Survei BNPT: Potensi Radikalisme 2020 Menurun | IVoox Indonesia

July 5, 2025

Survei BNPT: Potensi Radikalisme 2020 Menurun

boy
Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Forum Koordinaasi Pencegahan Terorisme, di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/12/2020). ANTARA/Dokumentasi BNPT

IVOOX.id, Jakarta  Potensi radikalisme pada 2020 menurun, terjadi feminisasi radikalisme, urbanisasi radikalisme, radikalisasi generasi muda dan netizen, serta literasi digital belum mampu menjadi daya tangkal efektif melawan radikalisas

Demikiann survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang dilaksnakan bekerjasama dengan Alvara Strategi Indonesia, The Nusa Institute, Nasaruddin Umar Office, dan Litbang Kementerian Agama

Seperti dilansir Antara, hasilnya survei menyebutkan, indeks Indeks potensi radikalisme menurun dibanding tahun sebelumnya.

Indeks potensi radikalisme pada 2020 mencapai 14,0 (pada skala 0-100) atau turun 12,2 persen dibanding pada 2019 yang mencapai 38,4 (pada skala 0-100), sebut survei yang dirilis BNPT di sela-sela pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Forum Koordinaasi Pencegahan Terorisme di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/12) malam.

“Tentunya ini merupakan kabar gembira, artinya kerja-kerja kontra radikalisme telah membuahkan hasil. Menurunnya potensi radikalisme, jangan sampai membuat seluruh elemen yang terlibat dalam kerja-kerja kontra radikalisme menjadi berpuas diri dan terlena. Justru harus terus lebih keras lagi melakukan diseminasi untuk melawan propaganda kelompok radikal intoleran dan radikal terorisme,” kata Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar

Ia menambahkan masalah proses radikalisasi di Indonesia secara global memang cenderung menurutn. Sesuai indeks terorisme global, Indonesia menempat urutan ke-37

"Di ASEAN, posisi itu lebih rendah dibandingkan Filipina dan Thailand, namun kewaspadaan harus terus dilakukan," kata dia.

Ia melihat penetrasi dari jaringan teroris internasional dalam proses radikalisasi itu dengan keberadaan dunia maya atau digital tidak bisa dihindarkan karena kelompok teroris itu melihat pangsa pasarnya seperti generasi milenial, generasi Z, penggunanya sangat tinggi di dunia maya.

“Mereka tahu karena yang disasar ini anak muda, jadi bukan lagi yang tua-tua. Bagi mereka yang tua itu masa lalu, tapi masa depan mereka adalah generasi muda,” katanya.

0 comments

    Leave a Reply