Sindikat Uang Palsu di Kampus Alauddin Makassar, Polisi Telusuri Keterlibatan Jaringan Internasional | IVoox Indonesia

August 3, 2025

Sindikat Uang Palsu di Kampus Alauddin Makassar, Polisi Telusuri Keterlibatan Jaringan Internasional

Sejumlah tersangka jaringan pembuat dan pengedar uang palsu
Sejumlah tersangka jaringan pembuat dan pengedar uang palsu dihadirkan pada saat rilis kasus uang palsu di Mapolres Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024). ANTARA/Darwin Fatir.

IVOX.id – Jajaran Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) terus menyelidiki jaringan dari para tersangka pembuat dan pengedar uang palsu diduga memiliki sindikat internasional usai pengungkapan kasus produksi uang palsu di Kampus II Gedung Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, di Jalan Yasin Limpo, Samata, Kabupaten Gowa.

"Ini masih diproses untuk disidik lebih lanjut. Untuk (bahan) uang kertasnya, bahan baku tinta dan lain sebagainya juga impor, dibeli dari China," ucap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat merilis pengungkapan uang palsu, di Mapolres Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024), dikutip dari Antara.

Kapolda mengungkapkan kasus pembuatan dan peredaran uang palsu ini melibatkan 17 orang pelaku dan telah ditetapkan tersangka. Pelaku dari berbagai profesi, yakni dua pegawai Bank BUMN, satu pejabat sekaligus dosen UIN Alauddin, empat aparat si[il negara (ASN), satu honorer, selebihnya pengusaha/wiraswasta, hingga juru masak.

Inisial dari 17 tersangka tersebut masing-masing AI, MN, KMR, IRF, SAR, JBP, ST, SKM, AK, IL, SM, MSD, STR, SW, MGB, AA, dan RHM. Selain itu, masih ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencairan orang (DPO).

Untuk memperoleh bahan baku dalam pembuatan mata uang palsu pecahan Rp100 ribu tersebut, kata Yudhiawan, pelaku SAR membelinya dari pria berinisial RZ yakni kertas konstruk dan tinta. Sedangkan bahan baku lainnya dibeli dari jaringannya melalui daring yang diduga kuat berasal dari China.

Menurut dia, awal pengungkapan perkara tersebut, saat personel Polsek Pallangga, Kabupaten Gowa mendapatkan laporan peredaran uang palsu dari warga di wilayah setempat. Selanjutnya, dibentuk tim gabungan dan berhasil menangkap dua orang masing-masing berinisial IR (pegawai bank) dan MN (honorer) di tempat berbeda.

Dari hasil interogasi, mereka "bernyanyi" menyebut ada pelaku lain hingga mengarah ke AI (Kepala Perpustakaan UIN Alauddin). Tersangka MN menuturkan telah bertransaksi jual beli uang palsu tersebut dengan AI. Tim selanjutnya membekuk AI di rumahnya Kompleks Minasa Upa Makassar pada 8 Desember 2024.

Pengembangan terus dilakukan, tim lalu menangkap SAR diduga kuat pembuat dan pengedar uang palsu di Jalan Sunu, Makassar pada salah satu rumah berinisial ASS. Diketahui ASS merupakan pengusaha ternama dan pernah ingin mencalonkan diri menjadi calon Wali Kota Makassar dan diduga mempunyai hubungan dengan perkara ini.

Kemudian, tim gabungan kembali menangkap pelaku lain pengedar uang palsu, yakni dua perempuan berinisial SKM (guru ASN) dan STH (IRT) di rumahnya, Kota Makassar, Senin (9/12/2024). Selanjutnya, tim juga menangkap JBP (pengusaha) di kediaman ASS, di Jalan Sunu, Kota Makassar, lalu dibawa ke Polres Gowa untuk diinterogasi beserta sejumlah peralatan pembuatan uang palsu turut disita,.

