beberapa unit mobil yang tercebur ke dalam sungai akibat terseret arus banjir sedang diupayakan untuk ditarik naik agar tidak menghalangi proses pembersihan sungai dari sampah yang menyumbat aliran air.
Pada 4 Juni 2025 atau dua hari sebelum peristiwa banjir di Mataram, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tentang bencana banjir rob di seluruh pesisir Nusa Tenggara Barat pada 5-16 Juli 2025.
Potensi banjir rob yang terjadi bulan ini disebabkan fenomena fase bulan purnama yang terjadi pada 10 Juli 2025 mendatang. Fase purnama dapat meningkatkan ketinggian air laut maksimal karena gravitasi bulan.
Dua hari usai peringatan dini banjir rob itu muncul hujan lebat dengan durasi sekitar enam jam. Hasil pemantauan curah hujan yang dilakukan oleh BMKG diperoleh data 4,2 miliar liter air hujan tumpah di Kota Mataram.
BMKG mengungkapkan ada empat faktor pemicu hujan intensitas sedang hingga lebat yang menyebabkan banjir di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Fenomena hujan tersebut terjadi akibat aktifnya gelombang atmosfer frekuensi rendah, kelembaban udara cenderung basah dari lapisan 850 milibar (mb) hingga 700 mb dengan nilai 70-90 persen.
Kemudian labilitas atmosfer kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal, dan nilai reflektivitas lebih dari 30 dBZ (desibel reflektivitas) di wilayah Kota Mataram serta Kabupaten Lombok Barat.

Perajin tahu membersihkan pabriknya yang dipenuhi lumpur akibat bencana banjir di Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (7/6/2025). ANTARA/HO-Diskominfotik NTB
Pemprov NTB Tetapkan Status Darurat Bencana di Kota Mataram
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) resmi menetapkan status darurat bencana menyusul banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Kota Mataram pada Minggu (6/7/2025).
Keputusan tersebut diambil dalam rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Kantor Gubernur NTB, Senin (7/7/2025) malam. Status darurat ini akan berlaku selama 10 hari ke depan.
Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah (Sekda) NTB Lalu Moh Faozal mengatakan penetapan status darurat merupakan langkah cepat untuk mempercepat proses pemulihan pasca-bencana.
"Mulai ini kita tetapkan status darurat bencana yang berlaku selama 10 hari. Ini agar proses penanganan bisa lebih cepat dan terkoordinasi," ujar Faozal di Mataram, Selasa (8/7/2025), dikutip dari Antara.
Selama masa tanggap darurat, Pemprov) NTB akan mengaktifkan posko pengaduan dan posko tindakan, serta mengerahkan seluruh sumber daya termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk terlibat langsung dalam penanganan.
"Para ASN Pemprov akan turun ke lokasi terdampak. Ada skema pembagian tugas, OPD dan asisten akan membackup wilayah-wilayah tertentu," kata Faozal.
Faozal merinci Asisten I akan bertanggung jawab atas area perkantoran dinas provinsi di Jalan Majapahit, sedangkan Asisten II dan III akan fokus membantu di wilayah terdampak langsung.
Sementara untuk distribusi bantuan logistik, kata dia, Pemprov NTB memberikan kewenangan penuh kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram. "Distribusi bantuan akan dikoordinir oleh Wali Kota Mataram karena beliau yang paling tahu kondisi dan sebaran wilayah terdampak," ucapnya.
Rapat tersebut dihadiri oleh seluruh unsur Forkopimda, antara lain Kapolda NTB, Danrem, Kajati, Ketua DPRD NTB, Danlanud, Danlanal, serta pimpinan OPD terkait.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB melaporkan sebanyak 7.676 Kepala Keluarga (KK) atau 30.681 jiwa terdampak bencana banjir akibat hujan yang melanda Kota Mataram dan daerah sekitarnya.
Kepala BPBD NTB Ahmadi mengatakan ada enam kecamatan di Kota Mataram yang terdampak banjir, yakni Sandubaya, Mataram, Cakranegara, Sekarbela, Selaparang, dan Ampenan.
"Korban luka-luka sebanyak 15 jiwa dan korban mengungsi ada 520 jiwa. Sedangkan, korban meninggal dunia dan korban hilang masih dalam proses pendataan," ujarnya, dikutip dari Antara.
Ahmadi menjelaskan, sungai-sungai yang mengalir di Kota Mataram meluap dan merendam pemukiman penduduk akibat hujan intensitas sedang hingga lebat pada Minggu (6/7) mulai pukul 14.00 Wita sampai sore.
"Peristiwa itu menyebabkan puluhan mobil terseret banjir, pohon tumbang, dan tembok keliling Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya roboh ke arah jalan.
"Kondisi saat ini sudah kondusif. Tim gabungan bersama saat ini sedang melakukan pembersihan material sisa banjir," katanya.
Kepala Kepolisian Resor Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat Kombes Pol. Hendro Purwoko menyebut ada dua warga korban banjir dalam intensitas lebat yang terjadi pada Minggu (6/7/2025), meninggal karena tersengat listrik.
"Iya, ada dua warga menjadi korban (meninggal) karena tersengat listrik," kata Kombes Hendro di Mataram, Senin (7/7/2025), dikutip dari Antara.
Dua warga yang meninggal tersebut merupakan seorang pemuda dan wanita paruh baya. Untuk yang pemuda bernama Tomi (30 tahun), warga Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Sementara, wanita paruh baya tersebut bernama Tuti Suriani (48 tahun), warga Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
Terpisah, Camat Ampenan Muzakkir Walad menyampaikan bahwa almarhumah kini telah dimakamkan pihak keluarga. Perwakilan Pemerintah Kota Mataram juga sudah menyambangi kediaman almarhumah dan menyampaikan rasa bela sungkawa.
"Dari pemkot juga sudah menyampaikan tali asih sebagai bentuk bela sungkawa," ujar Muzakkir.
Dia mengatakan kronologis Tuti yang merupakan warganya tersebut meninggal tersengat listrik pada saat hendak membeli tas.
"Posisi kejadian itu di Jalan Lestari. Di sana ada genangan air, kondisi korban Tuti ini beli tas di dekat sana," ucapnya.
Saat hendak melewati genangan air tersebut, Tuti tersengat listrik. Warga yang mengetahuinya langsung menghubungi pihak pemerintah dan melakukan evakuasi terhadap Tuti.
"Posisinya itu ada di sampingnya tiang lampu penerang jalan. Di situ ada kabel yang terbuka. Kena strum-nya di situ, saat pijak genangan dan pegang tiang lampu," kata dia.

0 comments