October 7, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Rusia Dikabarkan Setuju Pangkas Produksi, Harga Minyak Rebound

IVOOX.id, New York - Harga minyak berbalik naik setelah Rusia dikabarkan menerima dan akan ikut apabila ada kebijakan pemangkasan produksi bersama OPEC.

Harga minyak masih dalam jalurnya menuju penurunan terbesar selama sebulan pada November sejak krisis finansial sedekade lalu. Harga minyak mentah sudah mengalami penurunan harga hingga 22% sebulan terakhir ini.

Kenaikan pasokan minyak mentah AS yang tak tertahan, bersama dengan Arab Saudi yang mengatakan tidak mau memangkas pasokan sendirian untuk menstabilkan pasar sempat membuat Brent anjlok ke level terendah 2018 di kisaran US$58 per barel.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak menggelar pertemuan dengan para pimpinan produsen minyak mentah domestik, sebelum menghadiri pertemuan di Wina bersama dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya pada 6-7 Desember mendatang.

“Gagasan dari pertemuan tersebut adalah bahwa ternyata Rusia juga perlu ikut memangkas produksinya. Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa banyak Rusia harus menurukan produksinya,” kata Novak, dilansir dari Reuters, Kamis (29/11).

Pada perdagangan Kamis (29/11) harga minyak Brent mengalami kenaikan tipis 0,74 poin atau 1,26% menjadi US$59,50 per barel dan mencatatkan pelemahan hampir 12% sepanjang 2018 berjalan.

Adapun, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 0,80 poin atau 1,59% menjadi US$51,09 per barel dan turun 16% secara year-to-date (ytd).

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memimpin negara produsen minyak mentah kedua terbesar di dunia, mengatakan bahwa dirinya terus berhubungan dengan OPEC san siap melanjutkan kooperasi untuk menahan produksi jika diperlukan, tapi dirinya merasa belum puas dengan harga minyak yang berada di kisaran US$60-an per barel.

Energy Information Administration (EIA) menyebutkan bahwa cadangan minyak mentah AS menyentuh level tertingginya dalam setahun dan saat ini hanya 80 juta barel di bawah rekor 535 juta barel produksi pada 2017.

0 comments

    Leave a Reply