Sejarah Pengembangan Kawasan Monas dan Menteng Terpaut 100 Tahun

IVOOX.id – Meskipun jaraknya berdekatan, kawasan yang kini menjadi Monas dan sekitarnya dengan wilayah Menteng di Jakarta Pusat memiliki sejarah panjang di mana pengembangan kawasan perkotaan di kedua wilayah tersebut memiliki jarak waktu sekitar 100 tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Founder SANA Kenal Kota Abimantra Pradhana saat memandu tur berjalan kaki menyusuri Jalan Sabang, Jakarta Pusat, yang menjadi perbatasan kawasan Monas dan sekitarnya yang pada zaman kolonial Belanda disebut sebagai Weltevreden dengan Menteng, pada Sabtu.
"Jadi bedanya antara Weltevreden sama Menteng itu kira-kira 100 tahun. Weltevreden itu dibangun 1800 ketika VOC bangkrut dan kemudian (Gubernur Jenderal) Daendels datang. Sedangkan Menteng dibangun tahun 1910," kata Abimantara, Sabtu (4/10/2025), dikutip dari Antara.
Pengembangan kawasan Weltevreden bermula pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels pada 1806-1811. Daendels juga dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai tokoh yang menginisiasi pembangunan Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan.
Seabad kemudian, awal 1900-an, setelah dibukanya Pelabuhan Tanjung Priok dan liberalisasi ekonomi di masa Politik Etis oleh pemerintah kolonial Belanda, populasi Jakarta yang saat itu masih bernama Batavia melonjak dari sekitar 75.000 jiwa menjadi 150.000 jiwa.
Kondisi ini membuat pemerintah kolonial Belanda memutuskan pemekaran kawasan baru di wilayah yang kini menjadi Menteng. Mulai dibangun pada 1910, perencanaan kawasan Menteng dilakukan oleh arsitek sekaligus seniman Belanda, P.A.J. Mooijen.
Mooijen merancang Menteng sebagai kota taman modern dilengkapi banyak ruang hijau dan perumahan dengan pekarangan luas.
"(Pembangunan) Menteng ada dua tahap, yang pertama dibangun 1910 sampai 1918 dengan perancangnya bernama Moojen. Karena Moojen itu seniman, dia menggambar kota dengan sangat artistik. Dia merancang jalan sampai simpang tujuh dan lahan tamannya yang besar-besar jadi dinilai Belanda tidak efisien," ujar Abimantara.
"Karena terlalu banyak space yang dibuang, jadi (pembangunan) tahap kedua tahun 1918 sampai 1930 adalah area Taman Surapati atau Bappenas itu lebih terstruktur, tamannya lebih kecil dan batasnya ada kanal di situ," tambahnya.
Pembangunan kawasan Menteng juga mencerminkan perkembangan dalam sejarah tata kota dan bangunan di Jakarta. Sebelum tahun 1900, belum ada arsitek Belanda yang menempuh pendidikan arsitektur formal.
Bangunan di masa itu, seperti Museum Nasional dan Istana Merdeka, dibangun oleh insinyur militer yang bercirikan pada desain bangunan yang mirip satu sama lain.
Perubahan mulai terjadi pada awal abad ke-20 dengan munculnya generasi arsitek lulusan Belanda, salah satunya P.A.J. Moojen. Menurut Abimantra, Menteng menjadi “laboratorium arsitektur” bagi para arsitek Belanda untuk bereksperimen merancang desain-desain bangunan di kawasan baru tersebut.
"Jadi pada masa itu mulai masuk era modern jadi desain New Indies namanya. Nah inilah Menteng jadi kayak laboratoriumnya arsitek waktu itu," kata Abimantara.

0 comments