Survei: Milenial Sebut Demokrasi di Indonesia masih Buruk

IVOOX.id, Jakarta - Survei terhadap milenial yang dilaksanakan Atma Jaya Institute for Public Policy (AJIPP) menunjukkan demokrasi di Indonesia masih buruk, bahkan beberapa dari mereka menyebutkan sangat buruk.
Menurut Edbert Gani Suryahudaya dari AJIPP segmen milenial dikenal sebagai generasi yang memiliki kemampuan teknologi (48%), berpikiran terbuka (33%), memiliki networking (11%), berpikir rasional (4%), dan memiliki kemampuan berbahasa asing (4%).
"Milenial kerap dianggap sebagai pemilih pemula di tahun politik ini. Padahal, justru sebaliknya. Berdasarkan hasil studi kami, mayoritas milenial atau 94%-nya justru para pemilih muda. Hanya 6% milenial yang merupakan pemilih pemula," kata Edbert di Jakata, Sabtu (2/3), seperti yang dilansir Antara.
Milenial berdasarkan survei merupakan generasi dengan rentang 22 -36 tahun di tahun 2018. Buruknya demokrasi di Indonesia, menurut 44% milenial karena adanya politisasi agama. Sisanya, karena adanya hoax (22%), korupsi (17%), radikalisme (11%), kekuatan penguasa (1%), dan lain-lain (3%).
Dalam berbagai diskusi politik disebutkan definisi dari milenial seringkali buram. Setiap kali istilah milenial dilontarkan pusaran perdebatan masih seputar seperti apa milenial terlibat ketimbang apa saja yang dibutuhkan.
Bahkan tidak jarang politisi yang menempatkan milenial sebagai anak muda serta menganggapnya sebagai pemilih pemula. Sementara itu, terkait keterampilan yang dibutuhkan milenial, mereka menjawab bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan terpenting bagi mereka. Selanjutnya, disusul oleh bahasa asing, kecerdasan buatan (artificial intelligence), konten kreatif (content creator) dan statistik sekaligus data analis.
"Adapun tiga bidang yang paling milenial minati adalah kuliner, desain, dan kerajinan tangan," lanjut Edbert.

0 comments