Tolak Usul OPEC Kurangi Produksi, Rusia Potensi Rugi Hingga USD150 Juta/Hari

IVOOX.id, Moskow - Rusia akan kehilangan antara USD100 juta hingga USD150 juta per hari setelah menolak menyepakati perpanjangan dan pendalaman pemangkasan produksi yang diusulkan OPEC.
Hal itu diungkapkan salah seorang pemilik Lukoil, Leonid Fedun, memperkirakan akhir pekan ini.
Kesepakatan dengan OPEC berantakan karena pemerintah Rusia tidak ingin memangkas produksi minyak dan gas, yang dapat menjadi sumber kehidupan ekonominya.
Arab Saudi bersikeras mengurangi produksi. Pakta saat ini mengenai pembatasan produksi akan berakhir pada 1 April, setelah itu anggota OPEC dapat mulai meningkatkan produksi.
Harga minyak mentah Brent turun lebih dari 7% pada hari Jumat, turun ke level terendah sejak Juni 2017 berkat double-whammy dari keruntuhan ekonomi coronavirus, dan kegagalan kesepakatan OPEC.
"Ini adalah keputusan yang sangat tidak terduga dan tidak masuk akal (menolak usul OPEC)," kata media Rusia mengutip Fedun pada hari Jumat.
Fedun memperkirakan harga minyak akan turun menjadi USD40 per barel. Ekspor Rusia hingga lima juta barel per hari.
Menurut dia, tidak ada seorang pun selain pemerintah Rusia yang tahu persis mengapa mereka menolak untuk memperpanjang perjanjian pengurangan produksi.
Sementara itu, permintaan menurun karena Eropa bersiap untuk dampak coronavirus.
Kesepakatan OPEC tahun lalu dengan Rusia untuk mengurangi produksi minyak sebesar 1,7 juta barel per hari tetap berlaku hingga 31 Maret.
Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, mengatakan kepada harian bisnis Rusia Kommersant bahwa negara-negara tidak produsen akan memiliki kewajiban untuk mengurangi produksi minyak setelah 1 April.
Selama 12 bulan terakhir, investor asing dan domestik menyukai perusahaan minyak dan gas Rusia karena hasil dividen yang besar. Tetapi banyak dari imbal hasil itu dihilangkan oleh kerugian nilai saham.
Lukoil, yang membayar hasil dividen 6,2% saat ini, sedang menyaksikan harga sahamnya jatuh 20% tahun ini.
Novatek, produsen gas alam independen terbesar di Rusia, turun 31%. Gazprom bahkan lebih buruk, turun hampir 35% sejak 1 Januari.
Pada catatan lain, minyak berjangka sudah mulai musnah dari pintu gerbang dengan perdagangan minyak mentah Brent sekitar 20% lebih rendah berkat kegagalan kesepakatan OPEC dan serangan coronavirus yang melanda Eropa.

0 comments