Wakil Ketua Komisi XI Tak Mau Berspekulasi, Melorotnya Rupiah Disengaja atau Tidak

IVOOX.id, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (9/5), bergerak melemah sebesar 30 poin menjadi Rp14.073 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.043 per dolar AS.
Hal ini menjadi perhatian banyak pihak karena selama beberapa pekan Rupiah terus-terusan melemah dan menjauhi dari nilai fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai sangat kuat saat ini.
Apalagi beredar kabar bahwa pelemahan Rupiah ini adalah hal yang disengaja oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat masa jabatannya hampir selesai untuk mewariskan Nilai Tukar yang bermasalah kepada penggantinya, Perry Warjiyo.
Hal ini diperkuat dengan isu yang beredar bahwa Agus malah melakukan perjalanan dinas keluar negeri, bahkan terkesan sangat lamban dalam menangani persoalan lemahnya rupiah ini.
Buktinya dorongan semua pihak agar BI tidak selalu menggunakan instrumen cadangan devisa dalam mengintervensi rupiah, dan menggunakan instrumen lain seperti menaikkan suku bunga acuan BI, tidak digubris.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir, tidak mau berspekulasi mengenai adanya faktor kesengajaan atau tidak dari pihak Gubernur BI, bahwa Rupiah semakin melemah.
"Saya tidak ingin menduga-duga, tapi yang dilakukan BI sudah on the track, hanya perlu tambahan instrumen saja lagi yaitu jgn memgandalakan cadangan devisa tok! Dan segera putuskan untuk naikkan atau tidak suku bunga Repo 7 hari (suku bunga acuan, BI 7 days repo rate)," kata dia saat dihubungi Akurat.co, di Jakarta, Rabu (9/5).
Setelah reses, Politisi Partai PAN ini mengaku bahwa Komisi XI berencana akan memanggil BI, Menteri Keuangan serta OJK untuk dimintai penjelasan apa rencana kerja mereka terkait kasus pelemahan rupiah ini.
"BI harus cermat gunakan cadangan devisa untuk intervensi, karena ini sifatnya sementara. Namun tetap saja ruang rupiah harus tetap di koridor yang aman (stabil) sehingga tidak membuat panik buying. Sekali lagi BI sebagai institusi pengendali rupiah tidak harus mengandalkan cadangan devisa saja sebagai alat takar rupiah akan tetapi BI harus bisa mencari alternatif instrumen lain untuk lakukan intervensi dollar demi stabilnya rupiah," pungkasnya.

0 comments