Taman Nasional Kerinci Seblat, Pucuk Bumi Tanah Andalas | IVoox Indonesia

May 4, 2025

Taman Nasional Kerinci Seblat, Pucuk Bumi Tanah Andalas

Gunung 1

IVOOX.id - Kendati masih aktif dan berselimut kisah-kisah misteri, Kerinci memikat para pendaki untuk menggapai puncaknya. Pada puncak gunung menghampar ekosistem sub-alpin, dengan daratan berpasir dan bebatuan.

Lebar puncak Kerinci yang tak lebih dari dua meter seakan menantang kesabaran, ketangkasan dan ketangguhan jiwa para pecinta alam. Lantaran berisiko tinggi, pendakian sepatutnya didampingi pemandu yang berpengalaman.

Sebelum mencapai puncak, sambangilah danau Gunung Tujuh.

Dari Kota Sungai Penuh, danau di atas Gunung Tujuh ini jaraknya sekitar 56 km. Selain keindahannya yang khas, Gunung Tujuh juga menyimpan misteri. Hingga kini, masyarakat sekitar percaya bahwa danau pada gunung yang dulu bernama Gunung Sakti ini dijaga dua makhluk serupa manusia. Keduanya dikawal oleh hewan yang memiliki bentuk seperti harimau.

Kisah ini sejatinya memuat kearifan lokal perihal nilai penting kawasan Kerinci Seblat. Pesan turun-temurun itu menyiratkan kawasan konservasi ini tetap dijaga dan dirawat. Tentu saja, agar Kerinci Seblat tetap abadi sepanjang masa.

Hakikatnya, Kerinci yang lestari akan menunjang peradaban di sekitarnya. Tak hanya danau Gunung Tujuh, danau Bontak pun sangat sayang untuk dilewatkan.

BACA JUGA: Gajah Sumatera; Kisah Sang Penjelajah Rimba Sumatera

Keanekaragaman hayati yang tinggi menjadikan Taman Nasional Kerinci Seblat ditabalkan sebagai Situs Warisan Dunia. Raflesia arnoldi, Raflesia hasseltii, dan pohon pinus khas Kerinci hanya sebagian kecil flora taman nasional ini.

Situs Warisan Dunia ini gabungan dari tiga taman nasional di gugusan Bukit Barisan di Sumatera. Secara terpadu kawasan ini dinamakan Tropical Rainforets Heritage of Sumatera (TRHS).

Sesuai namanya, nilai penting bentang alam kawasan adalah sejarah alam hutan hujan tropis Sumatera, lengkap dengan aneka tipe ekosistem, dari dataran tinggi sampai lautan, serta keragaman hayati. Situs ini juga menjadi suaka perlindungan bagi tiga mamalia terancam punah: Harimau Sumatera, Orangutan Sumatera dan Gajah Sumatera.

Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) adalah tempat yang bernilai khusus, terutama terkait dengan peninggalan sejarah, baik alam maupun budaya.

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah kawasan yang memiliki nilai penting luar biasa dalam konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem alam di Indonesia. Maha taman ini memiliki luas kawasan hampir 1,4 juta hektar dan tersebar di empat provinsi di Pulau Sumatera; Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Keragaman topografi dan ekosistem kawasan menjelma menjadi bentang alam yang unik dan indah, seperti kawasan Danau Gunung Tujuh, Gunung Kerinci, Rawa Bento, Goa Kasah, dan lain sebagainya.

Pemandangan alam di utara celah lembah bagian tengah didominasi oleh kerucut gunung berapi Kerinci yang masih aktif, sedangkan di bagian utara dan barat daya terdapat danau kawah, yaitu Danau Tujuh dan Danau Kerinci.

Gunung Kerinci merupakan gunung berapi tertinggi di Sumatra dengan tinggi 3.805 mdpl. Gunung ini merupakan salah satu ikon wisata utama di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Kabupaten Kerinci. Setiap tahunnya, gunung ini didaki oleh lebih kurang 6000 pendaki baik dari dalam maupun luar negeri.

