Satgas Pamtas RI - RDTL Yonif Mekanis 741/GN, Tak Pernah Lelah Wujudkan Bakti di Perbatasan RI-Timor Leste | IVoox Indonesia

September 13, 2025

Satgas Pamtas RI - RDTL Yonif Mekanis 741/GN, Tak Pernah Lelah Wujudkan Bakti di Perbatasan RI-Timor Leste

Satgas-Pamtas-RI-RDTL-Yonif-Mekanis-741GN-Tak-Pernah-Lelah-Wujudkan-Bakti-di-Perbatasan-RI-Timor-Leste-doc.satgas-rdtl-yonif-mekanis741-ivoox.id_

IVOOX.id, Kota Kefamenanu - Senyum merekah bercampur rasa haru terpancar dari wajah perempuan paruh baya bernama Frida Bila (44), saat melihat rumah barunya yang berada persis di sebelah Masjid Al-Hidayah Eban, Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT).


Rumah tersebut merupakan pemberian dari program bedah rumah yang dilakukan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Republik Indonesia - Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Sektor Barat, Yonif Mekanis 741/Garuda Nusantara.


“Kami ucapkan puji syukur alhamdulillah dan terima kasih kepada Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif Mekanis 74/GN, karena keberadaannya banyak memberi manfaat dengan programnya selama ini, diantaranya program bedah rumah ini. Kami sangat terbantu,” ujar Ustad Safarudin yang mewakili Ibu Frida saat ditemui awak media dan jajaran Satgas Yonif Mekanis 741/GN di rumah baru tersebut pada pekan lalu.


Rumah baru tersebut memiliki luas 4x7 meter dan didominasi dengan cat warna hijau muda. Rumah tersebut dihuni lima orang. Ibu Frida sendiri merupakan seorang janda empat anak, yang selama ini tinggal menumpang di bangunan orang lain.


"Ibu Frida tidak menyangka bahwa proses bedah rumahnya memakan waktu yang sangat singkat, hanya sebulan saja. Kondisi sebelumnya sangat memprihatinkan, awalnya (rumah baru) ini rawa. Karena ide dari teman-teman TNI, dibuatlah rumah sedemikian rupa yang benar-benar layak ditempati," jelas Safarudin.


Selain melaksanakan tugas utamanya pengamanan batas negara, dan melakukan patroli keamanan di sepanjang garis batas perbatasan RI - RDTL sektor barat, Satgas Yonif Mekanis 741/GN juga mengerjakan tugas mulia yang bermanfaat dan menyentuh hati masyarakat.  Diantaranya pengobatan keliling gratis dari rumah ke rumah, pembuatan MCK, renovasi tempat ibadah, perpustakaan keliling hingga perbaikan jalan yang longsor. Keberadaan Satgas Pamtas RI–RDTL Yonif Mekanis 741/GN telah mampu menjamin keamanan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul di kedua negara.


Dengan kekuatan 400 prajurit, Satgas Garuda Nusantara yang dipimpin Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Mayor Inf Hendra Saputra, S.Sos., M.M., M.I.Pol, selalu memiliki cara jitu untuk membuat masyarakat yang tinggal di sektor barat perbatasan RI-RDTL tersenyum dan kehidupannya lebih sejahtera.


Selain program bedah rumah, Satgas Yonif Mekanis 741/GN juga membuat sumur resapan di sembilan titik lokasi yang tersebar di tiga desa. Empat sumur di Desa Haumeniana, dan dua sumur di Desa Sungkaen, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT. Sementara tiga sumur lainnya di Desa Netemnanu Utara, Kabupaten Kupang.


“Kami telah merencanakan sejak awal apa saja program unggulannya. Setiap Satgas memiliki program yang menjadi unggulan, yang sekiranya bermanfaat dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Di sini, hampir 80% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan dan kekurangan air bersih. Di situlah kami memutuskan untuk melakukan kegiatan bedah rumah dan pembuatan sumur resapan,” jelas Hendra.


Saat ini, Satgas Yonif Mekanis 741/GN telah merampungkan 11 dari 12 rumah yang sudah ditargetkan dalam program bedah rumah. Selain itu, Satgas juga telah membuat sebuah Taman Baca di tengah hutan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak usia sekolah, sebagai sarana belajar dan sekaligus tempat istirahat yang menyenangkan sepulang sekolah.