"Awal mula ditemukan (mesin) di Jalan Sunu Makassar (TKP 1), karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Tadinya, menggunakan alat kecil. Alat besar (mesin) itu senilai 600 juta dibeli di Surabaya, namun dipesan dari China," ungkap Yudhiawan.

Alat tersebut dimasukkan ke dalam salah satu kampus di Gowa oleh salah seorang tersangka inisial AI, di salah satu ruang gedung Perpustakaan UIN Alauddin tanpa sepengetahuan pihak kampus pada malam hari.

"Itu di awal bulan September 2024. di TKP 2 mulai dilaksanakan tindak pidana tersebut," paparnya.

Pada 10 Desember 2024, tim menangkap AK (pegawai bank) di Jalan Ahmad Yani Makassar yang juga diduga mengedarkan dan melakukan jual beli uang palsu itu. Pengembangan berikutnya, menangkap SM (ASN), STR (ASN), MSD (swasta) dan IL (swasta) sebagai pengedar uang palsu di Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju, Sulawesi Barat.

Dan 13 Desember 2024, tiga pelaku kembali ditangkap, yakni SW (swasta), MGB (ASN), dan AA (swasta) sebagai pengedar uang palsu di Kabupaten Wajo, Sulsel. Kemudian, tim menangkap lagi pelaku RHM (swasta) selaku pengedar uang palsu pada 17 Desember 2024, di Majene, Sulawesi Barat.

Kapolda mengatakan dari hasil interogasi pertama, waktu pembuatan uang palsu ini dimulai pada Juni 2010. Dan terus dilanjutkan pada 2011 sampai 2012. Dari dugaan awal, lokasi yang dijadikan produksi uang paslu di rumah ASS pada TKP 1 masih dalam penyidikan pihak kepolisian.

Polisi Telusuri Keterlibatan Satu Pengusaha Makassar

Polda Sulawesi Selatan juga menelusuri dugaan keterlibatan seorang pengusaha asal Makassar berinisial ASS yang disinyalir kuat turut memfasilitasi produksi uang palsu dari rumahnya di Kota Makassar hingga masuk ke dalam Kampus UIN Alauddin di Gowa, Sulawesi Selatan.

"Awal pertama ditemukan (mesin pencetak uang) di Jalan Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar, tadinya menggunakan alat kecil," kata Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Mapolres Kabupaten Gowa, Kamis (19/12/2024), dikutip dari Antara.

Menurut kapolda, diduga permintaan uang palsu (upal) semakin meningkat, pelaku berinisial SAR ini kemudian mulai mencari tempat yang lebih aman, dan didukung dengan kapasitas mesin yang besar guna menghasilkan upal lebih banyak, bahkan tembus masuk ke area kampus diduga bekerja sama dengan tersangka AI.

Pelaku SAR telah mempengaruhi tersangka inisial AI diketahui menjabat Kepala Perpustakaan sekaligus dosen di Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jalan Yasin Limpo, Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel agar bisa memproduksi upal secara massal.

Awalnya, tersangka AI mendapatkan sejumlah upal pecahan Rp100 ribu tersebut dari tersangka SAR yang dikenalnya melalui ASS. Upal tersebut di produksi sendiri SAR di rumahnya AAS, Jalan Sunu Makassar.

Belakangan, AI diduga terpengaruh memberikan ruang bagi SAR untuk mencetak upal pada salah satu ruangan Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Samata tanpa sepengetahuan pihak Rektorat UIN Alauddin. Mesin cetak besar yang sudah di beli kemudian di bawa masuk ke dalam kampus pada awal September 2024.

"Alat besar itu senilai Rp 600 juta, dibeli di Surabaya namun di pesan dari China. Alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa, menggunakan salah satu gedung yaitu perpustakaan tanpa sepengetahuan pihak kampus di malam hari," ungkap kapolda kepada wartawan.

Masuknya mesin tersebut awal September 2024 untuk TKP kedua. Untuk TKP pertama itu di rumah ASS, Jalan Sunu, Kota Makassar.

