Sektor Pertanian Penggerak Perekonomian Nasional | IVoox Indonesia

May 14, 2025

Sektor Pertanian Penggerak Perekonomian Nasional

IMG-20200816-WA0017

IVOOX.id, Jakarta - Presiden Joko Widodo pada setiap kesempatan selalu menitikberatkan masa depan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh tiga sektor strategis, yakni yakni sektor pangan, sektor energi dan sumber daya air.

Pada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf 2019-2024 ini, membangun Indonesia sebagai negara yang besar masih menempatkan sektor pertanian untuk memperkuat ekonomi dan pertahanan nasional. Apalagi saat ini pun, negara industri maju seperti Amerika, Kanada, Australia, dan Jepang, menjadikan pertanian sebagai sektor andalan untuk menopang ekonomi mereka.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sangat menyadari betul hal ini. Pada berbagai kesempatan menegaskan bahwa urusan pangan adalah tugas utama negara sebab negara berkewajiban untuk menyediakan makan rakyat 267 juta jiwa. 

Oleh karena itu, pria yang akrab disapa SYL ini telah mencetuskan moto ‘pertanian yang maju, mandiri dan modern’ agar pertanian Indonesia dalam tantangan apapun tetap berproduksi dan turut menyediakan pangan untuk negara-negara lainya sehingga pertumbuhan perekonomian nasional ditopang dari sektor pertanian.

Oleh karena itu, untuk mengimplementasikan pertanian yang maju, mandiri dan modern, langkah awal yang dilakukan SYL ialah membangun koordinasi dan konsolidasi dengan semua kementerian/lembaga agar saling menunjang atau tidak adanya ego sektoral dalam membangun pertanian dan mensejahterakan petani itu sendiri. 

Kemudian, peran Kementerian Pertanian harus selalu hadir di sisi para petani dan mendorong daerah untuk meningkatkan produksi pangan.

SYL juga membangun Agricultura War Room (AWR) untuk memudahkan dan mempercepat melakukan monitoring dan menyelesaikan persoalan pertanian di lapangan.

SYL pun menyadari betul keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan penggunaan benih dan teknologi. 

Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) didorong berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk menggunakan seluruh kekuatannya menemukan hasil riset baru, varietas-varietas baru, dan cara-cara bertani baru untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani. 

“Dengan teknologi dan inovasi terbaru, pertanian bisa lebih efektif dan efisien, bahkan didorong untuk menopang kebutuhan pangan, ekspor, dan industri pertanian yang terus bergerak maju,” demikian tegas SYL di Jakarta.

Alhasil, walaupun pada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf 2019-2024 dihadapkan pada tantangan besar, yakni pandemi covid-19, kebijakan dan program pembangunan pertanian mampu menorehkan capaian gemilang. 

Bahkan, sektor pertanian menjadi sektor penyelamat perekonomian nasional karena pertumbuhannya terhadap PDB kuatal II 2020 sangat tinggi, di tengah PDB nasional dan sektor lainya justru turun.

Padahal, hampir semua negara di dunia merasakan begitu hebatnya dampak pandemi covid-19 terhadap ketahanan pangan. Bahkan, sampai muncul isu akan terjadinya krisis pangan akibat terbatasnya aktivitas produksi dan distribusi karena adanya pembatasan sosial. Namun demikian, tidak berpengaruh terhadap penyediaan pangan di Indonesia.

Pertama, kebijakan dan program yang dijalankan Menteri SYL berhasil menggenjot produksi 11 komoditas pangan strategis. Berdasarkan data Kementan-BPS tentang perkiraan ketersediaan pangan pokok nasioanl, ketersediaan 11 komoditas pangan nasional hingga akhir 2020 untuk beras diperkirakan tersedia 7,1 juta ton, jagung 2,6 juta ton, bawang merah 26.826 ton, bawang putih 192.808 ton, cabai besar 16.791 ton, cabai rawit 38.128 ton, daging sapi/kerbau 242.360, daging ayam 282.140, gula pasir 1,5 juta ton dan minyak goreng tersedia 7,3 juta ton.

“Untuk mempertahankan kecukupan stok beras sampai Desember 2020, Kementan telah melakukan akselerasi tanam padi musim tanam II sebesar 5,6 juta hektar dengan menggerakkan seluruh komponen sumber daya yang didukung oleh ketersediaan air yang cukup di sentra produksi dan wilayah lainnya,” kata Syahrul.

Kedua, BPS mencatat inflasi pada Mei 2020 berada pada posisi rendah yakni angka 0,07%. Kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi permintaan pangan untuk Hari Raya Idul Fitri menjadi kunci penentu penurunan inflasi tersebut.