Salah satu warga masyarakat dari desa Eban, Imakulata Novu (42) mengatakan, selama ini dirinya bersama warga sekitar merasakan bantuan yang sangat berarti dari Satgas Yonif Mekanis 741/GN.


"Kami berterima kasih kepada pemerintah dan juga bapak-bapak tentara, karena sudah dapat bantuan selama ini. Sangat membantu kami seperti taman baca, lalu pembuatan MCK dan sumur. Wilayah di sini kering. Saya dan anak-anak juga terbantu dengan pengobatan gratis yang ada," tuturnya.



Torehkan Prestasi


Selain melakukan kunjungan ke pos perbatasan, Tim Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad) bersama awak media juga melihat langsung barang bukti yang berhasil diamankan di Markas Komando (Mako) Satgas Pamtas RI - RDTL Sektor Barat, NTT, dalam kurun waktu 8 bulan terakhir. Yang menonjol diantaranya, 102 pucuk senjata yang berhasil diamankan Satgas. Terdiri dari 93 pucuk senjata laras panjang, 3 pucuk senjata laras pendek dan 6 pucuk senjata rakitan. Sementara munisi yang berhasil diamankan berjumlah 1.607 butir. Ada pula sebuah granat tangan buatan USA, dua buah TNT dan 7 buah magazen yang juga berhasil diamankan.


“Barang bukti berupa senjata, munisi, serta bahan peledak tersebut merupakan hasil pendekatan anggota kepada masyarakat selama delapan bulan ini, sehingga akhirnya masyarakat secara sukarela menyerahkan sendiri senjata yang disimpan/ dimilikinya,” terang Hendra, bangga atas kinerja anak buahnya.


Selain itu, beberapa pencapaian lain diantaranya keberhasilan menggagalkan penyelundupan BBM jenis premium, solar dan minyak tanah, total sebanyak  2.540 liter, 4 unit mobil, dan 445 liter miras jenis Sofi. Satgas juga berhasil menggagalkan penyelundupan dua buah karung, masing-masing berisi 100 kilogram pupuk urea bersubsidi, dan sembako berupa 4 karung beras (150 kilogram), 2 dus mie instan, serta 5 karung pakaian impor bekas.


“Semua itu tidak akan bisa kami dapatkan tanpa pendekatan yang mendalam kepada masyarakat, dan kami dapat mengambil hati mereka sehingga kita mendapatkan informasi tentang semua barang tersebut,” ungkap Hendra.


Tidak hanya itu, Satgas Yonif Mekanis 741/GN juga berhasil melakukan Repatriasi warga RDTL ke RI terhadap sebuah keluarga beranggotakan tiga orang, terdiri dari suami, istri dan seorang anak perempuan berusia 5 tahun. "Yang dilakukan Satgas Yonif Mekanis 741/GN patut diapresiasi dan perlu diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia, tentang bagaimana keberhasilannya. Diharapkan prestasinya bisa diikuti oleh Satgas lainnya," imbuh Kepala Sub Dinas Penerangan TNI AD, Kolonel Inf Paiman, yang saat kunjungan bertindak sebagai ketua rombongan.


Satgas Pamtas RI - RDTL Yonif Mekanis 741/GN Sektor Barat digelar pada 21 Pos (18 Pos Pengaman Perbatasan dan 3 Pos Lintas Batas) guna menjaga perbatasan darat di 3 wilayah kabupaten yaitu, Kabupaten Malaka, Kabupaten TTU (Timur Tengah Utara) dan Kabupaten Kupang. Yonif Mekanis 741/GN juga bertanggung jawab untuk mengamankan 266 pilar batas negara (PBN) yang tersebar di sektor barat wilayah NTT.


Tugas pokoknya meliputi pengamanan wilayah perbatasan dari kemungkinan terjadinya pelanggaran perbatasan seperti penyelundupan, kejahatan transnasional, pelintas batas ilegal, penyerobotan wilayah RI oleh negara tetangga, dan  sebagainya. Selain itu, Satgas juga melakukan kegiatan pembinaan teritorial di wilayah tugasnya, meliputi kegiatan-kegiatan seperti yang telah dijabarkan di atas.