Puncak volume pendakian biasanya terjadi di bulan Agustus, saat kemerdekaan Republik Indonesia, dan bulan Desember menjelang pergantian tahun. Selain untuk pendakian (hiking) Gunung Kerinci juga merupakan lokasi favorit untuk kegiatan berkemah, pengamatan burung, penelusuran hutan, pendidikan lingkungan dan pelatihan SAR.

Daya tarik Gunung Kerinci sendiri terletak pada tantangan yang harus ditaklukkan ketika mendaki, biodiversitas flora dan fauna yang menyusun hutannya, serta pemandangan indah dan unik yang hanya bisa dinikmati di ketinggian Gunung Kerinci.

Saat ini puncak Gunung Kerinci bisa dicapai dari dua jalur pendakian. Jalur pendakian lama yang sudah banyak dikenal adalah jalur melalui Kersik Tuo di Kabupaten Kerinci.

Sedangkan jalur baru yang diresmikan pada tahun 2016 oleh Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, dimulai dari pintu rimba yang terletak di kaki Bukit Bontak, Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan.

Jalur pendakian Gunung Kerinci melalui Kersik Tuo memiliki daya tarik sendiri bagi pada pecinta pengamatan burung. Jalur ini dihuni lebih dari 41 jenis burung, dan 7 diantaranya termasuk dalam kategori endemik. Salah satu jenis burung langka dan endemik yang sangat menarik bagi para birdwatchers adalah paok schneider atau Hydrornis schneider. Sempat dinyatakan punah di alam, burung ini ternyata masih dapat ditemukan di Gunung Kerinci.

Danau Gunung Tujuh merupakan danau kaldera yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau. Pada ketinggian 1.996 m dpl, danau ini menjadi salah satu danau tertinggi di Asia Tenggara. Danau ini sering ditutupi kabut dengan suhu rata-rata 17 derajat Celcius. Luas Danau ± 960 ha dengan panjang berkisar 4,5 km dan lebar 3 km.

Danau Gunung Tujuh dikenal sebagai Danau Sakti oleh masyarakat Kerinci. Air danau selalu terlihat bersih bahkan daun-daun pun tidak ditemukan walaupun terdapat banyak pohon tumbang di pinggir danau.

BACA JUGA: Pemerintah Bertekad Wujudkan Indonesia Bersih

Menurut masyarakat sekitar kejadian- kejadian aneh sering terjadi, seperti perubahan cuaca secara tiba-tiba.

Pada saat pembukaan wilayah danau, salah seorang pekerja menceritakan bahwa perahu yang ditumpanginya berputar di tengah danau tanpa penyebab yang jelas. Masyarakat sekitar percaya bahwa Danau Gunung Tujuh dihuni oleh mahkluk halus yang berwujud manusia, bernama “Lbei Sakti” dan “Saleh Sri Menanti” dengan beberapa pengikutnya yang berwujud harimau.

Danau Gunung Tujuh merupakan sumber penghidupan bagi beberapa warga desa. Terdapat beberapa pondok dipinggir danau yang digunakan oleh nelayan sebagai tempat tinggal. Sehari-hari para nelayan mencari ikan dengan perahu dan lukah, pagi hari lukah dipasang di tengah danau kemudian sorenya lukah ini diangkat.
Perahu yang digunakan terbuat dari satu kayu bulat utuh dengan diameter berkisar 30-40 cm, kemudian dengan pengerjaan sedemikian rupa kayu bulat ini dibentuk seperti perahu.

Lukah yang digunakan oleh nelayan terbuat dari bilah-bilah bambu yang dianyam. Lukah ini diikat pada bagian tengah tali, pada ujung tali diikatkan botol minuman (sejenis botol air mineral) dan batu pada ujung lainnya sebagai pemberat.

*Dilansir dari Majalah Hijau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Edisi 1 Tahun 2019

0 comments

    Leave a Reply