Ketiga, di masa pandemi covid-19 pun sektor pertanian mampu meningkatkan daya beli petani. BPS mencatat Nilai Tukar Pertani (NTP) pada subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,27% atau 96,66 pada Mei 2020. Padahal sebelumnya, NTP subsektor peternakan tercatat hanya 96,40. 

Selanjutnya pada Juli 2020, NTP kembali mengalami kenaikan yang cukup tajam, bahkan angkanya mencapai 100,09 atau naik 0,49% jika dibanding dengan NTP sebelumnya.

Keempat, BPS mencatat nilai ekspor produk pertanian pada April 2020 tumbuh sebesar 12,66% dan nilai ekpor pada Juni tumbuh tingi sebesar 18,9% dibanding Mei 2020. Capaian positif bahkan signifikan ini terjadi di tengah lesunya ekspor pada sektor lain.

Kelima, BPS mencatat ekspor pertanian April 2020 sebesar US$0,28 miliar atau tumbuh 12,66% dibandingkan periode yang sama pada 2019 (YoY). Selanjutnya, sektor pertanian tetap mencatatkan kinerja cemerlang dengan menorehkan pertumbuhan paling tinggi dibanding sektor lainnya pada kuartal II 2020.

Pada kuartal II 2020, sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dengan pencapaian 16,24% (q to q) dan secara year on year (y-o-y) sektor pertanian tetap berkontribusi positif yakni tumbuh 2,19%. 

Padahal, pandemi covid-19 belum juga usai dan sejumlah sektor lain pun masih cenderung terpuruk di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia turun sampai 4,19% (q to q) dan 5,32% (y-o-y). 

Capaian sektor pertanian tersebut ditopang subsektor tanaman pangan yang tumbuh paling tinggi yakni sebesar 9,23% (yoy).

“Kalau begitu, untuk bisa survive dan menghidupkan manusia di dunia adalah kita harus memajukan pertanian. Tentu saja (pertumbuhan positif) kita tidak akan berakhir di triwulan kedua, jangan sampai triwulan kedua naik, triwulan ketiganya bisa anjlok ke bawah,” ungkap SYL.

Ia mengatakan di kuartal ketiga selain tetap melakukan penguatan subsektor tanaman pangan, pihaknya juga akan mendorong penguatan pada subsektor holtikultura. Subsektor yang berhubungan dengan sayur dan buah-buahan ini diyakini bisa menopang kinerja positif lantaran kebutuhannya di masyarakat masih tinggi. Ia pun mendorong agar ekspor holtikultura juga meningkat.

“Selain itu, juga mendorong subsektor perkebunan yang akan menjadi penyokong (back up) seperti tanaman kopi, coklat, kelapa, kakao dan produk turunannya. Demikian juga subsektor peternakan yang diharapkan pada kuartal keempat akan lebih baik kinerjanya,” jelasnya.

Kontribusi cemerlang sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ini mendapat apresiasi dari mantan Menteri Pertanian, Bungaran Saragih. Pasalnya, berturut-turut di 2020, yakni pada kuartal I dan II, pertumbuhan PDB sektor pertanian positif, bahkan pada kuartar II menjadi satu-satunya sektor di antara lima lapangan usaha penopang PDB yang tumbuh positif. 

Menurutnya, pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 2,19% (y-o-y) menandakan adanya dampak positif di sisi hulu, hilir, bahkan jasa penunjang pertanian.

“Kalau agroindustri pertanian juga harus dikelola secara terintegrasi, mulai dari hulu, on farm, sampai hilir. Jika ini bisa dilakukan dengan baik maka pembangunan pertanian akan mampu menyumbang dan berdampak sangat besar terhadap pembangunan perekonomian nasional dan terutama penyediaan pangan. Pertanian adalah sektor yang sangat-sangat penting, bukan hanya pada saat covid ini, tapi saat post (setelah) covid juga,” jelas Bungaran.

Sementara itu, pengamat ekonomi dan kebijakan pertanian, Prof Pantjar Simatupang menilai pertumbuhan PDB subsektor tanaman pangan 9,23% ini merupakan tertinggi selama tiga tahun terakhir, juga karena pergeseran musim dan sekaligus menunjukkan pangan Indonesiaa kuat disaat pandemi covid 19.

Ia pun menekankan Kementan sangat memahami dampak pandemi covid-19 pada tatanan pembangunan pertanian, terutama terhadap petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. 

“Dimasa pandemi covid-19, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menjalankan program dan kebijakan berorientasi pada kesejahteraan petani khususnya di masa panen harga yang diterima petani selalu di pantau,” kata Prof Pantjar.

0 comments

    Leave a Reply