"Saya mengapresiasi Satgas Pamtas 741/GN ini dalam menjaga teritorial. Mereka sudah melaksanakan tugas pengamanan wilayah perbatasan selama 8 bulan, tersisa satu bulan lagi. Banyak kegiatan mereka yang  menyentuh hati masyarakat di NTT. Tentu ini baik sekali. Rasa bela negara yang tinggi sangatlah penting, khususnya di perbatasan wilayah RI dan Timor Leste," puji Dandim 1618/Timor Tengah Utara, Letkol Arm Roni Junaidi.


Dalam upaya mengamankan serta mencegah setiap kegiatan ilegal di wilayah perbatasan, Satgas Yonif Mekanis 741/GN juga senantiasa melakukan koordinasi dengan penjaga perbatasan RDTL yaitu UPF (Unidade de Patrulhamento de Fronteiras), terkait pengamanan perbatasan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Komando Pelaksana Operasi (Kolakops) Korem 161/Wira Sakti.



Keharmonisan Dua Negara


Sesuai dengan salah satu program Presiden dalam Nawacita, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan mengembangkan kawasan perbatasan, pemerintah Indonesia telah membangun tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di seluruh Indonesia. Salah satunya ialah PLBN Wini untuk perbatasan RI - RDTL.


Setiap harinya ada sekitar 50-100 warga baik dari Indonesia maupun Timor Leste yang melewati perbatasan tersebut dengan membawa paspor. Meskipun demikian, kondisi di perbatasan kedua negara tersebut terbilang aman dan kondusif.


Menurut Komandan Pos Polisi Perbatasan Timor Leste, Joaqim Asqueli, selama ini hubungan antar dua warga negara berjalan harmonis dan rukun. Warga yang melintasi perbatasan, baik dari Indonesia maupun Timor Leste, umumnya melintas untuk melakukan aktivitas bersama seperti pasar festival yang digelar secara bergantian di kedua wilayah negara tersebut.


"Situasi di perbatasan sangat baik. Kami dengan Satgas 741 selalu kerja sama dengan bagus. Di perbatasan ini masyarakat sangat rukun, sangat harmonis, karena keluarganya ada yang tinggal di sana (di NTT), ada yang tinggal di sini (Timor Leste). Jadi masih bersaudara semua," sebutnya.


Hal senada juga disampaikan oleh Dansatgas Pamtas Yonif Mekanis 741/GN. “Situasinya secara umum berjalan harmonis, tidak ada masalah. Jika ada pasar diadakan di wilayah Indonesia, warga Timor Leste datang ke sini, demikian pula sebaliknya,” ujar Hendra menerangkan betapa akrabnya hubungan antara warga di wilayah perbatasan.


Di wilayah perbatasan tersebut, juga telah dibangun Gedung PLBN Wini Indonesia yang sangat megah. Patung Garuda Pancasila terpampang gagah di depan gedung tersebut. Terdapat tiga PLBN di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste di NTT, yakni PLBN Motaain di Kabupaten Belu (ibu kota Atambua), PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka, dan PLBN Wini di Kabupaten TTU. Ketiganya sudah diresmikan Presiden Jokowi. PLBN Wini sendiri diresmikan pada 9 Januari 2018 lalu.


Untuk bisa sampai di sana, memakan waktu kurang lebih 5-7 jam dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT. Jalan menuju ke sana mayoritas mulus. Hanya saja, selepas dari Kota Kefamenanu, jalan mulai menanjak dan berliku-liku. Di sepanjang perjalanan, mata seakan dimanjakan oleh hamparan pemandangan indah dengan deretan pegunungan yang menjulang kokoh. Tidak hanya itu, senyum manis dan sapaan hangat senantiasa ditunjukkan oleh warga setempat kepada iring-iringan rombongan yang melintas.


Saat ditemui, Kepala PLBN Wini, Don Gasper Ukat mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam melayani administrasi perbatasan di kedua negara tersebut.


"Sampai saat ini kendala yang berarti belum ada, tercover dengan baik. Rata-rata pelintas dari Indonesia dan Timor Leste sudah paham dan taat aturan dengan menyiapkan dokumen seperti paspor," ucapnya.


Masih menurut Don, kebanyakan keperluan para pelintas adalah urusan keluarga. Selain itu, jika ada acara adat, perbatasan PLBN Wini akan semakin ramai dilalui oleh para pelintas dari kedua negara.

0 comments

    Leave a Reply