Dari hasil interogasi pertama, diakui tersangka mulai membuat upal dari Juni 2010 diduga atas suruhan ASS, kemudian dilanjutkan pada 2011 hingga 2012. ASS kala itu ingin maju sebagai kontestan calon wali kota Makassar.

"Sudah sempat mencalonkan wali kota Makassar (ASS), namun tidak mendapatkan kursi (dukungan partai), kemudian sampai Juni 2022 ini kembali lagi untuk merencanakan pembuatan dan mempelajari lagi. Rencananya, pembuatan ini dari tahun 2022, kalau tahun 2010 itu masih taraf pengenalan," ujarnya.

Sedangkan tersangka AI juga sempat mengajukan diri maju bertarung di Pilkada serentak 2024 untuk Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Barru, hanya saja tidak mendapat respons dari partai politik.

"Tapi alhamdulillah tidak jadi. Jadi, dana ini, uang yang dicetak akan di pakai untuk itu (serangan fajar), tapi tidak jadi, tidak ada partai yang mencalonkannya. Walaupun nanti, disebarkan dengan uang palsu supaya bisa memilih yang bersangkutan, ternyata karena itu uang palsu, maka tidak jadi," katanya membeberkan.

Produksi Uang Palsu di dalam Kampus

Diduga tersangka dan jaringannya sudah mulai mendapatkan gambaran tentang memproduksi upal, kemudian membeli mesin cetak termasuk bahan pendukungnya untuk mencetak upal berskala besar. Selanjutnya mulai mempromosikan di WhatsApp Grup (WAG) setelah berhasil mencetak.

"Pada Oktober 2022 sudah membeli alat cetak dan pemesanan kertas. Kemudian, 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi, sekitar Juni sudah ketemu di antara mereka. Ada saling kerja sama di antara mereka untuk proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WhatsApp, jadi ditawarkan WA di grup," katanya.

Mantan Kapolrestabes Makassar ini bilang, pada September 2024, komunikasi dengan tersangka AI mulai berjalan selanjutnya mengangkut peralatan ke dalam kampus II UIN Alauddin guna mencetak uang palsu tersebut.

"Sudah komunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan, untuk membuat uang palsu di TKP berikutnya (TKP 2). Ada juga yang sempat rusak, nilainya Rp 40 juta uang kertas, telah di bakar semua," ucapnya

Selanjutnya, pada Ahad 22 November 2024, produksi uang palsu ini berjalan mulus bahkan sudah berhasil dicetak banyak. Lalu di mulai penyerahan upal itu senilai Rp150 juta hingga Rp250 juta untuk diedarkan melalui jual beli. Sistemnya penjualnya, satu banding dua, atau 10 uang asli, 20 uang palsu.

"Terakhir ditangkap menyerahkan uang palsu Rp 200 juta, dan menghentikan aktivitas karena mereka sempat tahu polisi melakukan penyelidikan pada akhir November 2024," tutur Yudhiawan.

Tersangka lainnya, MN (honorer) yang menerima aliran dana upal ini, turut mengedarkannya setelah menerima dari AI senilai Rp 150 juta, ada yang diberikan mulai Rp 500 ribu, Rp 1 juta, Rp 8 juta hingga Rp 25 juta dan ada pula dikembalikan untuk dibakar Rp 17,5 juta. Meski demikian, barang bukti sudah diamankan beserta 17 pelakunya ditangkap.

Dari 17 tersangka tersebut masing-masing berinisial, tambah Kapolres Gowa AKBP Reonald TS Simanjuntak, yaitu AI, NM, KA, IR, NS, JBP, AA, SAR, SU, AK, IL, SM, MS, SR, SW, MN, dan RM Selain itu, masih ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencairan orang atau DPO.

Pelakunya dari berbagai profesi masing-masing, dua pegawai Bank BUMN, satu pejabat sekaligus dosen UIN Alauddin, empat ASN, satu honorer, selebihnya pengusaha/wiraswasta, hingga juru masak.

0 comments

    Leave a Reply