Suharso Monoarfa Kembali Kena Masalah Usai Dicopot Sebagai Ketum PPP, Jokowi Diminta Turun Tangan | IVoox Indonesia

July 12, 2025

Suharso Monoarfa Kembali Kena Masalah Usai Dicopot Sebagai Ketum PPP, Jokowi Diminta Turun Tangan

antarafoto-ketum-parpol-ppp-150622-ak-1
Suharso Monoarfa. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

IVOOX.id, Jakarta - Nama Suharso Monoarfa kini masih terus menjadi perbincangan publik.

Hal tersebut tak lepas usai dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP.

Bahkan kini, Suharso Monoarfa harus kembali dalam masalah.

Diketahui, permintaan maaf Suharso Monoarfa soal ucapannya terkait amplop kiai dirasa belum cukup.

Massa Koalisi Pemuda Muslim Nasional (Komunal) terus melakukan aksi dan meminta Suharso dicopot dari jabatan Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Tak hanya itu, massa Komunal turut meminta Polri bertindak dan memproses hukum Suharso Monoarfa.

“Kalau hanya minta maaf atas ucapannya yang lalu, semua orang juga bisa. Tapi, ini adalah negara hukum bukan negara maaf," ujar koordinator aksi, Guntur Harahap dalam keterangan persnya, Jumat (16/9/2022).

"Apabila Pak Suharso melanggar, harus ditindaklanjuti dengan Undang-Undang (UU) yang berlaku,” tambahnya.

Di sisi lain, pencopotan Suharso dari Ketua Umum PPP saja tidak cukup.

Guntur meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tegas mencopot Suharso dari jabatan menteri.

“Sebelumnya kami menyampaikan aksi di depan DPP PPP dan mendapat respon dengan dicopotnya Suharso dari jabatan Ketum. Sekarang, giliran Pak Jokowi untuk mencopot Suharso dari jajaran menterinya,” tegas Guntur.

Selain menuntut Suharso akibat ucapannya yang menyakiti kiai, Guntur menyebut selama ini Suharso telah banyak melakukan kesalahan.

Seperti dugaan gratifikasi hingga pemalsuan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN).

“Menurut kami, permasalahan yang dilakukan Pak Suharso telah banyak dan belum ada yang dituntaskan. Maka, kami akan terus menuntut KPK, BPK, Polri hingga Presiden menindaklanjuti kasus-kasus tersebut,” tutupnya.

Untuk diketahui, Suharso Monoarfa dinilai telah menyakiti hati para kiai hingga santri dengan ucapannya beberapa waktu lalu di KPK.

Suharso menyebut sowan kepada kiai dengan memberikan amplop merupakan awal mula praktik korupsi.

Sedangkan dugaan gratifikasi ditunjukkan dengan penggunaan pesawat jet pribadi ke beberapa daerah oleh Suharso.

Serta, dugaan kejanggalan LHKPN yang dikeluarkan KPK menunjukkan harta kekayaan Suharso meningkat drastis dan dinilai perlu dilakukan audit.

Suharso Monoarfa Minta Maaf

Suharso Monoarfa, minta maaf usai video yang berisi dirinya sedang berpidato di KPK beredar di media sosial.

Permintaan maaf ini disampaikan Suharso Monoarfa secara terbuka seusai menghadiri acara Sekolah Politik yang digelar selama 2 hari bagi kader PPP di Bogor.

"Saya menyesalkan ada pihak yang dengan sengaja mencuplik sepotong dari sambutan saya pada acara Politik Identitas Cerdas Berintegritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi, Senin 15 Agustus 2022 lalu, cuplikan yang sepotong itu menjadi di luar konteks dan membentuk opini negatif,” ujar Suharso.

Suharso Monoarfa menekankan bahwa sambutannya tidaklah berdiri sendiri.

Selain merespon atas apa disampaikan Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, Suharso Monoarfa juga turut berusaha menyambungkan dengan apa yang dipresentasikan Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Wawan Wardhiana.

Menurutnya, kyai Ghufron menekankan, dengan mengikuti acara Politik Cerdas Berintegritas, diharapkan peserta menetapkannya agar jangan terbawa ikut-ikutan mengandalkan 'keuangan yang maha kuasa', dan meninggalkan 'Ketuhanan yang Maha Esa'.

Terlebih Partai Persatuan Pembangunan yang berazaskan islam.

Sementara itu, Suharso Monoarfa menuturkan, Wawan Wardhiana mengingatkan dengan sebuah idiom 'bukan membenarkan hal yang biasa, melainkan membiasakan hal yang benar'.

"Itu pesan-pesan yang ingin saya tangkap dan ingin saya ulang dan garis bawahi, sama sekali saya tak ada maksud untuk menyalahkan siapapun" ujar Suharso Monoarfa.

"Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu adalah sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan" tabahnya.

Suharso Monoarfa mengakui, semestinya ada cara lain, bukan dengan mengungkap ilustrasi yang justru mengundang interpretasi yang keliru, dan apalagi dipotong-potong.

"Untuk itu saya mohon dibukakan pintu maaf yang seluas luasnya" pungkasnya.

0 comments

    Leave a Reply