Usaha Pendakian Gunung Sinyal di Kalbar | IVoox Indonesia

May 24, 2025

Usaha Pendakian Gunung Sinyal di Kalbar

IMG-20210808-WA0035
Kemenkominfo melalui program Bakti untuk Negeri menargetkan sekitar 4.200 infrastruktur BTS terbangun sepanjang 2021. (Foto: Ist)

IVOOX.id, Desa Tebuah Elok - Sinyal menjadi sesuatu yang amat mahal di beberapa wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar, (3T) di Indonesia. Demi mendapatkan sinyal internet, masih banyak masyarakat terpaksa harus naik turun gunung agar bisa terus terkoneksi.

Hal itu terjadi di beberapa wilayah Kalimantan Barat. Di beberapa sekolah di Desa Tebuah Elok, Kecamatan Subah, Kalimantan Barat, rupanya masih melakukan pertemuan tatap muka (PTM) sepanjang pandemi covid-19.

Itu dilakukan lantaran banyak siswa yang tidak mampu membeli gawai atau memperoleh sinyal yang stabil. Untungnya, para guru bersedia melakukan pembelajaran door to door dengan datang ke rumah siswa agar tugas mereka bisa dikerjakan.

"Ini salah satu solusi belajar-mengajar yang kami lakukan saat awal pandemi. Kami pun meminta pada orangtua atau kakak siswa untuk membantu mereka. Kalau siswa masih tidak paham, tiga hari kemudian barulah dijelaskan secara berkelompok oleh guru," jelas Tommy, guru kelas 6 SDN Elok Asam dalam tayangan Bakti untuk Negeri di Metro TV, kemarin.

Puluhan tahun sinyal internet tidak pernah masuk ke Desa Tebuah Elok. Di tengah kemajuan teknologi dunia, desa ini harus tertinggal jauh. Bahkan, masyarakat desa setempat harus rela berjalan berkilo-kilometer keluar desa agar mereka memperoleh sinyal.

Bukan hanya pendidikan yang terganggu, pelayanan masyarakat juga berjalan amat lambat akibat dari ketidakberdayaan sinyal di wilayan ini.

Kepala Desa Tebuah Elok, Harun, mengatakan selama sinyal sulit diperoleh, pekerjaan yang semestinya bisa diselesaikan dalam waktu 2 jam pun harus berakhir selama tiga hari. Karena itu, apa pun pelayanan masyarakat menjadi lama. "Ini adalah kendala yang luar biasa. Pelayanan masyarakat jadi terganggu," kata dia.

Di Desa Tabuah Elok, masyarakat sering memanfaatkan tempat tinggi seperti bukit untuk beramai-ramai mencari sinyal. Bukit tersebut pun konon dinamai sebagai 'Bukit Sinyal'.

Kemajuan perekonomian warga secara otomatis akan berjalan lamban dengan tidak adanya sinyal. Masih banyak petani kelapa sawit di Kalbar ternyata harus bersusah payah memasarkan produk mereka. Padahal, buah dan sari kelapa sawit harus segera diolah begitu selesai dipanen.

Salah seorang petani sawit, Alexander Goliot, mengatakan untuk mencari transportasi angkut kelapa sawit, selama ini ia harus keluar desa terlebih dahulu untuk mendapatkan sinyal agar bisa berkomunikasi. Karena itu, proses pengiriman kelapa sawit ke pabrik menjadi terhambat.

"Kalau ada sinyal, proses ini sebetulnya cepat. Tinggal petik, angkut, dan siap olah. Tapi karena sinyal susah, mau cari transportasi angkut saja menjadi lama," kata dia.

Alexander mewakili harapan masyarakat di desanya agar sinyal merata bisa diperoleh sehingga pertumbuhan ekonomi bisa dirasakan masyarakat Tenuah Elok.

"Dari internet pun kita mencari perkembangan harga jual kelapa sawit setiap harinya," tambahnya.

Namun, saat ini sesuai dengan program menuju Indonesia Digital 2024, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tengah mendirikan infrastruktur base receiver station (BTS) di beberapa titik di wilayah Kalbar. Di antaranya, di Desa Tabuah Elok, Kecamatan Subah; Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, dan Desa Sungai Bening, Kecamatan Sajingan Besar.

Kemenkominfo melalui program Bakti untuk Negeri menargetkan sekitar 4.200 infrastruktur BTS terbangun sepanjang 2021. Pembangunan ini dikhususkan untuk wilayah 3T.

0 comments

    Leave a Reply