March 3, 2025

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Siap Berubah, Shamima Merengek Minta Belas Kasihan Inggris

IVOOX.id, Jakarta - Shamima Begum kini hanya bisa meratapi penyesalan. Remaja asal London yang bergabung dengan ISIS itu tak bisa kembali ke negaranya, Inggris.

Setelah melarikan diri dari ISIS dan kini tinggal di kamp pengungsi Suriah, Shamima merengek meminta belas kasihan dari pemerintah Inggris.

Dalam wawancara eksklusif dengan Sky News, Kamis (21/2/2019), Shamima menginginkan agar pihak berwenang Inggris mempertimbangkan kembali keputusan mencabut kewarganegaraannya.

Remaja berusia 19 tahun itu mengatakan, putranya yang baru lahir kini dalam kondisi tidak sehat. Di sisi lain, dia tidak akan mengizinkan jika anaknya saja yang dipulangkan ke Inggris.

“Saya berjuang untuk memperoleh kebutuhan saya sekarang,” katanya.

“Saya ingin mereka mengevaluasi kembali kasus sya dengan sedikit belas kasihan di hati mereka,” ujarnya.

Shamima berjanji untuk berubah atau ikut rehabilitasi. “Saya bersedia berubah,” katanya.

Negara asal orangtua Shamima, yaitu Bangladesh, telah mengklaim bahwa dia bukanlah warga negara Bangladesh. Shamima pun tidak berniat untuk pergi ke negara itu.

“Saya tidak punya apa-apa di sana. Bahasanya berbeda. Saya belum pernah melihat tempat itu. Saya tidak tahu mengapa orang menawarkan negara itu kepada saya,” katanya.

Shamima masih berusia 15 tahun ketika bergabung dengan ISIS bersama dua teman sekolahnya dari Bethnal Green di London timur pada 2015.

Terpisah dari suaminya, seorang anggota ISIS asal Belanda, dia baru saja melahirkan putranya di kamp pada akhir pekan lalu. Sekarang, dia ingin pulang ke Inggris.

Pengacara keluarganya, Tasnime Akunje, berencana melakukan perjalanan ke kamp dan meminta izin Begum membawa putranya yang baru lahir kembali ke Inggris.

“Saya berharap dapat menjelaskan berbagai opsi kepadanya. Kami tentu saja menginginkan persetujuannya,” katanya seperti diwartakan kantor berita AFP.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid menyebut bayi yang dilahirkan Shamima masih berpeluang memiliki kewarganegaraan Inggris.

“Anak-anak tidak boleh menderita. Jadi, jika orangtuanya kehilangan kewarganegaraan Inggris, itu tidak memengaruhi hak-hak anak,” ujarnya.

Dia menyatakan, otoritas dapat mencabut kewarganegaraan seseorang jika dia dalam keadaan ekstrem, misalnya mendukung gerakan teror.

“Tapi ketika seseorang berpaling dari nilai fundamental dan mendukung teror, mereka tidak memiliki hak otomatis kembali ke Inggris,” katanya.

0 comments

    Leave a Reply