Terhadap Langkah Pemerintah Atasi Defisit Current Account, Bank Dunia Pesimistis | IVoox Indonesia

May 3, 2025

Terhadap Langkah Pemerintah Atasi Defisit Current Account, Bank Dunia Pesimistis

bank dunia armradio am

IVOOX.id, Jakarta - Bank Dunia Menilai sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia untuk secara signifikan mempersempit defisit neraca transaksi berjalan (current account) tak efektif dan justru menghambat pertumbuhan ekonomi.

Penilaian itu terekam dalam laporan berjudul "Indonesia Economic Quarterly" yang dirilis lembaga keuangan multilateral itu Kamis (20/9).

Defisit current account pada kuartal II 2018 yang menyentuh 3 persen makin menekan rupiah, di saat mata uang Garuda tengah kelabakan menghadapi gejolak penjualan aset emerging market dalam beberapa bulan belakangan sehingga menyentuh nilai terrendah 20 tahun terhadap dolar AS.

Seperti dilansir Reuters, dampak eksternal berupa perang dagang yan dilancarkan AS dan potensi kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), telh menekan rupiah. Tekanan makin menjadi dengan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II, yang merupakan angka tertinggi dalam empat tahun.

Terkait hal itu, pemerintah mengambil kebijakan membatasi impor dengan menaikkan pajak impor, menunda proyek infrastruktur strategis, dan memperluas penggunaan biodiesel B-20 untuk menekan impor BBM.

Sedangkan Bank Indonesia menaikkan suku bunga 125 basis poin sejak pertengahan Mei dan mengguyur pasar dengan cadangan devisa untuk melakukan intervensi di pasar uang demi menahan penurunan rupiah.

Bank Dunia mengatakan bahwa pajak impor untuk lebih dari 1.000 barang, sebagian besar barang-barang konsumsi, dan penundaan investasi negara ke sejumlah proyek infrastruktur tak mungkin memiliki dampak besar pada neraca berjalan dalam waktu dekat.

"Mengingat kesenjangan infrastruktur yang signifikan di negara ini, langkah-langkah ini mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan dan justru membebani pertumbuhan potensial dan memberikan konsekuensi jangka panjang untuk ekonomi. Kebijakan fiskal dan moneter ketat sama-sama membebani pertumbuhan dalam jangka pendek dan menengah," demikian penilaian Bank Dunia.

Belum lagi, lanjut laporan itu, pengenaan tarif lebih tinggi terhadap barang-barang konsumsi impor berpotensi meningkatkan inflasi dan memukul konsumsi domestik.

0 comments

    Leave a Reply