Stok Beras 4 Juta Ton, Prestasi dan Tantangan Nyata | IVoox Indonesia

May 5, 2025

Stok Beras 4 Juta Ton, Prestasi dan Tantangan Nyata

011224-Gudang beras2
ILUSTRASI - Keberhasilan Perum Bulog dalam menyerap gabah dalam jumlah besar kini justru menghadirkan tantangan baru yang tak kalah pelik, yakni keterbatasan kapasitas gudang penyimpanan. IVOOX.ID/AI

IVOOX.id - Sebuah kabar baik ketika Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melaporkan bahwa perkiraan cadangan beras pemerintah (CBP) akan menyentuh 4 juta ton pada Mei 2025, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Ia menyebutkan bahwa angka ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Dalam hampir 80 tahun perjalanan bangsa ini, belum pernah sekalipun cadangan beras pemerintah mencapai titik setinggi itu.

Ini tentu merupakan sebuah prestasi besar yang patut mendapatkan apresiasi bersama. Amran menyebut stok beras di Gudang Perum Bulog saat ini telah mencapai 3.364.800 ton dan akan terus naik mencapai 3,7 juta ton pada awal Mei.

Cadangan yang akan mencapai sebesar 4 juta ton ini berarti negara memiliki amunisi kuat untuk menghadapi berbagai situasi darurat, mulai dari kelangkaan pasokan, bencana alam, hingga gejolak harga di pasar. Ini menjadi bukti nyata bahwa negara hadir dalam melindungi kebutuhan dasar masyarakat.

Cadangan tersebut bukan sekadar angka, melainkan benteng pertahanan nyata untuk menjamin ketersediaan pangan nasional dan menjaga stabilitas harga beras, komoditas yang sangat vital dan menjadi kebutuhan pokok bagi rakyat Indonesia di seluruh lapisan.

Namun, jalan menuju pencapaian ini tidak sepenuhnya mulus dan bebas tantangan. Stok cadangan sebesar itu bisa tercapai berkat kombinasi dari tiga faktor utama, yakni produksi beras dalam negeri yang melimpah, impor yang dilakukan secara terukur, serta pengadaan langsung dari petani.

Pemerintah dengan cermat memainkan ketiga sumber ini agar ketersediaan cadangan tetap terjaga. Meski begitu, mengelola stok sebesar itu bukanlah perkara sederhana, tapi memerlukan manajemen yang sangat hati-hati, terutama dalam hal menjaga kualitas stok dari waktu ke waktu.

Pengalaman masa lalu mengajarkan bahwa kualitas penyimpanan masih menjadi pekerjaan rumah besar yang belum sepenuhnya selesai. Kasus beras berkutu di gudang Perum Bulog beberapa waktu lalu menandakan bahwa masih ada celah dalam sistem pergudangan kita.

Bahkan, jika beras impor yang biasanya berkualitas lebih baik pun bisa rusak dalam penyimpanan, bagaimana dengan nasib gabah lokal yang sering kali diserap dalam kondisi 'any quality' atau apa adanya? Bayangan akan kualitas stok yang menurun di gudang menjadi momok nyata yang harus segera diantisipasi dengan serius.

Tantangan baru

Keberhasilan Perum Bulog dalam menyerap gabah dalam jumlah besar kini justru menghadirkan tantangan baru yang tak kalah pelik, yakni keterbatasan kapasitas gudang penyimpanan. Bulog terpaksa mencari gudang filial sebagai solusi darurat untuk mengatasi membeludaknya volume beras yang harus disimpan. Ini tentu bukan situasi ideal.

Penambahan gudang penyimpanan juga berarti diperlukan penambahan tenaga teknis profesional untuk menjaga kualitas beras di gudang-gudang tersebut. Kegagalan dalam tahap ini bisa sangat fatal dan merusak capaian besar yang sudah diraih dengan kerja keras.

Sebetulnya, kebutuhan untuk memperluas kapasitas penyimpanan sudah bisa diprediksi lebih awal sebelum panen raya berlangsung. Data-data produksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebenarnya sudah cukup menjadi alarm dini bahwa produksi gabah akan meningkat signifikan.

Prediksi itu kini terbukti. Dengan modal awal sekitar 2 juta ton beras hasil impor, kemudian ditambah dengan serapan gabah lokal yang membengkak saat panen raya, target cadangan 4 juta ton menjadi sesuatu yang realistis untuk dicapai.

Namun, capaian besar ini baru separuh jalan. Tantangan yang sesungguhnya justru baru dimulai, yakni bagaimana menjaga stok sebesar itu tetap dalam kondisi prima hingga waktu yang dibutuhkan.

Sukses menyerap gabah haruslah diikuti dengan sukses dalam penyimpanannya. Ini bukan sekadar tugas teknis, melainkan persoalan besar yang menyangkut kredibilitas negara dalam mengelola pangan nasional. Rakyat menggantungkan harapannya pada cadangan ini.

Pengalaman yang ada menunjukkan bahwa pengamanan penyimpanan yang efektif hanya bisa dicapai jika kita memiliki gudang yang bersih, kering, terlindung dari hama, dan bebas dari kelembaban. Ini adalah syarat mutlak.

Pengendalian hama harus dilakukan secara rutin dan disiplin, pengawasan suhu dan kelembaban harus dilakukan dengan teknologi yang memadai, sistem inventarisasi harus rapi dan akurat, dan pengamanan fisik terhadap stok harus diperketat.

Semua itu harus menjadi standar baru dalam manajemen cadangan pangan nasional. Ini bukan pilihan lagi, melainkan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Menjaga kualitas stok adalah bentuk penghormatan negeri ini terhadap jerih payah petani, terhadap hak rakyat untuk mendapatkan pangan yang layak, dan terhadap tugas negara dalam menjamin ketahanan pangan nasional.

Keberhasilan mengangkat cadangan beras pemerintah hingga 4 juta ton adalah sebuah lompatan besar, sebuah langkah maju yang sangat membanggakan. Namun, di balik euforia tersebut, ada tanggung jawab besar yang menanti.

Mari jadikan momentum ini bukan hanya sekadar pencapaian angka, tetapi juga refleksi serius untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, baik dari sisi kuantitas, kualitas, maupun keberlanjutannya. Stok 4 juta ton beras harus menjadi simbol kesiapan bangsa ini menghadapi segala tantangan masa depan. 

Penulis: Entang Sastraatmadja

Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat.

Sumber: Antara

0 comments

    Leave a Reply